Lepas dari terminal Poris Tangerang tadi lewat sedikit dari jam 11 siang. Masih diiringi oleh content creator yang mengiringi telolet Palala E03 hingga masuk pintu Tol. Bahkan lambaian tangan saya masih bisa mereka balas, meskipun motor mereka sudah di bagian bawah jalan tol. Nampak kebahagiaan mereka bisa mendapatkan liputan klakson Palala yang heboh ini.
Tak ketinggalan sebagian penumpang di bagian depan memvideokan juga aksi youtuber unik ini. Anak muda kreatif. Kadang tangan kiri sang pengendara motor meliuk liuk menyesuaikan musik telolet sang Belibis ini.
Di jalan tol semuanya berjalan lancar. Hanya ada sedikit kemacetan karena ada perbaikan dan pelebaran jalan tol menuju Merak ini. Saya sendiri lupa di KM berapa itu tadinya.
Jam 12.30 Palala ini sudah keluar dari tol. Berbelok ke kiri mengikuti jalur lama. Bukannya lurus seperti yang biasa terios kami tempuh. Mungkin ini memang jalur bus Sumatra, yang harus berbelok ke kiri selepas keluar dari pintu tol terakhir menuju pelabuhan Merak.
Tak lama, Palala 03 ini berhenti sejenak. Ada pedagang yang naik. Pedagang yang sudah saya ingat betul selama ini melalui youtube nya Ridwan Nurman dan Aditya Immotorium. Ternyata betul, bapak yang menjual nasi bungkus. Nasi Padang yang dia "jojokan" kepada para penumpang.
Dan berdasarkan video kedua youtuber kondang tersebut, masakan pak Emen ini memang enak. Ada banyak variasi lauk yang dia tawarkan dengan harga yang sangat terjangkau. Budget sekitar 20-25 ribu per bungkus tergantung lauk yang diambil dan itu sudah termasuk sayurnya juga. Tersedia juga paket lauk, tanpa nasi.
Dan ternyata naiknya pak Emen ini juga menjadi hiburan tersendiri bagi penumpang. Orangnya kocak, komunikasinya oke dan langsung nyambung bila diajak bercanda. Mungkin pengalaman di lapangan membuat dia harus seperti itu. Dan ternyata dia masih satu bendera dengan saya. Sama sama berkendara kuning. Luhak tuo. Luhak Tanah Datar.
Masuk Pelabuhan lebih kurang sekitar jam satu-an dan saat itu pula snack box dibagikan oleh kru Palala. Lumayan buat ganjalan perut menjelang makan siang di kapal.
Dan ternyata antrian kapal yang menjadi kendala, bisa jadi karena ombak lumayan besar. Agak lama menunggu kapal Port Link III. Begitu juga saat bongkar dan naik ke kapal. Mungkin karena kapal ini katagorinya besar. Sehingga agak lama semuanya.
Di dalam kapal suasana sangat ramai sekali. Kapasitas kapal sepertinya sudah overload. Banyak penumpang yang duduk di geladak, di lantai. Tak mencukupi tempat duduk dan ruang lesehan yang ada. Umumnya didominasi oleh anak anak dan orang tuanya.
Kami masuk kapal, langsung mencari masjid. Sholat jamak qashar baru kemudian kami makan siang. Makan dengan nasi bungkus daun yang telah disiapkan sang Bundo dari rumah dengan dendeng lambok sebagai lauknya. Buat Dhifa saya pesankan satu popmie kesukaannya. Harganya 'hanya' Rp. 15.000 di kapal penyeberangan Jawa Sumatra ini. Harga standar. Padahal kalo di pelabuhan kita bisa dapatkan dengan satu lembar uang sepuluh ribuan buat satu popmie siap makan ini. Kalo mau irit baiknya bawa dari rumah saja. Seduh dengan air panas yang ada, ataupun beli di kapal.
Bagi saya yang penting Dhifa lahap makannya. Buat jaga stamina hingga nanti sampai di kampung sana.
Di dalam kapal ini tadi terlihat ada 6 bus NPM, 2 bus Palala, 2 bus Sembodo, 1 bus Bintang Permata Bunda dan 1 bus Transport Express. Alhamdulillah kapal Port Link III ini, umumnya penuh dengan orang Padang.
Semoga semuanya lancar hingga bisa "landing" di Pulau Sumatra. Semoga "lari sore" bareng PO bus Sumatra lainnya bisa kami nikmati sepanjang Jalur Tol Sumatra nantinya. Aamiin ya Rabb.
Di atas Selat Sunda menuju Bakauheni
16.05 WIB.
Pilot Palala 03 "Belibis" Bang Fadli Kumarang
https://dandidinda.blogspot.com/2022/12/malala-jo-palala-part-3.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar