Tulisan seorang teman yang baru pulang umroh.
*****
Di Masjidil Haram, sehabis menyelesaikan tawaf, saya segera menepi mencari tempat strategis yang berhadapan langsung dengan Multazam untuk berdoa. Saya menemukan tempat yang kebetulan lowong di hadapan Ka'bah. Lalu saya bersimpuh dan memanjatkan do'a sambil menunggu waktu subuh menjelang.
Saat itulah saya melihat seorang lelaki hitam legam dari benua Afrika datang dan langsung mengambil tempat di samping kanan.
Terlintas dalam hati, "Dengan potongan perawakan dan tampang seperti ini, lelaki kulit hitam ini pasti orang kasar yang tidak berpendidikan".
Lalu sebagaimana kebiasaan di masjid ketika duduk bersebelahan dalam satu jama'ah, saya menyalaminya.
Tiba-tiba ia bertanya dengan Bahasa Inggris yang bagus sekali tentang asal saya. "Saya dari Nigeria, kamu dari mana?". Saya bilang, saya berasal dari Indonesia.
"Kenapa orang indonesia suka sekali berusaha mencium batu Hajar Aswad"?, tanyanya memulai percakapan.
"Mungkin karena cinta. Kabah adalah rumah Tuhan, dan Hajar Aswad adalah batu yang pernah dicium Rasulullah. Maka mencium Hajar Aswad adalah refleksi cinta orang Indonesia terhadap Tuhan dan Rasulnya", jawab saya sekenanya.
"Apakah orang Indonesia juga bertingkah laku seperti itu terhadap cinta Allah SWT yang dianugerahkan kepada mereka?", katanya.
"Maksud anda? Cinta Allah SWT seperti apa yang dianugerahkan kepada kami"?, jawab saya dengan bingung.
Lalu lelaki hitam itu menjawab, "Jika Allah Ta'ala menganugerahkan kalian istri, anak-anak dan orang tua yang masih hidup, Itulah wujud cinta Allah kepada kalian."
"Pertanyaan saya", katanya. "Apakah orang-orang Indonesia, berusaha dengan keras dan gigih mencurahkan kasih sayang terhadap anak, istri dan orang tua mereka yang masih hidup yang diamanahkan Allah Ta'ala sebagaimana mereka berusaha mencium Hajar Aswad ?" katanya.
"Jika terhadap batu saja refleksi cinta kalian begitu dahsyat, lebih lagi terhadap makhluk Allah yang telah diamanahkan kepada kalian?", tegasnya lagi.
Saya tercekat, hilang akal dan tak mampu berkata lagi...
Apalagi saat ia bercerita bahwa ia menyelesaikan PhD-nya di AS namun memilih pulang membesarkan anak-anaknya yang 6 orang agar mampu menjadi muslim yang baik.
Maka hancurlah semua persangkaan saya terhadap orang ini. Allah membayarnya langsung tunai saat itu juga.
Setelah shalat subuh, sebelum berpisah ia memberi aasehat yang sampai saat ini masih teringat di kepala saya...
Keberhasilan haji atau umroh kita, mabrur atau tidaknya, dinilai bukan pada saat kita menyelesaikan ritual-ritual haji/umroh seperti, seperti "tawaf" atau bahkan mencium "Hajar Aswad", namun dinilai pada saat kita kembali ke keluarga dan lingkungan.
Apakah kita mampu menunaikan amanah-amanah, anugerah-anugerah, kasih sayang Allah Ta'ala kepada kita dengan bersungguh-sungguh, bersusah payah, mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang kita cintai, pekerjaan dan masyarakat.
Saya genggam tangannya, saya memeluknya dan menyampaikan terima kasih. 😭
Saat dia pergi diantara kerumunan orang, saya faham, inilah cara Allah Taala menegur saya dan menyampaikan makna mencium Hajar Aswad.
Oleh karena itu mari kita bersama belajar untuk menjadikan orang tua kita, istri, anak-anak, saudara-saudara serta sahabat dll sebagai ladang amal ibadah kita dan bukan merupakan sumber gosip atau ladang dosa-dosa kita.
Allah SWT berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِۦ شَيْئًا ۖ وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسٰنًا وَبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِينِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنۢبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمٰنُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
"Dan sembahlah ALLAH dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri". (QS. An-Nisa' 4: Ayat 36)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pijar Park Kudus
Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...
-
Pagi ini kami menata semuanya dengan sangat baiknya. Management Waktu sangatlah terorganisir dengan baik. Berbenah di rumah sebelum berangka...
-
Mandi Pagi Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 1300 an km dari Tangerang menuju Kapau Bukittinggi, pagi ini baru sempat mengantarkan T...
-
Alhamdulillah, pagi ini kami kembali ke rantau setelah dua Minggu berada di kampung halaman. Dua Minggu berkesan. Memberi kesempatan kepada ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar