Suatu hari, seorang pemuda yang gagah namun penampilannya dekil dan bajunya compang-camping mendatangi seorang guru.
Dia berkata, "Guru, saya datang dari jauh dan telah menempuh perjalanan yang sangat jauh dan berat. Saya kesepian, menderita dan sangat letih.
Sepatu saya sudah sobek dan badan saya penuh luka. Ini semua saya lakukan demi mencari jawaban atas penderitaan saya.
Kenapa saya belum menemukan cahaya petunjuk sedikit pun?".
Sang guru melihat pemuda ini membawa sebuah buntelan besar.
"Apa isi buntelanmu itu?", tanya si guru.
Si pemuda, "Isinya sangat penting bagi saya.
Di dalamnya ada barang-barang yang mengingatkan saya pada setiap tangisan, ratapan, dan air mata saya.
Benda-benda ini menjadi penyemangat saya dalam menempuh perjalanan berat mencari jawaban ini".
"Baik, sekarang ikutlah denganku", kata si guru.
Mereka berjalan sebentar dan tiba di tepi sebuah sungai kecil.
Di tepi sungai itu ada sebuah perahu sampan kecil.
Si guru naik ke atas sampan tersebut."Naiklah!", ajak si guru pada pemuda itu.
Si pemuda itu pun naik ke atas sampan, dan mereka menyeberangi sungai tersebut.
Ketika sampai di seberang, mereka berdua turun dari sampan ke tepian.
Kata si guru, "Kita sudah sampai.
Sekarang pikullah sampan ini, dan kita akan melanjutkan perjalanan kita".
Pemuda itu kaget dan protes, "Tapi sampan ini begitu berat, mana kuat saya memikulnya?".
"Benar sekali katamu itu. Ketika kita menyeberangi sungai, sampan ini sangat berguna dan besar artinya bagi kita.
Namun ketika sudah siap meneruskan perjalanan kita berikutnya, sampan ini hanya akan menjadi beban saja.
Kita harus meninggalkannya di tepi sungai, kalau tidak sampan ini hanya akan memberatkan langkah kita".
"Begitu juga dengan kehidupan kita. Penderitaan, kesepian, kegagalan, tangisan, air mata, dan bencana, semuanya sangat berguna dalam kehidupan kita.
Semua itu membuat kita tabah dan kuat menghadapi tantangan hidup di masa depan.
Namun pada saat kita ingin melangkah maju, kalau kita tidak melepaskan hal-hal tersebut, maka hal-hal tersebut hanya akan menjadi beban langkah kita.
Letakkanlah beban itu! Kehidupan akan menjadi lebih ringan.
"Sekarang letakkan tasmu di sini, dan mari kita melanjutkan perjalanan".
Si pemuda mengikuti perintah si guru, dan melanjutkan perjalanan. Beberapa jauh kemudian si guru menanyakan perasaan si pemuda ini.
Jawab si pemuda, "Kini rasanya langkahku begitu ringan dan cepat. Aku baru sadar bahwa kehidupan sebenarnya bisa dijalani dengan begitu sederhana.....".
RENUNGAN :Masa lalu tidak sama dengan masa kini dan masa depan.
Masa lalu tidak terlalu penting. Yang penting adalah masa kini dan masa yang akan datang.
Orang berhasil pasti pernah jatuh dan gagal dalam hidupnya, tetapi mereka tidak terus-terusan membawa beban itu di pundaknya.
Jadikan masa lalu yang baik sebagai teladan, dan masa lalu yang buruk sebagai pelajaran.
Namun jangan membawa-bawa masa lalu itu sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pijar Park Kudus
Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...
-
Pagi ini kami menata semuanya dengan sangat baiknya. Management Waktu sangatlah terorganisir dengan baik. Berbenah di rumah sebelum berangka...
-
Mandi Pagi Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 1300 an km dari Tangerang menuju Kapau Bukittinggi, pagi ini baru sempat mengantarkan T...
-
Alhamdulillah, pagi ini kami kembali ke rantau setelah dua Minggu berada di kampung halaman. Dua Minggu berkesan. Memberi kesempatan kepada ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar