Kamis, 27 Februari 2020

Gontor Dan Disiplin

By Oky Rachmatulloh

Kemarin ketika peneriman santri baru, KH Hasan Abdullah Sahal banyak sekali menyinggung tentang Nidam (Disiplin) Munadzim (orang yg berdisplin) munadzam (Yang terkena hukum dispilin) dan beberapa istilah lain kepada  santri dan walinya. Sudah setiap tahun di pidatokan, sudah berkali-kali santri yang kena pelanggaran dispilin di hukum, sudah berulang ulang juga kasus pelanggaran apapun alsannya tanpa pandang bulu diperlihatkan, tapi para santri dan wali santri banyak juga yang terkejut mendengar penuturan ust Hasan diatas...

Displin di Gontor adalah Ruh. Meliputi siapapun. Santri, wali santri, Guru, keluarga Guru. Kyai dan keluarganya. Semuanya terikat disiplin. Semuanya terkena Displin ini. Kyai sekalipun, meskipun malam baru dari luar negeri, baru datang di kampus pukul 06.30 pagi, tapi harus memberikan sambutan pada acara pembekalan kelas enam, maka beliau akan datang. Harus datang. Tidak boleh tidak. Ini sunnah, ini aturan, ini ruh...

Jangan pernah melanggar, atau anda akan tergilas oleh Gontor. Ini yang beluam banyak disadari oleh santri dan walinya. Bahkan putera Kyai sendiri, pernah melanggar aturan di Gontor, maka langsung di hukum di kirim ke sulawesi, di jauhkan dari orang tuanya. Bahkan ketika sang Ibu menangisi kepergian puteranya, sang Kyai tetap bergeming. Biar ini jadi pelajaran buat yang lain, bahwa dispilin di Gontor tidak pernah pandang bulu.

Kalau anda pulang dari liburan di Gontor. Meskipun di rumah ada yang meninggal sehingga keberangkatan anda tertunda, atau meskipun orang tua anda akan berangkat umrah dan berangkat pada malam 10 syawwal, atau kakak anda menikah pada tanggal 11 syawwal, tapi anda datang pada pukul 12 malam lebih satu menit...maka siapkan anda akan berhadapan dengan hukuman botak di Gontor. Tidak main-main, tidak pandang bulu, tidak ada yang tidak taat aturan....

Kalau ada kader (guru gontor) yang menikah. Lalu terlambat menggelar resepsinya. maka jangan harap pak Kyai akan mengikutinya. kalau ada acara di Gontor yang molor. Maka bersiaplah akan dibatalkan acara itu oleh pak Kyai, meskipun acara itu sebesar panggung gembira sekalipun...
Inilah displin.

Dulu ketika mejadi wali kelas enam, saya sempat mengajar pelajaran Muthala”ah dengan tema besar Displin ini. Saya lupa judulnya apa.  Disitu saya memberikan analogi berupa kehidupan ayan dan kucing. Ayam yang hidupnya berdispilin. Bangun paling pagi, cari makan paling pagi, paling rajin mengais Rejeki, setelah bekerja keras seharian. Ketika malam tiba, Ayam akan seger pulang kandang lalu tidur. Tidak peduli nanti malam ada orkes dangdut, ada wayang kulit, ada sientron top, ayam akan tetap tdiur. Karena dia sadar, esok hari dia harus bangun paling pagi, lalu membangunkan yang lain untuk bangun juga. 

Maka lihatlah hasilnya. Berapa banyak ayam di semebelih setiap hari? Berapa banyak telor ayam kita goreng, dadar, kita buat campuran kue, kita rebus setiap harinya. Tapi pernahkah kita temukan bahwa ayam adalah binatang langka di dunia ini? Tidak. Dia adalah binatang priduktif yang memberikan apa yang dia punya untuk kebahagiaan pihak lain. Tapi karena dia berdispilin, maka hidupnya bermanfaat, dan selalu bisa meningatkan prpoduktifitasnya...

Beda dengan kucing. Malam hari dia masih keliaran cari rejeki.  Tidurnya sembarangan. Tidai pernah disiplin waktu. Tidak pernah displin makan. Apalagi displin tidur. Maka meskipun hampir tidak ada orang yang makan kucing, jarang ada orang yang bunuh kucing, tapi kucing bahkan pernah jadi binatang langka. Kenapa?? Karena kucing kehilangan displin dalam hidupnya. Maka dia kehilangan priduktifitas. Dia kehilangan manfaat bagi orang lain.

Itulah Displin. Siapapun haru hidup dengan disiplin jika ingin bermanfaat. Siapapun harus berdisplin untuk hidup produktif. Untuk bisa memberi manfaat bagi orang lain. Untuk bisa memancarakan kebahagiaan bagi orang lain. Dan menjadi manusia paling terbaik. Yang kata nabi adalah yang paling bermanfaat bagi orang banyak....

Gontor mangajari saya untuk itu...
Gontor melatih saya...
Melatih Kita semua alumninya...

Karena tujuan Gontor adalah menjadikan kita alumninya bermanfaat bagi orang lain dan membawa manfaat bagi lingkungan.

Rabu, 26 Februari 2020

Hikmah: DAN YANG INI PUN AKAN BERLALU

Pada suatu hari, seorang Bijak meminta kepada seorang tukang emas yang sudah tua renta untuk membuat cincin dan menuliskan sesuatu di dalamnya.
Sang Bijak berpesan, "Tuliskanlah sesuatu yang bisa kamu simpulkan dari seluruh pengalaman dan perjalanan hidupmu supaya bisa menjadi pelajaran bagi hidup saya."
Berbulan-bulan si tukang emas yang tua membuat cincin tersebut merenung kalimat apa yang patut diukir di cincin emas yang kecil itu. Akhirnya, si tukang emas itupun menyerahkan cincinnya pada sang Bijak.
Dengan tersenyum, sang Bijak membaca tulisan kecil di cincin itu. Bunyinya, "THIS TOO, WILL PASS" (artinya "DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU").

Awalnya sang Bijak tidak terlalu paham dengan tulisan itu. Tapi, suatu ketika, tatkala menghadapi persoalan hidup yang pelik, akhirnya ia membaca tulisan di cincin itu "DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU" lalu ia pun menjadi lebih tenang.

Dan tatkala ia sedang bersenang-senang, ia pun tak sengaja membaca tulisan di cincin itu "DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU" lantas ia menjadi rendah hati kembali.

Ketika kita lagi punya masalah besar ataupun sedang lagi kondisi terlalu gembira, ingatlah kalimat "DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU."

Tidak ada satupun yang langgeng. Jadi, ketika kita punya masalah, tidaklah perlu terlalu bersedih. Tapi, tatkala kita lagi senang, nikmatilah selagi kita bisa senang.
Ingatlah, yang kita hadapi saat ini, semuanya akan berlalu.

Jadilah:

• Tetap SEJUK di tempat yang Panas,
• Tetap MANIS di tempat yang begitu Pahit,
• Tetap merasa KECIL meskipun telah menjadi Besar,
• Tetap TENANG di tengah Badai yang paling Hebat.
THIS TOO WILL PASS !!!

Hanya dengan mematuhi ATURAN ALLAH SWT, maka pastilah akan MENIKMATI KEHIDUPAN AKHIRAT yang KEKAL yaitu SURGA yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.

MasyaAllah

Hikmah: Keberuntungan


"Keberuntungan" kadang memainkan perannya dalam kehidupan manusia, sekalipun kerap tidak masuk akal.
Karena itulah takdir mereka.

Boleh jadi keterlambatanmu dari suatu perjalanan adalah keselamatanmu

Boleh jadi tertundanya pernikahanmu adalah suatu keberkahan

Boleh jadi dipecatnya engkau dari pekerjaan adalah suatu maslahat

Boleh jadi sampai sekarang engkau belum dikarunia anak itu adalah kebaikan dalam hidupmu.

Boleh jadi engkau membenci sesuatu tapi ternyata itu baik untukmu, karena Allah Maha Mengetahui Sedangkan engkau tidak mengetahui.

Sebab itu, jangan engkau merasa gundah terhadap segala sesuatu yang terjadi padamu, karena semuanya sudah atas izin Allah

Jangan banyak mengeluh karena hanya akan menambah kegelisahan.

Perbanyaklah bersyukur,  Alhamdulillah,  itu yang akan mendatangkan kebahagiaan.
Terus ucap alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, sampai engkau tak mampu lagi mengucapkannya.

Selama kita masih bisa tidur tanpa obat tidur, kita masih bisa bangun tidur hanya dengan satu bunyi suara, kita terbangun tanpa melihat adanya alat-alat medis yang menempel di tubuh kita, itu pertanda bahwa kita hidup sejahtera.

Alhamdulillah, Alhamdulillah,
Alhamdulillah, ucapkan sampai engkau tak mampu lagi mengucapkannya.

Jangan selalu melihat ke belakang karena disana ada masa lalu yang menghantuimu.

Jangan selalu melihat ke depan karena terkadang ada masa depan yang membuatmu gelisah.

Namun lihatlah ke atas karena di sana ada Allah yang membuatmu bahagia.

Tidak harus banyak teman agar engkau menjadi populer, singa sang raja hutan lebih sering berjalan sendirian. Tapi kawanan domba selalu bergerombol.

Jari-jari juga demikian; kelingking, jari manis, jari tengah, jari telunjuk, semuanya berjajar bersampingan kecuali jari jempol dia yang paling jauh diantara keempat itu.

Namun perhatikan engkau akan terkejut kalau semua jari-jari itu tidak akan bisa berfungsi dengan baik tanpa adanya jempol yang sendiri, yang jauh dari mereka.

Karena itu, sebenarnya yang diperhitungkan bukanlah jumlah teman yang ada di sekelilingmu akan tetapi banyaknya cinta dan manfaat yang ada di sekitarmu, sekalipun engkau jauh dari mereka.

Menyibukkan diri dalam pekerjaan akan menyelamatkan dirimu dari tiga masalah; yaitu kebosanan, kehinaan, dan kemiskinan

Aku tidak pernah mengetahui adanya rumus kesuksesan, tapi aku menyadari bahwa rumus kegagalan adalah sikap "asal semua orang  "

Teman itu seperti anak tangga, boleh jadi ia membawamu ke atas atau ternyata sebaliknya membawamu ke bawah, maka hati-hatilah anak tangga mana yang sedang engkau lalui.

Hidup ini akan terus berlanjut baik itu engkau tertawa ataupun menangis, karena itu jangan jadikan hidupmu penuh kesedihan yang tidak bermanfaat sama sekali.

Berlapang dadalah, maafkanlah, dan serahkan urusan manusia kepada Allah, karena engkau, mereka, dan kita semua, semuanya akan berpulang kepadaNya.

Jangan tinggalkan sholatmu sekali pun. Karena di sana, jutaan manusia yang berada di bawah tanah, sedang berharap sekiranya mereka diperbolehkan kembali hidup mereka akan bersujud kepada Allah  walau sekali sujud.

Jangan selalu bersandar pada cinta, karena itu jarang terjadi.

Jangan bersandar kepada manusia karena ia akan pergi.

Tapi bersandarlah kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, karena Dialah yang menentukan segala sesuatu.

Subhanallah wa bihamdihi subhanallah hiladzim.


Senin, 24 Februari 2020

Hikmah: Urusan Belum Selesai

*_Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh_*

*_Semangat Subuh_*

URUSAN BELUM SELESAI ?

Ini kisah nyata tentang seorang Lelaki. Lelaki ini orang soleh. Dia punya sahabat yang mulai tidak terlihat setiap pengajian di Masjid.

Karena itu dia selalu sempatkan untuk menjemput sahabat nya itu saat mau menghadiri pengajian. Dan sahabatnya itu selalu saja punya alasan untuk menolaknya.

"Wah maaf kawan, saya ada urusan belum selesai sedikit lagi"

"Aduh kawan lagi tanggung sebentar lagi urusan saya ada yang harus saya selesaikan"

"Gimana ya, ini mendesak sekali urusan saya yang hari ini harus saya tangani"

Sampai suatu hari dia datang minta waktu sahabatnya dan mengajaknya ke suatu tempat. Kemana ? Ke pemakaman. Dengan penuh tanda tanya sahabatnya ini bertanya,

"Kenapa kita ke pemakaman?"
"Ini loh, saya cuma pengen kamu tau bahwa mereka semua yang sudah terbaring disini, mereka juga punya urusan yang belum selesai saat di dunia, tetapi keburu kematian datang kepada mereka"

Wah dahsyat ya. Nasehat nya kena banget. Seolah-olah ditujukan untuk diri kita sendiri. Sebab kita selalu menunggu urusan dunia beres dulu, baru berniat menggarap urusan akhirat.

⏲ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita !

*_Selamat menunaikan ibadah shalat subuh berjamaah di masjid, semoga Allah menerima amal ibadah kita. Aamiin_*

Kamis, 20 Februari 2020

Adakah Manfaat Reuni

ADAKAH MANFAAT REUNI ?

Menurut Prof Ganesha, ahli jantung RS HarKit ,
Reuni, apapun istilahnya adalah suatu upaya mempertemukan kembali yg dulu pernah bersama, upaya mencari eksistensi diri yg mulai pupus dari memori krn dimakan usia.
Bahkan Richard Paul Evans dlm bukunya "Lost December“ menulis "The sweetness of reunion is the joy of heaven.”

"Reuni", kata DR. Priguna Sidharta "Selain untuk memutar longterm memori di hipocampus, jg utk memperbaiki fungsi nucleus accumbens, bagian otak yg mengurus kesenangan"
Memutar kembali memori adalah satu upaya mencegah *alzheimer* yg memang suatu saat kelak akan menghampiri kita semua cepat atau lambat.

Psikolog UI, Bagus Takwin, mengungkapkan pandangannya soal manfaat reuni :
Kenangan reuni merupakan semacam sarana utk melihat kembali diri kita bbrp thn ke belakang. Dengan melihat masa lalu, seseorang akan mengerti bahwa kehidupan yg dia jalani selama ini merupakan suatu hal yang sangat penting. “Setiap orang melalui kenangannya pasti akan membuat monumen2 dirinya agar dpt selalu mengingat bahwa dia berkembang,”

Melalui sebuah reuni, seseorang jg bisa mendapatkan self esteem. "Saat reuni pasti bertemu dengan teman-teman lama yg tentunya tahu sifat kita yg dulu" Kita juga dpt mengetahui jalan hidup teman2 lama.

Reuni adalah salah satu jalan menyambung dan memelihara tali persaudaraan/persahabatan/silaturrahim yang sangat dianjurkan.

*SEMOGA KITA SELALU SEHAT*

*Tips Etika Reuni Yg Sukses:

 *1*. Kita hadir dalam reuni sebagai _teman yang sederajat,_ seperti waktu kita masih bersama-sama doeloe.
Peserta reuni harus memiliki jiwa besar, toleran dan mau menahan diri. Bersedia menanggalkan semua atribut dalam dirinya seperti: _jabatan, status sosial, kekayaan dll._

*2. Legowo, bersedia dipanggil dan memanggil nama teman seperti waktu masih bersama-sama (sekolah/kuliah/kerja), tidak memakai embel-embel, pak, bu, komandan, boss, mas, aden, juragan, dst._*

*3.* Jangan membuat teman lain _bad mood, minder,_ maka sebaiknya Anda tidak ceritakan _pekerjaan, keberhasilan bisnis, jabatan, status sosial, kekayaan yang dimiliki, kehebatan anak, istri anda, juga jgn bercerita kegagalan anda dll. pada forum umum (didengarkan banyak orang)._ Jika ingin berbagi cerita tentang hal ini bicarakan secara langsung/khusus pada siapa anda ingin berbagi cerita.

*4.* Jangan bergunjing.
Berceritalah yg wajar tentang kenangan masa saat bersama-sama doeloe, seperti cerita-cerita yg saat itu tidak terceritakan.

*5*. Jangan _cemburu,_ jika cowok/cewek yg doeloe anda incar tampak lebih dekat dan akrab dgn teman yg lainnya, atau jgn _cemburu_ lagi jika terungkap kisah cinta cowok/cewek incaran anda, justru pada teman anda sendiri. Jadikan itu _lelucon_ masa laloe saja jangan _baper (bawa perasaan)._ Semua sudah berlalu, apalagi sekarang kita sudah memiliki keluarga masing-masing (silahkan kalau ada yang berniat mengikutsertakan keluarga untuk saling mengenal dan bertambah teman).

*Indikasi Reuni Yg Sukses:*

*1*. Akan terjalin persahabatan lebih akrab & langgeng.
*2*. Tidak kapok datang lagi dalam reuni berikutnya.
*3*. Merasa bangga memiliki teman lama yg masih ramah bersahabat dan merasa dihargai sebagai teman/sahabat.
*4*. Menumbuhkan kepedulian karena merasa satu alumni.

*Mari jalin lebih erat dan semangat tali persahabatan*

Hikmah: L A U T

Seorang pemuda kehilangan sepatunya di laut,
lalu dia menulis di pinggir pantai ...
LAUT INI MALING ...

Tak lama datanglah nelayan yg membawa hasil tangkapan ikan begitu banyak, lalu dia menulis di pantai ...
LAUT INI BAIK HATI ...

Seorang pemuda tenggelam di lautan lalu ibunya menulis di pantai,
LAUT INI PEMBUNUH ...

Tak lama datanglah Seorang lelaki yg menemukan sebongkah mutiara di dalam lautan, lalu dia menulis di pantai..
LAUT INI PENUH BERKAH ...

Kemudian datanglah ombak besar dan menghapus semua tulisan di pantai itu !!!!!!

Maka .......

JANGAN RISAUKAN OMONGAN ORANG, KARENA SETIAP ORANG MEMBACA DUNIA DENGAN PEMAHAMAN DAN PENGALAMAN YANG BERBEDA.
.
Teruslah melangkah, selama engkau di jalan yang baik.
Meski terkadang kebaikan tidak senantiasa di hargai.

Ali bin abi thalib berkata:
"Jangan menjelaskan tentang diri mu kepada
siapa pun,
Karena yang menyukai mu tidak butuh itu,
Dan yang membenci mu tidak percaya itu.
.
Hidup bukan tentang siapa yang terbaik, tapi
Siapa yang mau berbuat baik.
.
Jangan menghapus Persaudaraan hanya karena sebuah Kesalahan ...
Namun Hapuslah kesalahan...
demi lanjutnya Persaudaraan..
.
Jika datang kepadamu gangguan...
Jangan berpikir bagaimana cara Membalas dengan yang lebih Perih, tapi berpikirlah bagaimana cara Membalas dengan yang lebih Baik.

Kurangi mengeluh teruslah berdoa dan berikhtiar.
Sibukkan diri dalam kebaikan. Hingga keburukan lelah mengikuti mu.”

Senin, 17 Februari 2020

Hikmah: Catatan Buat Pengurus DKM

SAMPAIKAN PESAN INI KEPADA PENGURUS MASJID...

Pesan pertama..
(Menutup tetapi tidak mengunci),
 agar engkau tidak malu di hadapan Allah yang membukakan pintu rizki dan ampunan-Nya untuk kita semua setiap waktu.’

Barangkali ada saudara kita yang ingin beri’tikaf malam atau bertahajjud dan pintu masjid yg dijaga oleh ta’mir tetap terbuka..

Pesan ke 2
jangan pernah engkau tulis..
 ‘Dilarang Tidur di Masjid‘

Anda tidak tahu ada beberapa musafir yg sama sekali tidak punya uang untuk menginap di hotel /penginapan. Akibatnya di lantai depan masjid-lah mereka mengistirahatkan kepenatannya..

Setidaknya, sediakan karpet di teras masjid...

Pesan ke 3..
jangan pernah engkau tulis..
‘Selain jamaah masjid dilarang menggunakan toilet" atau
"Toilet Bukan Untuk Mandi‘

Mengapa begitu perhitungannya kita dgn musafir, hanya menumpang buang air kecil pun atau unt membersihkan diri harus dicegah?
Padahal ceramah Khatib mengatakan “kebersihan sebagian dari iman”.

Pesan ke 4..
 jangan pernah engkau tulis..
"Jangan membawa anak kecil"
atau berkata..
“Huss... jangan brisik!”

Ketahuilah anak² kecil itulah yang akan menjadi penerus kita nanti sebagai pemakmur masjid,
baik selagi kita masih hidup maupun setelah kita wafat..
Biasakanlah anak-anak kita dengan masjid..

Pesan ke 5..
‘Bangunlah masjidmu senyaman mungkin, karena masjid bukan hanya sekedar tempat bersujud‘
tetapi bisa digunakan untuk bermusyawarah,
mengurusi masalah umat,
menimba ilmu serta menenangkan hati dan mengistirahatkan dzahir dan batin kita..

Pesan ke 6..
‘Jangan bangga dengan jumlah infak yg ratusan juta tetapi tidak digunakan untuk kemakmuran masjid’.

Ingatlah! Orang berinfak ke masjid itu berharap pahala jariyah..
Bagaimana mereka akan mendapatkan pahala amal jariyah dan Anda mendapatkan pahala menjaga amanahnya,
sedangkan uang infak mereka tidak kamu gunakan?
Sebaliknya Anda justru menyimpan uang kas masjid di bank yang boleh jadi dinikmati oleh para kapitalis kafir..

Apakah Anda tahu,
boleh jadi di sekitar masjid ada warga yang terjerat rentenir demi memulai usaha mikro atau usaha kecil?

Permudahlah setiap orang yang mampir ke masjid..

Barangkali karena amal kecil itu bisa menjadi sebab dirimu masuk ke surgaNya Allah...

Bagaimana mungkin Anda menyebut masjid itu “Rumah Allah”
sedangkan Anda atur buka dan tutupnya laksana gudang..!

Semoga Bermanfaat...🙏🏻🤝🏻

Sabtu, 15 Februari 2020

Hikmah: Antara Jasad dan Ruh

Sahabat...

Andaikan rupa & jasad lebih penting dibandingkan ruh. .
Tentulah ruh tidak naik ke langit. .

Akhir dari jasad hanyalah akan dikubur di bawah tanah !!

Betapa banyak orang yg terkenal di bumi. .. mereka malah tidak dikenal di langit.

Dan betapa banyak orang yang tidak terkenal di bumi ... justru sangat terkenal di langit

Ukurannya adalah yg paling bertakwa bukan yg paling kuat / berkuasa

 "Sesungguhnya yg paling mulia di sisi Allah adalah yg paling bertakwa diantara kalian"

Mari kita tengok nilai kita di sisi Allah,  dan sejenak kita tinggalkan penilaian manusia...

#####$$$$#####

 3 NASEHAT
Ali Bin Abi Thalib berkata:
1. Dari sekian banyak nikmat dunia, cukuplah Islam sebagai nikmat bagimu

2. Dari sekian banyak kesibukan, cukuplah ketaatan sebagai kesibukan bagimu

3. Dari sekian banyak pelajaran, cukuplah kematian sebagai pelajaran bagimu.

- Islam adalah nikmat terbesar, pangkal keselamatan, hal yang paling diinginkan oleh orang-orang kafir kelak di akhirat.

Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (15:2)

- Ketaatan adalah bekal kehidupan, sumber kebahagiaan.

Siapa yang di dunia sibuk dengan ketaatan, maka di akhirat dia akan sibuk dengan kebahagiaan

Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu sibuk dengan bersenang-senang. (36:55)

- Kematian adalah akhir dari masa beramal dan awal dari masa memetik hasil amal. Kematian adalah hal yang pasti datang, siap tidak siap, mau tidak mau.

Orang yang cerdas adalah orang yang dapat menundukkan hawa nafsu dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah dengan panjang angan-angan. (HR Tirmidzi)

Dinukil dari Nashaihul 'Ibad, Imam Nawai Al-Bantani.

Sumber: kisah inspirasi motivasi


Jumat, 14 Februari 2020

Hikmah: S E P A T U

*_Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh_*

*_Semangat Subuh_*

*SEPATU*

👴 _Seorang Bapak Tua hendak menaiki bus, pada saat ia menginjakkan kakinya ketangga bus Trans salah satu sepatunya terlepas dan jatuh kejalan._

_Sementara itu pintu_ _bus lalu tertutup dan bus langsung bergerak,_
_sehingga si Bapak Tua tidak bisa memungut sepatu yang terlepas tadi._ 👞👞👞

👴 _Dengan tenang si Bapak Tua itu melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela._ 👞👞👞

👱 _Seorang pemuda yang duduk dalam bus melihat kejadian itu dan bertanya kepada si Bapak Tua_ ❓❓❓

👱 _"Mengapa Bapak melemparkan sepatu yang sebelah juga ?"_ 👞👞👞

👴 _Si Bapak Tua sambil tersenyum menjawab ringan,_

_"Supaya siapapun yang menemukan sepatuku bisa_ _memanfaatkannya, itu sepatu baru dan bagus._ 👞👞👞

_Jangan sampai_ _sepatuku kehilangan pasangannya._
_Sepatu adalah pasangan terbaik"_ 👞👞👞

_Coba perhatikan saja :_

👞 _Bentuk pasangannya tak persis sama namun serasi._

👞 _Saat dipakai berjalan gerakan bisa berbeda tapi tujuannya sama._
_Kiri-kanan ! kiri-kanan !_

👞 _Tak pernah_ _menuntut untuk_ _berganti posisi,_
_namun saling melengkapi._

👞 _Yang satu loncat, yang lain mengikuti._

👞 _Selalu sederajat tak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi._

👞 _Satu naik tangga,_
_pasangannya mengikuti..._

👞 _Bila yang satu hilang yang lain tak memiliki arti._

👱 _Si Anak muda masih penasaran._

_*"Tapi Bapak koq tidak kelihatan susah kehilangan sesuatu walaupun sepatu mempunyai nilai yang tinggi ?”*_

👴 _Si Bapak tersenyum santai._
👴 _Ah, Anak muda ketahuilah,_

_*"HARTA Cuma TITIPAN"*_

_*"NYAWA Cuma PINJAMAN"*_

 _*Renungkanlah*_
*********

_*Kehilangan tidak bisa pilih-pilih*_

 _*Bisa kehilangan SIAPA SAJA*_

 _*Bisa kehilangan APA SAJA dan KAPAN SAJA*_

 _*Musibah, Berkah dan Berbuat Salah itu pasti kita alami*_

 _*Bersyukur bagi orang Beriman karena diberikan cara menghadapinya.*_

 _*Dapat musibah supaya kita lebih bersabar....*_

 _*Dapat berkah supaya kita mampu Bersyukur....*_

 _*Berbuat salah supaya kita segera bertobat...*_

 _*Kiranya Ilustrasi sederhana ini bermanfaat bagi kita semua*_

HIDUP lah dengan BAHAGIA
karena Anda berHAK BAHAGIA
Hidup ini cuma sebentar maka isilah dengan kebahagian dan *kebaikan selalu*

*_Selamat menunaikan ibadah shalat subuh berjamaah di masjid, semoga Allah menerima amal ibadah kita. Aamiin_*

Rabu, 12 Februari 2020

Rehat Sejenak di KM 97 Bandung - Jakarta

Rehat Sejenak

Menjelang jam sembilan kami meninggalkan komplek Riung Bandung, tempat sulaturahim sejak sabtu kemarin. Rencana semula mau mampir sebentar sebelum balik ke Tangerang di rumah Andes, di Kopo Indah Permai. Tetapi pesan WA yang saya kirim tak berjawab, akhirnya kami langsung menuju pintu tol Buah Batu. Saya intip status WA dia terakhir jam 2 an dini hari, berarti masih tidur, saya duga.

Cerah cuaca pagi itu agak bisalah kendaraan ini dipacu. Bandung di pagi minggu sangat sepi. Tak banyak kendaraan yang kami temui selama dalam perjalanan di tol. Terios saya pacu mendekati batas atas kecepatan di jalur tol, kadang tanpa sadar melewati ambangnya. Terutama ketika menikmati turunan yang panjang.

Berpacu dengan bus primajasa yang dari tasik menuju kampung rambutan agak membuat adrenalim saya agak naik. Lumayan juga buat menghilangkan kantuk yang mulai menyerang.

Dhifa yang tak banyak sarapannya tadi pagi, membuat saya sedikit memaksa Nova untuk rehat sejenak di rest km 97. Sebuah rest area yang sangat saya senangi setiap balik dari Bandung.

Ada tiga alasan setidaknya saya rehat suka rehat di sini. Yang pertama, alamnya yang sangat indah. Posisinya yang di atas bukit membuat udara di sini terasa segar dan alam yang terbentang ketika kita rehat di warung terbuka dekat mesjid sangat indah untuk kita nikmati. Puaskan paru paru dengan oksigen yang kaya tak berbayar ini, sedangkan mata bebas memandang melihat keelokan alam yang terbentang.

Yang kedua karena mesjid dan toiletnya sangat bersih dan nyaman. Alhamdulillah setelah buang air, saya berwudhu dan menyempatkan sholat dhuha di sini. Mesjidnya sangat wangi, khas aroma arab yang saya senangi. Saya rasa wanginya itupun melekat ke pakaian yang saya kenakan. Sangat menenangkan aromanya. Biasanya sholat wajib yang sering saya lakukan di sini karena balik dari bandung biasanya sore sehingga maghrib dan isyanya, ya di sini.

Ke tiga area parkir yang luas dan termasuk rest area yang komplit. Di sini setelah selesai sholat saya melakukan top up e-money dan Nova membeli cemilan buat di jalan. Ada kacang, roti kasur dan tahu susu.

Rehat di sini sejenak saya pesankan seporsi mie rebus plus sepiring nasi buat Dhifa dan secangkir kopi mix buat saya.

Sebenarnya tadi di rumah ni Nengsi kami semuanya sarapan. Tetapi Nova bilang, Dhifa kurang berselera. Entah karena masih kekenyangan akibat makan malam kemarin yang banyak plus cemilan menjelang tidur, atau karena bangun yang terpaksa yang membuat dia kurang mood untuk makan, atau bisa jadi karena enggan pulang terlalu cepat. Boleh jadi karena kombinasi di antaranya. :)

Ada lebih kurang sekitar 45 menit kami di sini sebelum melanjutkan perjalanan balik ke Tangerang.

Rehat kadang kita perlukan buat penyegaran. Setidaknya untuk perjalanan selepas km 97, rehat di sini sangat strategis, karena jalan yang akan kita tempuh relatif berbahaya, melewati turunan yang tajam sebelum bertemu dengan akses tol dari cikampek. Beberapa kejadian laka sering terjadi di sini.

Plang peringatan agar kita hati hati terlihat jelas di sisi jalan selepas KM 97 ini. Turunan dan tikungan yang ada di jalur ini, serta kecepatan angin yang bisa datang tiba tiba adalah sebagian besar penyebab kecelakaan.

Belum lagi kalo ada kendaraan yang remnya blong, sering pula terjadi di sini. Saya sangat menghindari berada di belakang ataupun di depan bus dan truk di jalur ini. Berusaha menghindar, mencari aman.

So rehat itu perlu, meskipun sejenak.

Minggu, 09/02/20.


Anies Baswedan: Sang Inisiator di balik Lahirnya BEM se - Indonesia

Ditengah hujan pujian untuk Ketua BEM UGM pasca tampil di Mata Najwa, banyak yang belum mengutahui bahwa inisiator di balik lahirnya organisasi intra kampus ini adalah Bapak Anies Baswedan.
Bisa dibilang ini adalah karya Anies paling fenomenal ketika menginisiasi lahirnya badan eksekutif di organisasi kemahasiswaan yang kemudian dikenal dengan nama BEM! Anies Baswedan-lah arsiteknya yang akhirnya itu semua di-benchmarking oleh organisasi intra kampus se-Indonesia. BEM yang saat ini ada di seluruh universitas di Indonesia. Ini adalah jejak peninggalan Anies Baswedan dan generasinya di UGM.
Gambar mungkin berisi: 1 orang, duduk dan dalam ruanganKala itu Mendiknas Fuad Hasan cukup resah dengan dampak buruk NKK/BKK buatannya Daud Joesoef. Akibat NKK-BKK organisasi mahasiswa mati suri sehingga tradisi kepemimpinan dan berpikir kritis para akademisi juga terhenti, mati! Fuad Hasan ingin mengaktifkan kembali organisasi mahasiswa. Fuad Hasan tampaknya khawatir matinya organisasi intra kampus akan menyebabkan matinya proses pengkaderan pemimpin sipil masa depan.
Terjadi tarik menarik antara kepentingan Mendiknas yang ingin memberi ruang bagi mahasiswa untuk berekspresi, dengan kepentingan stabilitas Menhankam kala itu, yang akhirnya keluar SK “Banci” tentang Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT). Prinsipnya, organisasi intra kampus boleh ada tapi dengan berbagai pembatasan yang menyesakkan. Itu sebabnya para aktivis mahasiswa menyebutnya SK banci SMPT.
Oleh Dikti, konsep SMPT pertama kali ditawarkan kepada beberapa universitas besar seperti UGM, ITB dan UI. ITB tanpa tendeng aling-aling langsung menolak SK tersebut. Mereka menolak konsep SMPT yang banci. Sejarah mencatat sampai kiamat pun ITB tidak pernah menerima konsep SMPT. UI agak pakai tendeng aling-2 dan tepo seliro saat menolak konsep SMPT. Meskipun kelak UI pada akhirnya menerimanya.
Sementara UGM langsung menerima konsep SMPT dengan niat yang sebenarnya "tidak terlalu tulus“. Yang penting organisasi intra kampus diijinkan ada dulu, terserah apapun nama dan konsepnya. Nanti setelah eksis maka kpara mahasiswa UGM dengan senang hati akan rubah itu konsep sesuai keinginan mahasiswa. Forum Komunikasi Mahasiswa UGM menerima konsep itu dan menyusun kepengurusan dengan memilih (alm) Khoiri Umar, ketua Senat Mahasiswa Fak Ekonomi, jadi Ketua SMPT pertama yang sifatnya transisi sampai dipilih kepengurusan baru melalui pemilihan mahasiswa.
Dalam urutan resminya Anies adalah ketua Senat Mahasiswa kedua tetapi sesungguhnya dia adalah ketua pertama yang dipilih dengan AD-ART yang baru dan justru pada masa kepemimpinan Anies Baswedan lah konsep SMPT UGM (organisasi mahasiswa yang awalnya hanya terdiri dari Legislatif tanpa badan eksekutifnya) mengalami perubahan radikal.
Anies adalah Ketua Badan Pekerja Kongres Mahasiswa UGM dan disana dia mengarsiteki sebuah lembaga namannya Badan Eksekutif – Senat Mahasiswa (BE-SM) yang merupakan cikal-bakal "Student Government“ yang dikenal dan dipraktekan oleh mahasiswa di seluruh universitas di Indonesia saat ini. Setelah dia jalankan selama 1 tahun, BE-SEM ini diteruskan evolusinya menjadi BEM. Terbentuklah BEM pertama di Indonesia di tahun 1993.
Oleh Anies, organisasi mahasiswa dibuat framework yang benar yaitu terdiri dari Lembaga Legislatif (SM) dan Eksekutif (BEM). Tujuannya agar organisasi mahasiswa berdaya untuk mengeksekusi program kerjanya baik yang berhubungan dengan aktifitas intelektual maupun yang berhubungan dengan berbagai advokasi membela kepentingan masyarakat.
Pada masa itu peran Anies menjadi lebih fenomenal karena begitu terpilih menjadi Ketua Senat besoknya dia menjadi berita halaman satu di harian Kompas karena mengumumkan bahwa Senat Mahasiswa UGM menyatakan menolak pencalonan Rektor UGM sebagai Caleg dari Golkar. Organisasi kampus yang oleh sebagian aktivis gerakan mahasiswa dianggap alat kekuasaan, di tangan Anies menjadi alat perjuangan mahasiswa. Di saat rejim Suharto sedang galak-galaknya tidak ada satupun organsiasi mahasiswa intra-kampus berani melawan Golkar. Dari ruang kecil di sisi barat Gelanggang UGM, Anies mengirimkan pesan perlawanan pada rejim. Digelar konferensi pers untuk menolak masuknya Golkar ke kampus. Indonesia tersentak. Seluruh koran memberitakan penolakan itu. UGM-pun gempar. Mahasiswa bergolak. !
Tercatat Program kerjanya saat itu misalnya pernah melakukan penelitian Tata Niaga Cengkeh. Mahasiswa meneliti langsung ke lapangan sampai ke Pedalaman Sulawesi, Lampung, Malang untuk mendapatkan data-data ilmiah valid tentang dampak buruk diijinkannya Monopoli Perdangangan Cengkeh yang dikuasai oleh BPPC-nya Tommy Soeharto. Satu-satunya gerakan perlawanan dengan gaya akademis.
Di bawah Anies, gerakan mahasiswa intra kampus seperti menjadi contoh keberhasilan melakukan advokasi masyarakat dengan basis penelitian ilmiah. Mahasiswa UGM di masa itu bangga dengan organisasi kemahasiswaannya karena organisasi mahasiswa memiliki semangat perlawanan pada orba yang kuat, pembelaan pada rakyat kecil tapi kental dengan nuansa intelektual dan cara-caranya yang elegan.
Mulai periode Anies itulah, organisasi intra kampus menjadi menarik. Sejak saat itulah maka organisasi intra kampus jadi rebutan para aktivis mahasiswa. Anies yang memulai. Seorang tokoh mahasiswa dari UI menyebutnya: Anies adalah penunggang kuda yang piawai.
Tradisi advokasi ilmiah BEM UGM ini diteruskan oleh para pengganti Anies di SM & BEM UGM. Tahun 1996-an, artinya 3 tahun setelah Anies berhasil meng-arsitek-i pendirian BEM, mulailah para SMPT se Indonesia perlahan-lahan mengikuti konsep UGM. Mereka pun mulai merubah organisasi intra kampusnya dari SMPT menjadi SM (Legislatif) dan BEM (Eksekutif).
Tahun 1998 (5 tahun setelah BEM UGM terbentuk), BEM seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia yang dulunya diarsiteki di UGM oleh Anies Baswedan dkk yang berhasil menjatuhkan pemerintahan rejim ORBA dibawah pimpinan Pak Harto. Selesai lah masa-masa kelam kediktaroran Pak Harto selama 32 tahun. Periode berganti dengan jaman yang lebih baru yaitu pertarungan frontal Kapitalis Global!
Anies tidak pernah mengklaim tentang sejarahnya, tentang perannya sebagai orang yang berperan besar meletakkan fondasi gerakan mahasiwa intra kampus. Organisasi intra-kampus yang kemudian bisa menggalang kekuatan untuk merobohkan rejim Suharto. Anies adalah simbol pimpinan mahasiswa di-eranya.
Perhatikan gayanya, dari dulu tidak berubah: pegang teguh prinsip moral, cara berfikirnya strategis, bila berbicara artikulasinya santun, bila berpidato retorikanya menggugah dan bila bertarung dia berani konfrontasi keras tapi gayanya tetap kalem.
Disadur dari blog : Ferizal Ramli

Hikmah: U S I A

#Bismillah ....
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh..,
🧡🧡

Umur 35 tahun - 40 tahun ialah umur dimana kebanyakan kita mula diuji. Ujian boleh datang dari ibu bapak (jatuh sakit, kematian), atau dari pasangan hidup (perceraian, jatuh sakit, pertengkaran) atau dari anak-anak yang meningkat remaja.

Memang bermula 35 tahun - 40 tahun, Allah akan memanggil kita pulang bertaubat kepada Nya. Panggilan dari Allah selalunya berbentuk ujian. Karena hanya dengan itu kita akan kembali bersimpuh dan bersujud mengadu dan memohon pertolongan Nya.

Orang yang bijak akan memperbaiki diri dan amalannya, memperbaiki hubungan dengan ahli keluarga dan pasangannya, berhemat menyimpan untuk hari tuanya. Semua dengan niat mau berkumpul bersama di Syurga nanti.

Orang yang kurang bijak tetap terlena dan langsung tak membuka hati terhadap panggilan Allah malah tetap terlena dengan kemewahan dunia, berkumpul dengan rekan² dan kurang memberi perhatian kepada suami/isteri / anak²

Usia 35 - 40 ini menjadi lebih menarik apabila Al-Quran di dalam surah "Al-Ahqaaf ayat 15" ada menyebut tentang itu. Allah berfirman yang bermaksud :
"Dan kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung susah payah dan telah melahirkannya dengan menanggung susah payah.
Sedang di saat mengandungnya berserta dengan menyusuinya dalam masa tiga puluh bulan.
Setelah ia besar sampai ke peringkat dewasa yang telah sempurna kekuatannya dan sampai ke peringkat umur empat puluh tahun, berdoalah ia dengan berkata: "Wahai Tuhan ku, ilhamkanlah daku supaya tetap bersyukur akan nikmat-Mu yang engkau kurniakan kepadaku dan kepada ibu bapaku, dan supaya aku tetap mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhoi dan jadikanlah sifat-sifat kebaikan meresap masuk ke dalam jiwa zuriat keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Mu dan sesungguhnya aku dari orang-orang Islam (yang tunduk patuh kepada Mu)."

♥♥♥

Ada segelintir golongan yang sudah berumur 50 tahun, 60 tahun, malah 70 tahun, masih memikirkan mobil mewahnya, tanaman Duriannya, ternak kerbaunya, harta2nya, anak2 dan cucu2nya. Alangkah baiknya jika apabila sudah berumur, masa tua diisi untuk mendengar Kuliah Agama, ibadah di Masjid, Umrah, Haji dan sebagainya.

Ada yang masih merasakan diri muda belia. Melayani nafsu yang marak menyala padahal kerut dan uban dah tumbuh merata. Sibuk mencari cinta diluar, sedangkan rumahtangga yang halal dibiar berantakan.

Ada yang merasa masih sehat, walaupun sahabat2, saudara banyak yg sudah meninggal, kadangkala tanpa disangka. Itu semua hanya menjadi bahan cerita "ehh, tak disangkaaa...muda, sehat lagi, tapi meninggal di usia muda.."

Amatlah menyedihkan tatkala orang lain bersiap bertemu Tuhan, kita masih lalai dibuai perasaan akibat tertipu dengan nafsu sendiri. Nafsu memang tak pernah tua. Ia sentiasa muda dan galak. Yang semakin lelah dan tua adalah tubuh dan kodrat kita.
Rasanya jika Tuhan menghalangi tubuh manusia mengalami penuaan, pasti kita semua lebih peka untuk menyahut panggilan pulang sehingga tiba saat roh kita diseret kembali merengkuk di hadapan Tuhan.

Kita hidup di dunia, tidak lama.. Rasulullah Sallallaahu alaihu wassallam, telah bersabda :
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yang bisa melampaui umur tersebut”. [HR. Ibnu Majah: 4236].

Kalau sekarang kita rasa 35 - 40 tahun atau 70 tahun itu lama, bagaimana setelah alam barzakh atau akhirat juga kita dibangkitkan dan hidup dalam waktu yang sangat lama, SATU HARINYA = RIBUAN TAHUN…

Ingat, ketika itu tak ada yang berguna kecuali amal baik kita. Oleh karena itu, lihatlah diri Anda, sudahkah kita mempersiapkannya?!

Allah ta’ala berfirman (yang artinya):
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan LIHATLAH DIRI MASING-MASING apakah yang sudah ia PERSIAPKAN untuk KEHIDUPAN ESOKNYA”. [Al-Hasyr:18]

Rasulullah SAW bersabda :
"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yg mengamalkan, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala", aamiin 3x YRA...

♥♥♥

Jangan LUPA SHARE ... ilmu yang bermanfaat perlu kita amalkan bersama ... Wallahu a'lam...

Catatan:
Tidak ada kata malu dalam urusan menyampaikan kebenaran Agama.


♥♥♥



Selasa, 11 Februari 2020

Hikmah: Ibu Mertua

Ibu Mertua

Lagi, bahkan ini sudah yang ke tiga kali dalam Minggu ini. Sejak di luar rumah aku memang telah mencium bau tak sedap yang mengusik indra penciumanku.

Benar saja, sama seperti kemarin dan kemarin, selalu seperti ini. Ibu, lebih tepatnya ibu mertuaku buang air besar di ruang tamu.

Aku menatap suami tajam, rasanya ingin mengeluh, namun kutahan ketika kedua netranya berkaca dan menatapku seolah memohon maaf.

Aku menghela napas panjang. "Mas cari saja ibu dan bersihkan, biar aku yang membersihkan kotoran di sini," ucapku datar. Suami mengangguk dan segera menuju kamar ibu.

Aku dan suami adalah pegawai swasta yang bekerja dari pagi hingga sore. Lelah, itu lah yang kurasa setiap pulang ke rumah, namun semua terasa semakin berat ketika enam bulan yang lalu mertua memutuskan ikut tinggal bersama kami.

Ingin rasanya aku menolak, bukankah Mas Bayu memiliki dua saudara perempuan yang tidak bekerja, bukankah lebih elok bila mereka yang mengurus ibu mertua. Ketika ibu mertua sehat mereka sangat senang dengan hadirnya dan memberdayakan beliau sekedar untuk mengasuh cucu. Namun kini, ketika usia semakin menanjak senja dan tubuh ringkih beliau tak sekuat dulu lagi, semua malah angkat tangan dan menyerahkan ibu pada Mas Bayu, suamiku.

Di rumahku, siapa yang akan mengurus ibu mertua? Aku bekerja, bahkan kedua anakku yang remaja pun sejak SMP telah tinggal di asrama dan hanya pulang ketika weekend saja.

"Aku akan mencari pembantu untuk mengurus, Ibu," ucap suamiku.

Aku hanya mengangguk saja. Tak mungkin aku berhenti bekerja dan hanya fokus mengurus ibu mertua, aku memiliki tanggungan lain. Dua adikku di desa harus dibiayai sekolahnya, sejak kecil ibuku yang seorang janda telah melakukan segalanya agar aku bisa sekolah tinggi dan bekerja. Aku harus menunjukkan baktiku dengan membiayai sekolah kedua adikku.

Kini, kehadiran ibu mertua seolah menjadi beban baru dalam kehidupan rumah tangga kami.

"Biar, Mas, saja yang ngepel, kamu mandilah dan siapkan makan malam. Tadi mas sudah beli sate." Mas Bayu menepuk pundakku dan tersenyum.

Ah, tahu benar aku rasa yang berkecamuk di hati imamku ini, pastilah akhir-akhir ini rasa tak enak hati selalu menghampirinya.

"Kamu yang sabar ya, Dek menghadapi, ibu," ucap Mas Bayu malam itu.

Aku hanya mendehem. Baru saja aku mengepel lantai ketika ibu merengek mengatakan bahwa ia telah kencing di atas karpet yang baru saja selesai kulaundry. 

"Mas, sudah beberapa kali meminta ibu pakai diaper saja tapi ibu baeralasan gatal dan gak nyaman, bila dipaksa ibu suka menangis." Mas Bayu menjelaskan tanpa diminta.

Aku bergeming.

Bukan tak ikhlas mengurus ibu mertua, namun aku pun sibuk. Seharian bekerja dan ketika pulang harus membersihkan rumah yang luar biasa kotornya.

"Mas sudah dapat pembantu yang akan menunggui ibu?" tanyaku masih dengan nada datar.

"Belum, sulit, Dek, apalagi ibu sudah tua dan terkadang banyak maunya. Paling ya kayak kemaren baru beberapa hari kerja langsung berhenti karena gak tahan."

Aku menghela napas. Pantas lah bila hati kecil ini selalu menghasut bila mertuaku ini hanya menyusahkan. Kedatangannya seakan membawa angin buruk bagi rumah tangga kami.

Bukankah sebaiknya dia tahu diri bila sudah tua dan tak dapat mengontrol buang air seharusnya tak terlalu cerewet pada pembantu? Sudah lima orang total pembantu mengundurkan diri tak tahan dengan omelan mertua.

"Hidupku ketika kecil tak mudah, Dik. Walau ada ayah tapi ibu lah tulang punggung keluarga, berkat kerja keras dan air mata beliau lah aku bisa sampai ke perguruan tinggi dan mencapai posisi enak seperti sekarang."

Aku diam, ingin rasanya membantah bila kewajiban merawat ibu bukan hanya miliknya saja, ada dua saudara perempuan yang seharusnya ikut mengurus ibu di masa tuanya.

"Jangan kau tanya sakit hatiku ketika Kak Nina dan Kak Shinta selalu menjelekkan ibu dan menganggap ibu sebagai biang kerok pertengkaran mereka dan suami." Mas Bayu menyeka air matanya.

Aku tetap bergeming.

"Kupikir sudahlah, tak usah mengandalkan orang lain. Ibu adalah ibuku, terserah anak yang lain mau berbakti atau tidak, yang penting aku anak laki-laki ini ingin mengasihi ibu sama seperti ia dulu memperjuangkanku dengan keringat darah agar aku  berhasil."

Aku tetap bergeming, namun ada rasa yang bergemuruh, perlahan sesak memenuhi rongga di dada.

"Dahulu ibu tak seperti ini, Dik. Ia wanita kuat dan tangguh malah terlalu perkasa bagiku. Ia abai dengan rentetan perselingkuhan ayah dan tetap merawatnya ketika ayah terkena stroke hingga menghembuskan napas terakhir. Aku dan kedua kakakku tak pernah mendengar keluh kesahnya. Ia banting tulang bekerja apapun demi kelangsungan hidup kami.  Kurasa, ini lah saat Allah berbaik hati menitipkan ladang pahala bagiku." Kali ini suara Mas Bayu terisak.

"Kumohon, Dik, maafkan, Mas bila menyusahkanmu, tapi tolonglah, jangan membuat keputusan yang memaksa Mas harus memilih antara engkau dan ibu. Sungguh, kalian adalah dua wanita yang sangat kusayang. Ia adalah ibuku dan engkau adalah ibu dari anak-anakku."

Rasa sesak itu kian menjalar dan perlahan mulai menemukan muaranya.  Tubuhku berguncang menahan tangis yang tak tertahankan lagi.

Segera aku memeluk Mas Bayu. Runtuh sudah dinding keegoisan dan rasa marah yang selama ini selalu hadir. Lepas sudah rasanya beban yang setia menggelayut.

"Maafkan aku, Mas, maafkan. InsyaAllah aku ikhlas merawat, ibu." Aku menyeka air mata yang mulai membasahi wajah. " Tolong, jangan bosan ingatkan diri ini bila sesekali alpa dan terbawa emosi."

"InsyaAllah, Dek, bantu Mas untuk berbakti ya. Tolong berjalanlah beriring menjauhkan Mas dari pintu durhaka."

Aku mengangguk dan semakin erat memeluk Mas Bayu.

***

Tak ada yang berubah setelah pembicaraan malam itu. Mertuaku tetap sama seperti itu, buang air sembarangan, selalu mengomel bila ada pembantu yang mengurusnya dan terkadang aku pun tak luput dari amarahnya.

Sepulang bekerja pun masih saja ada sisa air seni atau kotoran yang berceceran di lantai atau bahkan tempat tidur. Mertuaku pun masih tetap tak dapat dirayu untuk memakai diaper.

Namun ada yang berbeda, hati ini tak lagi sekeras dulu. Aku dan suami terkadang bertaruh apakah hari ini ibu buang air sembarangan atau tidak dan terkadang kami tertawa ketika menemukan  di depan pintu sudah ada ceceran air seni dengan bau yang sangat menyengat.

Rasanya tak lagi lelah, bahkan semua kukerjakan dengan ringan. Suami pun terasa lebih menyayangiku.

Anak-anak yang biasanya selalu rewel ketika pulang selepas mondok nampak lebih mandiri dan tak sungkan membantu pekerjaan rumah.

Baru saja aku mendengar berita di desa bila kedua adikku mendapatkan beasiswa sehingga aku tak perlu bekerja hingga lembur untuk memenuhi biaya pendidikan mereka. Ibu di desa pun tampak riang dan berkata bila akhir-akhir ini kesehatannya sangat bagus.

Terakhir kedua kakak Mas Bayu mengirimiku uang dalam jumlah besar seharga satu buah motor baru. Untuk bantu-bantu beli susu ibu kata mereka.

Kini, haruskah kukeluhkan bila hadirnya mertua adalah beban?

Ataukah bisa kusimpulkan bila kedatangan beliau lah yang melapangkan rezeki dan hati ini?

Ibu mertua bukanlah ibu kandungku, sejak dahulu hingga kini tak ada darah sama yang mengalir di tubuh kami.

Hingga nanti pun tak akan pernah rasa ini sama layaknya aku menyayangi ibu kandungku, namun kini kuyakin begitu besar berkah di tangan beliau. Bakti suamiku padanya adalah berkah bagi aku dan keluarga.

Hati kecil ini semakin tersentil ketika sulungku, Andi yang berusia enam belas tahun berujar pada teman-temannya.

"Aku nanti kalau mau cari istri ya kayak mamaku, dia telaten banget ngurus nenek dari papaku. Gak pernah dia ngeluh atau marah-marah pada nenek. Aku ingin istriku nanti dapat memperlakukan mama layaknya mama memperlakukan nenek."

Deg, hati ini meleleh. Bakti itu berbuah, bukan hanya di surga namun di dunia itu pun telah dapat kurasakan manisnya.

Muaradua, Ana Yuliana.

Berdasarkan kisah nyata dengan perubahan.

Semoga kisah ini dapat menjadi bacaan alternatif disaat maraknya kisah mertua jahat menantu teraniaya atau sebaliknya menantu jahat mertua teraniaya yang like nya bisa mencapai puluhan ribu.

InsyaAllah tulisan ini menjadi pengingat diri agar lebih pandai melihat sisi positif dari setiap kejadian.

*Ana Yuliana

#copas

Senin, 10 Februari 2020

Ke Bandung

Sabtu, 8 Februari 2020

Alhamdulillah selepas jam enam pagi tadi kami meninggalkan rumah menuju kota Bandung. Ada undangan silaturahim yang memang sudah kami niatkan beberapa waktu yang lalu. Serba kilat, semuanya terpacking pagi ini tanpa banyak barang yang tertinggal. Sekedarnya saja, karena perjalanan hanya sehari.

Hujan mengiringi kami sejak dari Bintaro hingga Rest Area KM 57. Derasnya hujan kadang menghalangi pandangan sehingga perlu kehati-hatian yang ekstra. Sepanjang jalur tol TB Simatupang hingga tol layang cikampek, gelap terasa pagi itu. Hampir keseluruhan wilayah jakarta dan sekitarnya, sejauh mata memandang tertutup awan gelap. Hujan merata di Jabodetabek.

Selepas cikunir sengaja kami memilih tol layang japek karena tak mau bersinggungan dengan truk, bus dan mobil box yang rame sekali. Walau di jalan layang ini, hujan lebih terasa dibandingkan jalur tol bawah, tapi tak mengapa karena resiko "gesekan" sesama kendaraan lebih kecil.

Kecepatan rerata maksimal 60-70 km per jam selama dalam perjalanan hingga ke rest area KM 57 ini. Macet kami alami sejak keluar dari tol layang. Penyempitan jalur terjadi hingga rest area km 57.

Banyaknya kendaraan pribadi sejak masuk rest area ini, memaksa kami mengambil jalur truk dan bus di sebelah kiri. Andai tak kepepet karena BAK, rasanya tak ingin mampir di sini, saking padatnya kendaraan.

Setelah selesai buang air di toilet jalur bus and truk ini, mampir sebentar untuk sekedar sarapan di area parkir bus pariwisata yang agak longgar, sekedar pesan soto padang tanpa nasi dan lontong padang plus telor, sementara Dhifa masih tidur di mobil sejak masuk tol di Bintaro. Berdua kami makan dalam gerimis yang masih turun,  menikmati sarapan. Total makan berdua Rp. 50.000,-. Suatu angka yang fantastic dengan rasa yang seadanya.

Selepas dari rest area ini, gerimis masih tetap membasuhi jalan yang kami tempuh. Namun menjelang memasuki daerah purwakarta hujan sudah berhenti.

Alhamdulillah, indahnya pemandangan sepanjang jalan menuju Bandung ini sangat sayang dilewatkan begitu saja. Rimbunnya pepohonan di kiri kanan jalan sangat asri. Jalan kadang berkelok, naik dan turun, meliuk liuk sepanjang bukit yang ada menuju Kota Kembang.

Kadang saya bermanufer kiri dan kanan jalan mencari celah dalam setiap tanjakan dan turunan, menghindari truk truk yang merangkak dan melambat. Berusaha untuk tidak berada tepat di belakang atau di depan truk adalah suatu cara menghindari resiko kecelakaan di jalur ini. Seperti kejadian tabrakan beruntun yang sering terjadi di kawasan ini. Kejadian terakhir tabrakan beruntun ketika truk kehilangan kendali karena remnya blong. Total ada 20 kendaraan yang ringsek di awal september 2019, dengan korban meninggal ada 8 orang.

Untungnya hujan tak ada. Jadi agak bisa memacu kendaraan di batas atas maksimal yang dianjurkan, 80 km per jam.

Lebih kurang jam 10 kami sudah sampai di exit toll Buah Batu. Pas sebelum berbelok ke kiri jalan, di depan terlihat polisi mengatur lalin sekalian razia terhadap para pengendara jalan.

Macet mulai terasa ketika menuju perempatan jalan Soekarno Hatta. Agak lama rasanya pergantian trafict light di sini. Dalam kemacetan kami nikmati dengan kunyahan "kacang tojin" yang kami beli dari pedagang asongan yang banyak "berjojo" sepanjang area macet ini. Gurih!!! Hanya 2.000.- per bungkus sangat pantas. Obrolan dan candaan kami berdua sangat membantu mengurangi kejenuhan dalam macet di area yang belum pernah kami tempuh.

Dari perempatan jalan Soekano Hatta ini hampir 5 km lagi menuju komplek Riung Bandung tempat yang kami tuju. Gerimis masih turun, halus.

Alhamdulillah, sampai ditujuan jam 10.30 dengan selamat. Di rumahnya ni Nengsi Rova.

Hikmah: Antara Nafsu, Akal dan Hati

Dialog antara murid dan gurunya.

"Guru, saya tahu bahwa Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna karena hanya manusia yang dikaruniai nafsu, akal dan hati dalam satu tubuh. Yang ingin saya tanyakan, kesempurnaan apalagi yang ada pada manusia?"

Sang guru menjawab:
▶"Saudaraku, Lihatlah dirimu. Bukankah Allah meletakkan otak lebih tinggi daripada mata? Itu berarti engkau harus lebih banyak berpikir daripada melihat. Berapa banyak ayat yg difirmankan Allah yang menyebutkan bahwa mengapa manusia tidak berpikir, atau menyebutkan bahwa kebesaran Allah hanya dipahami oleh orang yang berakal.

▶Lihatlah dirimu, mata lebih tinggi daripada telinga. Itu berarti engkau harus lebih banyak melihat daripada mendengar. Bukankah banyak ayat yang difirmankan Allah bahwa banyak manusia yg tidak melihat kebesaran Allah. Atau lihatlah langit apakah engkau melihat ada yg retak?

▶Lihatlah dirimu. Mulutmu terletak lebih rendah daripada telinga. Itu berarti engkau harus lebih sedikit berbicara, lebih banyak mendengar. Karena mulut sbg sumber penyakit, baik fisik maupun hati. Lebih baik engkau mendengar nasehat orang atau mendengar lantunan ayat suci. Atau gunakanlah mulutmu untuk mengingat Allah, atau membaca ayat suci, atau untuk saling menasehati.

▶Itulah sebabnya mengapa kepala berada di posisi paling tinggi, dan nafsu berada di posisi paling rendah. Di antaranya ada hati yang bolak-balik keburukan dan ketakwaan. Maka gunakanlah hatimu untuk memahami ayat-ayat Allah jika engkau ingin menjadi hambaNya yang bertakwa.

Maka manakah yang akan engkau pilih, berjalan tegak dengan kepala di atas, dengan banyak menggunakan akalmu ataukah berjalan dengan kepala sejajar dengan nafsumu, seperti binatang ternak, karena engkau mengutamakan nafsumu daripada akalmu?"

Semoga bermanfaat (CP)

Jumat, 07 Februari 2020

Hikmah: Bolu Pisang dan Es Krim


Bolu Pisang dan Es Krim

"Ma, kakak  ranking satu, mana janji mama mau beliin es krim," rengek Dika putra sulungku. Sejak pulang sekolah ia selalu saja menagih janjiku. Mana kutahu bila si sulung yang baru kelas dua SD akan meraih ranking satu, pikirku saat berjanji paling dia hanya akan masuk sepuluh besar saja seperti biasa.

"Sabar ya, Nak, tunggu ibu gajian tanggal satu," janjiku, padahal aku pun tahu tanggal satu nanti upah menjadi buruh cuci separuhnya akan habis menyicil hutang pengobatan  ketika almarhum suami sakit dulu.

Dika cemberut. Aku tahu dia kecewa. Tak banyak pinta anak ini sebenarnya, hanya sebuah es krim ketika ia ranking satu. Tapi bagiku itu barang mahal.

Ah seandainya saja Dika ranking dua atau tak usahlah ranking sekalian,  ia pasti tak sekecewa ini.

Keterpurukan hidupku bermulai ketika suami yang tiap hari bekerja sebagai buruh bangunan kecelakaan dan lumpuh. Tiap Minggu harus bolak balik kontrol ke rumah sakit, walau pakai BPJS namun kerepotan ini tetap membutuhkan biaya hingga hutang pun menumpuk.

Ketika suami akhirnya pergi selamanya, hutang-piutang pun berdatangan meminta haknya untuk dilunasi.

Aku pasrah. Memohon kepada si pemberi hutang agar memberi kelonggaran dengan mencicil.

Bukan tak mau bekerja lebih giat lagi, namun selain Dika, aku memiliki Anita putri bungsuku yang masih berusia dua tahun. Tak semua orang mau menerima pekerja rumah tangga yang membawa balita.

Sejak itu aku melakukan kerja apapun, mulai dari buruh cuci, hingga upahan membuat kue. Kebetulan kata orang-orang bolu pisang buatanku enak.

  (Mbak, bisa buatin bolu pisang?) Sebuah pesan masuk.

Aku bersorak. Alhamdulillah tak sia-sia mengisi pulsa data beberapa hari yang lalu dan mengaktifkan WA ku. Ada pesanan masuk.

(Bisa Mbak, mau berapa loyang?)

(2 loyang, ngambilnya habis Zuhur bisa?)

(Bisa Mbak.) Aku menyanggupi.

(Tapi bolu pisangnya jangan pakai gula ya, biar manisnya ngambil dari pisangnya saja. Anakku alergi gula.)

(Siap, Mbak. Otw dibuat.)

(Berapa harganya?)

(50.000 Mbak.)

(40.000 saja ya, kan gak pakai gula.)

Aku menelan ludah. Ya Tuhan, padahal dalam tiap loyangnya aku hanya mengambil untung 20.000.

(Ya sudah karena Mbak ngambil dua, aku kasih.)

(Oke, tapi aku gak bisa ngambil ke rumah ya, Mbak. Aku mau pergi liburan, jadi jam 1 aku tunggu di depan SMP yang ada di simpang itu.)

(Oke siap.)

Aku segera gerak cepat menyiapkan semua bahan dan mulai bekerja. Baru jam sembilan berarti masih banyak waktu luang. Kebetulan ada pisang Ambon yang belum terpakai jadi gak perlu beli ke pasar.

Alhamdulillah aku bisa mendapat untung dua puluh ribu dari penjualan dua loyang bolu pisang.

Sepuluh ribunya bisa buat beli es krim harga lima ribu untuk si sulung dan bungsu dan sisanya untuk tambahan belanja besok.

Setelah sholat Zuhur, jam 12.30 aku segera berangkat menuju tempat yang dijanjikan. Si sulung mengekor langkahku dengan riang karena terbayang es krim yang bakal didapat. Si bungsu sedang tidur siang jadi kugendong saja.

Tempat janjian kami cukup jauh sekitar setengah kilometer dari rumah. Walau tengah hari dan terik matahari tengah garang menyerang, aku tetap semangat, demi 20.000.

Jam satu kurang lima menit kami telah tiba di tempat janjian. Mungkin sebentar lagi yang memesan akan datang.

Sepuluh menit, dua puluh menit hingga tiga puluh menit berlalu namun tak kunjung ada tanda bila si pemesan akan datang.

Beberapa pesan telah kukirim sejak tadi namun hanya terkirim dan belum dibaca.

Aku menelpon berkali-kali pun tak kunjung diangkat. Sudah hampir satu jam menanti.

Si sulung telah lelah dan merengek sementara si bungsu telah bangun dan ikut meraung karena kepanasan.

Ting! Sebuah pesan masuk. Hatiku bersorak, dari si pemesan kue.

(Ya Allah Mbak, maaf ya aku lupa. Ini suami berubah pikiran, awalnya dia bilang berangkat habis Zuhur eh tahunya jam sepuluh udah mau buru-buru. Jadi gak sempat kasih kabar. Mbak, jual bolunya sama orang lain saja ya, aku udah otw ke kampung.)

Aku langsung terduduk lemas. Ya Allah, ya Allah, ya Allah. Apalagi ini? Aku tak meminta banyak ya Allah, hanya es krim saja.

Peluhku yang sudah sejak tadi mengucur, kini bercampur dengan air mata.

Siapa yang ingin membeli bolu pisang tanpa gula dengan rasa manis yang alakadarnya?

Ya Allah, berkali aku menyeka air mata yang terus membasahi wajah.

Sulungku berhenti merengek, ia langsung diam melihat air mataku. Lama ia menatapku iba. Kedua netranya mulai berkaca. Tak tega hati ini melihatnya. Ia hanya ingin es krim seharga 5000 ya Allah.

"Dika gak akan minta es krim lagi Bu, tapi ibu jangan nangis." Dika kecilku berkata dengan suara yang bergetar. Sepertinya ia pun menahan tangis.

"Kita pulang, Nak," ucapku. Dika mengangguk, si bungsu pun tangisnya mulai mereda. Sepertinya ia mengerti akan kegundahan hati ini.

Ya Allah, beginilah rasanya. Sakit ya Allah, sakit, sakit, sepele bagi mereka namun begitu berat bagiku. Bahan-bahan bolu itu adalah modal terakhir dan kini seolah sia-sia.

Ya Allah, berkali aku menyebut nama-Nya. Berat, sungguh berat, belum lama suamiku pergi dan kini rasanya aku lemah.

Tak banyak ya Allah hanya ingin es krim saja, itu saja, untuk menyenangkan buah hatiku dan kini bukan untung yang kudapat malah kerugian yang telah nyata di depan mata.

Aku baru saja memasuki halaman rumah kontrakan ketika Bu Tia tetanggaku kulihat telah menunggu.

"Eh, ibunya Dika, dicariin, untung cepat pulang."

"Ada apa Bu?" tanyaku. Semoga saja wanita baik ini akan memberikanku perkerjaan. Apa saja boleh, bahkan yang terkasar sekalipun akan kuterima. Tapi gak mungkin, di rumah besarnya sudah ada dua pembantu yang siap sedia. Aku kembali membuang anganku.

"Gini, ibu jangan tersinggung ya." Bu Tia menatapku.

Aku mengangguk, ingin kukatakan bila rasa tersinggung itu sudah lama lenyap dalam kamus hidupku.

"Papanya anak-anak kan baru pulang jemput kakek neneknya dari bandara. Ya dasar laki-laki tahunya kan cuma nyenengin anak tapi gak tahu yang baik. "

Aku mengangguk walau belum paham kemana arah pembicaraan.

"Masa dia ngebeliian anak-anak es krim sampai lima buah. Padahal anakku kan masih batuk pilek parah. Jadi, daripada buat rusuh, mau ya Bu nerima es krim ini, untuk Dika dan adiknya." Bu Tia menyerahkan plastik putih berisi es krim padaku.

Aku terdiam tak sanggup berkata-kata.

"Asikkk." Dika bersorak, aku masih bergeming.

"Lo, yang ibu bawa itu apa?" tanya Bu Tia melirik kantong hitam berisi dua kotak bolu pisangku.

"Bolu pisang Bu, tapi gak manis, kebetulan yang mesan batal. "

"Wah kebetulan, neneknya di rumah itu diabetes jadi gak bisa makan manis. Saya beli ya untuk cemilan."

"Benar Bu?" Aku bertanya tak percaya.

"Iya, berapa harganya?"

"Berapa saja, Bu. Terserah, asal jadi uang."

"Ya sudah." Bu Tia menyerahkan dua lembar uang merah ke dalam genggamanku.

"Ya Allah Bu ini kebanyakan ," ucapku.

"Sudah, gak apa. Ambil saja, kalau mesan yang kayak gini emang mahal kok Bu." Bu Tia langsung mengambil kantong berisi bolu pisang dan bergegas pergi.

Aku masih diam dengan air mata yang mulai menetes lagi. Baru saja mengeluh akan pahitnya hidup dan kini semua telah terbayar lunas.

***

Bu Tia meletakkan bolu pisang yang baru ia beli di atas meja makan.

Ia duduk dan memandang dua kotak bolu pisang itu dengan tatapan berkaca.

Sungguh zolim sebagai tetangga, bahkan ada seorang janda yang kesusahan pun ia tak tahu. Sementara baru saja ia membeli tas branded seharga jutaan dan tak jauh dari rumahnya ada seorang anak yatim merengek pada ibunya hanya demi sebuah es krim.

Untung saja Fahri putranya bercerita, bila tidak pastilah kezoliman ini akan terus berlangsung.

"Ma, tadi yang juara 1 Dika, tetangga kita yang di ujung itu." lapor putra sulungnya.

"Bagus dong, les dimana dia?"

"Gak les kok, Ma. Orang dia miskin kok."

"Hey, gak boleh menghina orang lain." Bu Tia melotot pada putranya.

"Gak menghina kok. Kenyataan emang dia miskin. Kasihan deh Ma, masa kan ibunya janji mau beliin dia es krim kalau ranking satu eh pas dia ranking malah ibunya bilang tunggu ada uang. Kasihan banget Dika ya , Ma. Mana kalau di sekolah dia suka mandang jajanan temannya kayak ngeiler gitu tapi pas dikasih dia nolak. Malu mungkin ya, Ma." Fahri bercerita panjang lebar.

Bu Tia terdiam.

Ya Allah mengapa ia tak tahu? Selama ini, ia aktiv ikut kegiatan sosial, mengunjungi panti asuhan ini dan itu. Namun ia abai akan keadaan di sekitar.

"Ma, bolunya gak ada rasa, kurang enak," ucap Fachri membuyarkan lamunannya.

"Sengaja, makannya bukan gitu. Tapi kamu oles mentega dan taburi meses atau kamu oles selai buah."

"Ohhh, gitu ya. Tumben mama pesan bolu tawar."

"Lagi pengen aja."

Bu Tia menghela napas panjang. Tak akan terulang lagi, jangan sampai ada tangis anak yatim yang kelaparan di sekitarnya.

Anak yatim itu bukan tanggung jawab ibunya saja tapi keluarga dan orang sekitar.

***

Sepele bagi kita namun berarti bagi mereka.

Ada kala sisa nasi kemarin sore yang tak tersentuh di atas meja makan kita adalah mimpi dari anak-anak yang telah berhari-hari terpaksa hanya berteman dengan ubi rebus saja.

Jangan heran menatap binar seseorang yang begitu terharu ketika gaun pesta yang menurut kita sudah ketinggalan jaman itu kita berikan pada mereka.

Uang lima puluh ribu yang sangat mudah lenyap ketika dibawa ke mini market bertukar dengan kinderj*y dan beraneka jajanan yang habis dalam sekejap itu adalah setara dengan hasil kerja keras seorang buruh dari subuh hingga menjelang Magrib.

Bersedekah itu gak perlu banyak, sedikit saja dari yang kita punya. Memberi itu jangan menunggu kaya, saat kekurangan lah justru diri harus lebih bermurah hati.

Beruntunglah bila di sekitar begitu banyak ladang sedekah dimana kita dapat menukar rupiah menjadi pahala. Kaya itu bukan pada jumlah harta tapi bagaimana kita membelanjakannya. Akherat itu ada dan sudah kah kita menyiapkan hunian di sana?...





🙂🙂🙂🙂🙂🙂🙂

Kisah_Nyata_Bencana_Lembah_Palu (part 9) by Hayyun Zsavana

Tertimpa Reruntuhan Bangunan

Saya terus melangkah pelan. Menyusuri lorong rumah sakit.  Menuju ke  arah Utara.  Arah keluar RS. Lantai RS yang becek dan dipenuhi serpihan kaca,  memaksa saya harus berjalan perlahan.

Telapak kaki yang telah dipenuhi luka,  terasa seperti disayat-sayat.  Setiap tanpa sengaja menginjak tumpukan lumpur basah.

Ada 2 alternatif jalan  untuk keluar RS.

Berbelok ke kiri. Masuk ke ruang IGD. Lalu keluar melalui pintu Utara IGD. Langsung tembus di parkiran RS.

Tapi di tengah guncangan gempa  susulan yang belum juga berhenti,  alternatif ini sangat beresiko.  Hampir pasti pula akan sangat banyak pecahan beling di situ.  Situasi gelap yang demikian pekat di sekitar, juga akan semakin memperbesar resiko.

Akhirnya saya memilih alternatif jalan kedua.  Berbelok ke kanan beberapa langkah.  Lalu  ke kiri.  Melewati ruang pendaftaran dan front office RS. Tempat saya pagi tadi mendaftarkan Neng Susi sebagai pasien bersalin untuk operasi cesar.

Tepat ketika hendak berbelok ke kiri menuju front office,  saya hampir saja bertabrakan dengan sesosok bayangan tinggi besar.  Sosok yang tiba-tiba saja muncul. Entah dari mana datangnya.  Muncul seketika di hadapan.

Karena kaget,   refleks saya mundur selangkah.  Sambil memastikan itu bayangan apa.  Untunglah ternyata itu bayangan seorang Bapak.  Kebetulan posturnya memang tinggi besar.  Situasi yang gelap, agaknya  memberi efek pembesaran pada bayangan sosok tinggi besar itu.

Lega.

Bukan sesuatu yang berbahaya.  Sambil meneruskan langkah,  saya sempat menyapanya singkat:

"Mau ke dalam,  Pak?"

Tak jelas jawabannya apa.  Saya pun tak lagi fokus ke situ. Hal yang terpikir hanya bagaimana supaya segera mencari dan menemukan mereka.  Neng Susi,  Mama, Widi,  dan anak-anak.

Setelah Bapak itu berlalu,  saya melanjutkan langkah.  Memasuki area front office RS.  Melewati meja resepsionis dan tempat pendaftaran pasien.

Meski tak segelap di dalam,  suasana di situ tak bisa  dibilang terang.  Kegelapan masih menyelimuti.

Kedua ujung ruangan itu, sebenarrnya merupakan bagian gedung yang terbuka.  Tanpa pintu.  Baik ujung Utara yang menjadi akses masuk utama pengunjung.  Demikian juga ujung Selatannya.  Namun tetap saja suasana gelap masih mencekam.

Ada keheningan yang aneh ketika  melewati ruangan itu.

Di balik tembok RS sebelah Timur, entah kenapa terasa begitu sunyi.

Hening.

Tapi itu kesunyian yang tak biasa.  Keheningan yang lain.  Aneh saja rasanya. Tapi entah apa.

Saya tak mampu lagi bernalar dengan baik. Fisik yang lelah.  Lapar yang mendera.  Rasa haus yang menyengat kerongkongan. Sejak dari lantai dua RS,  sepertinya semakin menggerogoti kekuatan dan kesadaran.

Tapi saya terus berusaha melangkah.  Kali ini bukan saja sekedar pelan.  Tapi dengan langkah yang mulai goyah.

Gontai. 

Kedua kaki rasanya seperti bergetar-getar ketika diangkat untuk melangkah.

Tapi ingatan pada Neng Susi,  Si Dede bayi,  Mama,  Widi,  dan anak-anak,  memaksa saya untuk terus melangkah.

Saya harus segera menemukan mereka.  Bagaimanapun caranya.  Entah bagaimanapun keadaannya.

Dengan langkah sempoyongan, saya terus berjalan.  Sekitar 3 atau 4 langkah sebelum mencapai teras luar RS, hampir saja  saya  terjatuh. Terantuk pecahan tehel.  Untunglah saya masih dapat menjaga keseimbangan.  Hingga tak sampai terjatuh di lantai yang sangat mungkin juga dipenuhi pecahan beling.

Pada langkah berikutnya,  akhirnya saya tiba di teras luar RS.  Teras sebelah Timur.  Tepat di belakang Pos Keamanan yang menghadap ke Jalan H. M.  Soeharto.

Situasi di luar RS,  memang tak sepekat di dalam. Namun kegelapan tetap saja mendominasi.

Dari atas teras itu,  samar-samar terlihat beberapa bayangan benda.  Pandangan saya langsung tertuju ke area parkiran mobil.  Di depan Pos Keamanan.  Di situ sore tadi saya memarkir mobil.  Agak lega rasanya. Ketika  masih terlihat bayangan sebuah mobil.

Meski sepenuhnya terselimuti kegelapan,  tapi sepertinya mobil itu tidak apa-apa.  Masih aman di tempatnya semula.  Ada beberapa bayangan mobil lain, ikut terparkir di kiri dan kanannya.  Masing-masing tetap di tempat semula.

Keadaan di parkiran mobil itu,  berbeda sekali dengan di parkiran motor.  Parkiran yang berada tepat di depan ruang IGD itu, sungguh berantakan.

Dari tempat saya berdiri,  nampak bayangan puluhan motor dalam keadaan kacau balau.  Tak ada satupun lagi  yang berada di tempatnya   semula.  Semua bergeser jauh.  Bahkan ada yang sampai menabrak dinding sebelah Barat IGD.  Sebagian lain, malah berjatuhan saling tindih.

Baru saja hendak menuruni teras RS, sekonyong-konyong terdengar suara seseorang berteriak.

"Tolong !! Tolong !! Tolong!!"

Di seberang jalan depan RS,  terlihat sesosok bayangan. Nampak bergegas ke arah saya yang saat itu masih dengan langkah gontai berusaha menyeberangi area parkiran motor.

"Pak tolong, Pak,  tolong!!!",

Suara seorang laki-laki.

Kurang lebih seusia saya.  Dengan nafas memburu dia terus berbicara tanpa memberi kesempatan saya bereaksi.

"Tolong pak,  tolong!!. Ibu kami tertimpa bangunan teras rumah. Tidak ada orang yang mau bantu Pak.  Semua orang lari ketakutan. Tolong kami pak!!!".

Saya tak mampu lagi berkata-kata.  Situasi di depan RS itu ternyata memang sunyi.  Rupanya semua orang berfokus untuk menyelamatkan diri masing-masing.  Lari dari kejaran lumpur,  yang datang begitu tiba-tiba.  Tak sempat lagi berfikir untuk membantu orang lain.  Masing-masing sibuk dengan keselamatan diri sendiri.

Pikiran sayapun saat itu seketika terpecah.

Memilih membantu orang yang sangat membutuhkan pertolongan. Terancam kehilangan  nyawa. Hanya beberapa meter di depan saya.  Atau menolak dengan alasan kalau saya juga harus segera mencari dan menyelamatkan keluarga sendiri.  Mereka yang mungkin keadaannya jauh lebih parah dari ibu yang tertimpa runtuhan teras rumahnya itu.

Tapi yang saya lakukan,  akhirnya menyeberang jalan H.M. Soeharto.  Mengikuti bayangan laki-laki di depan.   Menuju bayangan samar tumpukan benda di depan sebuah rumah.  Tepat di Depan RS.  Agak ke kiri.

Setibanya di depan halaman rumah itu,  nampaklah sebuah pemandangan yang sangat miris.  Sekaligus mengerikan.

Teras rumah itu rupanya benar-benar runtuh.

Rubuh.

Ambruk total.

Di bagian paling atas runtuhan,  seng-seng atapnya berserakan malang melintang.

"Pak tolong,  Pak!!!"

Kali ini suara seorang laki-laki lainnya yang berbicara.

Rupanya ada 3 orang di tempat itu. Sepertinya mereka 3 bersaudara.   Laki-laki yang tadi pertama mendatangi saya dan yang baru saja meminta tolong.  Satu lagi seorang perempuan.  Darinya terdengar suara sesengukan tertahan.

Belum sempat saya bertanya,  laki-laki yang baru saja berbicara,  melanjutkan:

"Ada ibu kami di bawah, Pak".

Katanya memelas sambil menunjuk tumpukan seng yang berserakan di hadapan kami.

"Tadi ketika gempa, dia baru saja datang.  Belum sempat turun dari motor. Tiba-tiba gempa dan teras rumah langsung roboh.  Ibu sepertinya tertimpa motornya juga. Tadi ada banyak orang yang berlari lewat sini.  Tapi tidak ada yang berhenti waktu dimintai tolong."

Mendengar itu, tanpa pikir panjang,  saya langsung mengajak mereka bergerak.

"Ayo.  Kita angkat seng-sengnya!!!".

Bertiga kami bergerak.  Maksudnya hendak menyingkirkan tumpukan seng yang berserakan memenuhi hampir seluruh permukaan halaman rumah.

Perempuan yang tadi sesengukan juga ikut bergerak. Masih dengan suara tangis tertahan.  Sambil bergumam lirih:

"Mama,  Mama,  tunggu Mama. Kami akan menyelamatkan Mama".

Usaha untuk menyingkirkan seng-seng itu,  ternyata bukan perkara mudah.  Ternyata di bawah seng itu,  sebatang beton reng balak besar melintang panjang.  Beton reng balak inilah rupanya yang menimpa ibu dengan motornya itu.

Tanpa sempat menyelamatkan diri,  ibu itu tertimpa jatuh dengan posisi tertindih motor yang baru saja dinaikinya.  Di atas motor itu kini sebuah beton reng balak  sangat berat melintang dan menindih.

Posisi dan keadaan ibu itu sendiri,  sama sekali tak bisa terlihat.  Sepenuhnya tertutupi tumpukan seng.

Tak ada jalan lain,  kami harus menyingkirkan reng balak itu terlebih dahulu.  Setelah menyingkirkan beberapa lembar seng untuk mendapat pegangan yang bagus,  kami berusaha mengangkat beton itu.

Tapi itu terlalu berat buat kami bertiga.  Sesentipun beton yang besarnya sepelukan orang dewasa itu,  tak bergerak.

Saya sendiri hanya bisa berbicara sekedarnya.  Tak punya lagi tenaga yang cukup untuk mengangkat beban seberat itu.  Itupun  masih berusaha sekuat daya yang tersisa terus berusaha membantu.

Melihat kami tak bisa menyingkirkan beton itu meskipun sudah beberapa kali berusaha,  tangis perempuan yang tadinya tertahan,  kini pecah.  Berubah menjadikan teriakan tangis histeris:

"Mama!! Mama!!  jangan pergi!!  Kakak!! bagaimana Mama!!  kasian Mama!! tolong Mama!!"

Hati saya benar-benar tersentuh mendengar tangis dan teriakan menyayat hati itu.

Teriakan perempuan itu,  serta merta pula mengingatkan saya pada teriakan tangis histeris dari perempuan di balik tembok Selatan RS. Teriakan  yang sangat mirip suara Neng Susi.

Bayangan mengerikan akan kehilangan salah satu atau seluruh anggota keluarga,  kembali mencekam perasaan dengan sangat kuatnya. Bila benar itu terjadi,  keadaan Neng Susi dan yang lainnya pasti lebih parah.

Entah tertimbun langsung di bawah gunungan lumpur.  Bisa juga tertimpa bangunan rubuh karena tak sanggup menahan terjangan lumpur.

Si Dede.
Bayi cantik kami yang baru lahir itu,  bagaimana kini keadaannya.

Masihkah dapat dipertemukan lagi setelah sesaat tadi sempat memeluknya.

Rangga.
Sanggupkah dia lari dari kejaran lumpur?

Inka.
Di mana dirimu sekarang, Nak?

Mama.

Widi.

Satu persatu wajah mereka melintas.

Tanpa sadar air mata kembali meleleh.  Meleleh begitu saja. Membuat Saya menangis dalam diam.

Tapi itu hanya sesaat.

Ibu yang berada di bawah reruntuhan  harus segera diselamatkan.  Berpikir begitu,  dengan suara agak bindeng,  saya berkata:

"Jangan diangkat betonnya.  Coba kita geser saja. Ayo kita geser ke arah Utara. Bapak berdua tarik dari arah sana.  Saya dorong dari sini".

Benar saja.  Cara itu segera menunjukkan hasil.  Meskipun tak seberapa jauh, beton reng balak itu akhirnya dapat bergeser.

Begitu beton itu bergeser,  salah satu dari laki-laki itu segera melompat.  Memasukkan tangannya ke bawah reruntuhan di balik tumpukan seng. Lalu seketika dia berseru keras.  Antara teriakan panik dan gembira:

"Ini.  Ini tangan Mama.  Dapat tangannya. Tangannya masih bergerak.  Mama masih hidup.  Mama masih hidup!!! ".

Ada harapan besar di nada suaranya.

Tak puas dengan itu dia lalu memanggil-manggil sang ibu.  Kali ini dengan suara serak.

Kini ada nada tangis terdengar:

"Mama!! Mama!!".

Dia memangil-manggil ibunya.

Hening.

Tak ada jawaban.

"Mama!!  Mama!!"

Laki-laki itu terus memanggil-manggil dalam panik dan tangis.

#Bersambung_ke_Part_10
#Pencarian_Sia_Sia
#Link_Part_1

https://m.facebook.com/groups/455987668477569?view=permalink&id=652926458783688

Hikmah: Melangkahlah tanpa Beban!!!

Suatu hari, seorang pemuda yang gagah namun penampilannya dekil dan bajunya compang-camping mendatangi seorang guru.

Dia berkata, "Guru, saya datang dari jauh dan telah menempuh perjalanan yang sangat jauh dan berat. Saya kesepian, menderita dan sangat letih.

Sepatu saya sudah sobek dan badan saya penuh luka. Ini semua saya lakukan demi mencari jawaban atas penderitaan saya.

Kenapa saya belum menemukan cahaya petunjuk sedikit pun?".
Sang guru melihat pemuda ini membawa sebuah buntelan besar.
"Apa isi buntelanmu itu?", tanya si guru.
Si pemuda, "Isinya sangat penting bagi saya.

Di dalamnya ada barang-barang yang mengingatkan saya pada setiap tangisan, ratapan, dan air mata saya.

Benda-benda ini menjadi penyemangat saya dalam menempuh perjalanan berat mencari jawaban ini".

"Baik, sekarang ikutlah denganku", kata si guru.
Mereka berjalan sebentar dan tiba di tepi sebuah sungai kecil.
Di tepi sungai itu ada sebuah perahu sampan kecil.

Si guru naik ke atas sampan tersebut."Naiklah!", ajak si guru pada pemuda itu.

Si pemuda itu pun naik ke atas sampan, dan mereka menyeberangi sungai tersebut.
Ketika sampai di seberang, mereka berdua turun dari sampan ke tepian.
Kata si guru, "Kita sudah sampai.
Sekarang pikullah sampan ini, dan kita akan melanjutkan perjalanan kita".

Pemuda itu kaget dan protes, "Tapi sampan ini begitu berat, mana kuat saya memikulnya?".

"Benar sekali katamu itu. Ketika kita menyeberangi sungai, sampan ini sangat berguna dan besar artinya bagi kita.

Namun ketika sudah siap meneruskan perjalanan kita berikutnya, sampan ini hanya akan menjadi beban saja.

Kita harus meninggalkannya di tepi sungai, kalau tidak sampan ini hanya akan memberatkan langkah kita".

"Begitu juga dengan kehidupan kita. Penderitaan, kesepian, kegagalan, tangisan, air mata, dan bencana, semuanya sangat berguna dalam kehidupan kita.
Semua itu membuat kita tabah dan kuat menghadapi tantangan hidup di masa depan.

Namun pada saat kita ingin melangkah maju, kalau kita tidak melepaskan hal-hal tersebut, maka hal-hal tersebut hanya akan menjadi beban langkah kita.

Letakkanlah beban itu! Kehidupan akan menjadi lebih ringan.
"Sekarang letakkan tasmu di sini, dan mari kita melanjutkan perjalanan".

Si pemuda mengikuti perintah si guru, dan melanjutkan perjalanan. Beberapa jauh kemudian si guru menanyakan perasaan si pemuda ini.
Jawab si pemuda, "Kini rasanya langkahku begitu ringan dan cepat. Aku baru sadar bahwa kehidupan sebenarnya bisa dijalani dengan begitu sederhana.....".

RENUNGAN :Masa lalu tidak sama dengan masa kini dan masa depan.
Masa lalu tidak terlalu penting. Yang penting adalah masa kini dan masa yang akan datang.

Orang berhasil pasti pernah jatuh dan gagal dalam hidupnya, tetapi mereka tidak terus-terusan membawa beban itu di pundaknya.

Jadikan masa lalu yang baik sebagai teladan, dan masa lalu yang buruk sebagai pelajaran.

Namun jangan membawa-bawa masa lalu itu sendiri.


🌹Filosofi Berorganisasi🌹



Jika kamu berada dalam satu struktur organisasi, 
kerjakan posisimu sebaik mungkin !!


Tak perlu merasa tak dihargai karna tak ditampilkan.

Organisasi itu ibarat pohon

Jika posisimu sebagai batang, jadilah batang yang kokoh untuk menopang pohon.

Jika posisimu sebagai cabang, jadilah cabang yang mampu menggandeng setiap ranting dan daun.

Jika posisimu sebagai daun, jadilah daun yang rimbun supaya bermanfaat menaungi orang yg kepanasan.

Jika kamu menjadi buah, jadilah buah yang manis supaya nama baik pohonmu terjaga.

Jika posisimu sebagai bunga, jadilah bunga yang merekah indah, supaya pohonmu terhiasi dan dikenal orang.

Bahkan jika posisimu sebagai akar yang tak terlihat, maka jadilah akar yg kuat mencengkram ketanah demi tegaknya sebuah struktur pohon tersebut.

Maka hendaknya semua anggota menanamkan rasa tanggung jawabnya, supaya tak saling iri terhadap satu tubuh.

Sebagai AKAR, walau dirinya tak terlihat dan sering diinjak orang, namun dirinya tak pernah IRI untuk menjadikan BUNGA yang merekah yang ada di atas dan dilihat dan dikenali oleh banyak orang. Karena dia (akar) tahu bunga pun beresiko untuk dipetik orang tanpa tujuan.

So, mari kita bersyukur dengan yang sudah kita miliki, dengan amanah yang kita emban, apapun posisinya.

#####

Semoga Menginspirasi
Jangan Ada Rasa Iri Apalagi Benci
Tetaplah Kompak dan Bersama

Seringlah Muhasabah Diri ❤❤

Kamis, 06 Februari 2020

Hikmah: Anak Panah

ANAK PANAH


Pernahkah kamu mengalami suatu keadaan yang membuat hidupmu seperti ditarik mundur, jauh dari harapan?

Pernahkah kamu melihat orang-orang yang dulunya berapi-api tiba-tiba seperti kehilangan semangat bahkan lenyap dari peredaran?

Pernahkan kamu melihat atau bahkan merasakan bahwa orang-orang yang pernah kau lihat (atau bahkan dirimu sendiri) mengalami kemunduran itu, lalu tiba-tiba melesat cepat ke depan dan meraih banyak hasil?

Pasti pernah, bukan?


Kita layaknya 'anak panah' di tangan ALLAH.
Ada masa-masa anak panah itu melesat cepat terlepas dari busurnya menuju sasaran yang dimaksudkan.
Ada masanya anak-anak panah itu harus istirahat dalam kantong-Nya.

Namun di saat yang diperlukan, anak panah itu akan dipasang dalam busur-Nya ditarik kebelakang...

Sejauh mungkin untuk mencapai suatu sasaran.
Semakin jauh tarikannya, semakin jauh pula jarak yang akan ditempuh.
Semakin panjang rentang busur menarik ancang-ancang, makin cepat pula anak panah itu melesat.

Jadi...

Jika kau seperti dalam keadaan yang mundur, bersabarlah.
Mungkin ALLAH tengah meletakkanmu di busur-Nya.
Menarikmu jauh-jauh ke belakang, agar di saat kau dilepaskan, kau memiliki daya dorong yang kuat untuk mencapai sasaran.

Dan jika kau melihat seorang teman seperti tengah mengalami kemunduran, jangan buru-buru menghakimi dengan mengatakan: 'Apinya telah padam'

Jadilah teman yang baik, yang mendampingi di saat temanmu sedang 'dimundurkan' karena dengan demikian kau ikut menjaganya agar tidak sampai putus asa dan terkulai.

Kamu, aku, dia, mereka... adalah anak-anak panah ditangan ALLAH.

Hidup untuk mencapai suatu sasaran yang sudah ditetapkan.
Tetaplah semangat, tetaplah bersabar, karena semua akan indah pada waktu yg ditentukanNYA.

Syukurilah, maka anda bahagia.
Bahagialah, maka anda akan sukses.

So, tetaplah semangat.

Rabu, 05 Februari 2020

Kisah_Nyata_Bencana_Lembah_Palu (part 8) by Hayyun Zsavana

Kehilangan

Ketika pertama menemukan kenyataan mengerikan di depan tangga lantai satu itu,  saya memang sempat terperangah.  Hanya bisa melongo.  Terpaku diam.  Tak bisa berkata dan berbuat apapun. Untuk bergerak selangkah saja pun tetiba terasa begitu berat. 

Tapi saya tidak punya pilihan lain.  Apapun yang terjadi.  Bagaimanapun keadaan yang sedang dihadapi saat ini.  Tak ada pilihan lain.  Kecuali harus segera pergi dari tempat ini.  Tempat yang kini terasa bagai goa sangat besar. Berlantai dua.  Dengan lorong panjang gelap tanpa ujung.

Saya akhirnya memberanikan diri bergerak.  Melangkah pelan,  menuju ke arah bayangan hitam pekat itu.  Handphone di tangan saya hampir saja terjatuh ke lantai yang basah. Lantai yang sudah pula dipenuhi lumpur hampir setinggi mata kaki. Bekas luka tertusuk beling di lantai atas tadi. Di beberapa bagian telapak kaki,  terasa perih seperti tersayat-sayat, begitu telapak kaki telanjang saya menginjak gumpalan lumpur.

Pada jarak tiga langkah dari bayangan itu,  saya mencoba mengangkat handphone ke arah bayangan yang semakin di dekati semakin terasa membesar.  Di balik cahaya redup handphone,  saya menemukan kenyataan yang sama sekali tak terduga.  Ternyata bayangan hitam besar itu adalah gumpalan lumpur yang menggunung. Menutupi seluruh permukaan kosong di antara tiang sebelah Utara dan dinding Selatan RS.

Gumpalan  lumpur itu benar-benar menggunung.  Sangat tinggi. Menjajari atap bangunan RS di sebelah Utara. Hampir-hampir setinggi plafon lantai satu  bangunan RS sebelah Selatan.

Inilah rupanya gulungan lumpur setinggi 20 meter yang hampir menerjang saya saat berlari menyelamatkan diri tadi. 

Ini pula lumpur yang membuat seluruh penghuni RS di lapangan, panik. Lalu berlarian dalam riuh rendah teriakan, untuk menyelamatkan diri.

Lapangan yang tadinya menjadi tempat berkumpul para penghuni RS,  kini sepenuhnya pasti telah tertutupi oleh gunungan lumpur.

Gunungan lumpur ini pulalah rupanya  yang yang tadi menimbulkan suara gedebuk sangat kencang. Mengakibatkan guncangan cukup keras pada bangunan RS.  Suara gedebuk yang diikuti  gemuruh tak kalah kerasnya itu,  sangat mungkin timbul ketika gunungan lumpur menerjang dinding sebelah Timur RS. Berton-ton gunungan lumpur yang sebelumnya datang     bergulung-dengan dari arah Timur, membawa berbagai macam benda bersamanya,  telah menerjang gedung RS.

Bila gedung RS ternyata tidak runtuh oleh terjangan hebat itu,    sepertinya itu suatu keajaiban. Hanya kuasa Tuhan yang memungkinkan itu bisa terjadi.

Kini seluruh dinding bangunan RS sebelah Timur, sepenuhnya telah dipenuhi berton-ton lumpur.  Saya sendiri belum bisa lagi bernalar,  dari mana datangnya gunungan lumpur itu.

Apa mungkin lumpur itu diakibatkan oleh jebolnya tanggul irigasi tua yang terletak di sebelah Timur Kelurahan Petobo?

Tanggul itu memang sangat mungkin jebol akibat  guncangan dahsyat gempa beberapa saat lalu.   Tapi rasa-rasanya,  bilapun tanggul itu jebol,  hampir tak mungkin mengakibatkan banjir lumpur sebegini besar.  Saya benar-benar tak mampu menalar kenyataan aneh itu.

Saya  masih terus mengarahkan cahaya samar handphone ke arah gunungan lumpur.  Samar-samar terlihat beberapa pokok pohon masih dengan daunnya menonjol keluar dari baliknya.

Di bawah pokok kayu itu,  masih terdapat pula tempat tidur pasien yang sejak tadi menutupi akses jalan utama dari dalam RS ke lapangan.  Kini sebagiannya sudah tertimbun lumpur.

Terlihat pula  sepasang ban belakang sebuah mobil menyembul. Bodi mobil itu sepenuhnya menempel di dinding RS.  Boleh jadi pengemudinya masih ada di dalam.  Boleh jadi juga di balik gunungan lumpur itu, terdapat banyak korban. Akibat terseret lumpur. Tak sempat lagi lari menyelamatkan diri dari terjangan lumpur yang datang begitu tiba-tiba.

Membayangkan kemungkinan itu dan menemukan kenyataan mengerikan lagi aneh dalam jarak hanya 3 langkah di depan, membuat saya teringat lagi pada teriakan tangis histeris perempuan yang sangat mirip suara Neng Susi tadi.

Ingatan itu kali ini memberi akibat aneh.  Sekonyong-konyong seluruh tubuh saya  bergetar tanpa bisa dikendalikan. Kali ini bukan lagi oleh sekedar rasa takut akan kehilangan orang-orang tercinta. Mereka yang baru beberapa saat lalu masih bersama.

Bukan.

Bukan lagi sekedar ketakutan.

Tapi keyakinan.  Ketakutan teramat sangat akan kehilangan seluruh keluarga di tempat itu, kini berubah menjadi keyakinan.

Kenyataan di depan itu tidak lagi hanya sekedar menimbulkan rasa takut.  Tapi keyakinan bahwa seluruh keluarga saya yang ketika terjangan lumpur datang dari arah Timur,  berlari ke arah Selatan, kini telah menjadi korban. Ikut tersapu dan terbenam arus lumpur yang begitu deras dan kuat.

Tak seorangpun bisa selamat dari bencana yang datang tanpa disangka-sangka seperti ini.

Teriakan tangis  histeris sangat mirip suara Neng Susi itu, bisa jadi suara terakhirnya yang sempat terdengar,  sebelum menjadi korban terjangan lumpur,  bersama si Dede bayi, Mama dan yang lain.

Bersama keyakinan itu,  saya akhirnya dengan  lunglai melanjutkan langkah. Berbelok ke kiri. Melewati bayangan hitam gunungan lumpur.  Menuju jalan ke luar RS.  Ke arah Utara.

Apapun caranya.  Bagaimanapun keadaannya.  Saya harus segera keluar.  Mencari dan menemukan jasad keenam anggota keluarga tercinta.  Di balik timbunan lumpur.  Entah di sebelah mana. Di sekitar RS Nasana Pura.

Melangkah perlahan.  Sendirian. Di tengah kegelapan yang terasa begitu hening. Dalam lelah,  letih,  lapar, dan haus yang sudah mendera sejak tadi.  Tak terasa air mata berlelehan keluar.  Tanpa bisa ditahankan lagi.

Kini,  mau tidak mau.  Siap atau tidak siap.  Saya harus menghadapi kenyataan paling pahit dalam hidup.

Kehilangan Neng Susi.  Istri yang sudah bersama dalam suka duka,  pedih perihnya kehidupan selama 18 tahun.  Sejak tahun 2001.

Kehilangan si Dede bayi. Anak ketiga kami yang begitu diharapkan kehadirannya setelah 12 tahun tak lagi menikmati indah dan nikmatnya menimang seorang bayi.

Suara tangis pertamanya ketika di ruang bersalin IGD RS yang terdengar begitu indah dan melegakan, terngiang lagi. Melintas sekejap di pendengaran. Entah dari mana datangnya.

Kehilangan Inka.  Anak pertama yang lahir ketika kami masih dalam keadaan serba prihatin dan kekurangan. Gadis remaja yang kini berusia 17 tahun. Seorang gadis yang sedang beranjak dewasa dengan banyak prestasi yang begitu membanggakan kami.

Kehilangan Rangga.  Anak laki-laki satu-satunya yang memiliki prestasi tak kalah membanggakan dibanding kakaknya. Rangga yang cool.  Sangat cool malah.  Tidak banyak tingkah. Asalkan pulsa datanya tersedia cukup untuk main game online kesukaannya.

Kehilangan Mama.  Seorang ibu paling ikhlas. Ibu yang penuh perhatian ketika kami anak-anaknya sakit atau ditimpa masalah.  Tanpa perduli dengan kesehatannya sendiri yang sudah beberapa kali dirawat karena gejala penyakit jantung.

Mama yang pensiunan guru. Ibu hebat yang di masa tuanya, di usianya yang kini 71 tahun dengan hidup hampir sempurna. Berada di tengah keriangan cucu-cucunya.  Kesempurnaan hidup yang mestinya akan tuntas tahun depan dengan berangkat menunaikan haji ke tanah suci.

Kehilangan Widi.  Adik bungsu yang manjanya tak   habis-habis meskipun sudah memiliki rumah tangga sendiri.

Mengingat mereka satu persatu yang kini jasadnya entah terbujur di balik gunungan lumpur yang mana,  membuat lelehan air mata semakin deras. Benar-benar tak bisa lagi tertahankan.

Next: https://dandidinda.blogspot.com/2020/02/kisahnyatabencanalembahpalu-part-9-by.html

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...