Senin, 10 Februari 2020

Ke Bandung

Sabtu, 8 Februari 2020

Alhamdulillah selepas jam enam pagi tadi kami meninggalkan rumah menuju kota Bandung. Ada undangan silaturahim yang memang sudah kami niatkan beberapa waktu yang lalu. Serba kilat, semuanya terpacking pagi ini tanpa banyak barang yang tertinggal. Sekedarnya saja, karena perjalanan hanya sehari.

Hujan mengiringi kami sejak dari Bintaro hingga Rest Area KM 57. Derasnya hujan kadang menghalangi pandangan sehingga perlu kehati-hatian yang ekstra. Sepanjang jalur tol TB Simatupang hingga tol layang cikampek, gelap terasa pagi itu. Hampir keseluruhan wilayah jakarta dan sekitarnya, sejauh mata memandang tertutup awan gelap. Hujan merata di Jabodetabek.

Selepas cikunir sengaja kami memilih tol layang japek karena tak mau bersinggungan dengan truk, bus dan mobil box yang rame sekali. Walau di jalan layang ini, hujan lebih terasa dibandingkan jalur tol bawah, tapi tak mengapa karena resiko "gesekan" sesama kendaraan lebih kecil.

Kecepatan rerata maksimal 60-70 km per jam selama dalam perjalanan hingga ke rest area KM 57 ini. Macet kami alami sejak keluar dari tol layang. Penyempitan jalur terjadi hingga rest area km 57.

Banyaknya kendaraan pribadi sejak masuk rest area ini, memaksa kami mengambil jalur truk dan bus di sebelah kiri. Andai tak kepepet karena BAK, rasanya tak ingin mampir di sini, saking padatnya kendaraan.

Setelah selesai buang air di toilet jalur bus and truk ini, mampir sebentar untuk sekedar sarapan di area parkir bus pariwisata yang agak longgar, sekedar pesan soto padang tanpa nasi dan lontong padang plus telor, sementara Dhifa masih tidur di mobil sejak masuk tol di Bintaro. Berdua kami makan dalam gerimis yang masih turun,  menikmati sarapan. Total makan berdua Rp. 50.000,-. Suatu angka yang fantastic dengan rasa yang seadanya.

Selepas dari rest area ini, gerimis masih tetap membasuhi jalan yang kami tempuh. Namun menjelang memasuki daerah purwakarta hujan sudah berhenti.

Alhamdulillah, indahnya pemandangan sepanjang jalan menuju Bandung ini sangat sayang dilewatkan begitu saja. Rimbunnya pepohonan di kiri kanan jalan sangat asri. Jalan kadang berkelok, naik dan turun, meliuk liuk sepanjang bukit yang ada menuju Kota Kembang.

Kadang saya bermanufer kiri dan kanan jalan mencari celah dalam setiap tanjakan dan turunan, menghindari truk truk yang merangkak dan melambat. Berusaha untuk tidak berada tepat di belakang atau di depan truk adalah suatu cara menghindari resiko kecelakaan di jalur ini. Seperti kejadian tabrakan beruntun yang sering terjadi di kawasan ini. Kejadian terakhir tabrakan beruntun ketika truk kehilangan kendali karena remnya blong. Total ada 20 kendaraan yang ringsek di awal september 2019, dengan korban meninggal ada 8 orang.

Untungnya hujan tak ada. Jadi agak bisa memacu kendaraan di batas atas maksimal yang dianjurkan, 80 km per jam.

Lebih kurang jam 10 kami sudah sampai di exit toll Buah Batu. Pas sebelum berbelok ke kiri jalan, di depan terlihat polisi mengatur lalin sekalian razia terhadap para pengendara jalan.

Macet mulai terasa ketika menuju perempatan jalan Soekarno Hatta. Agak lama rasanya pergantian trafict light di sini. Dalam kemacetan kami nikmati dengan kunyahan "kacang tojin" yang kami beli dari pedagang asongan yang banyak "berjojo" sepanjang area macet ini. Gurih!!! Hanya 2.000.- per bungkus sangat pantas. Obrolan dan candaan kami berdua sangat membantu mengurangi kejenuhan dalam macet di area yang belum pernah kami tempuh.

Dari perempatan jalan Soekano Hatta ini hampir 5 km lagi menuju komplek Riung Bandung tempat yang kami tuju. Gerimis masih turun, halus.

Alhamdulillah, sampai ditujuan jam 10.30 dengan selamat. Di rumahnya ni Nengsi Rova.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...