Kamis, 28 Desember 2023

Sekoteng Padang

Malam yang kebetulan cerah hari ini. Ada banyak bintang yang menemani sang rembulan yang sangat kontras dengan malam malam sebelumnya. Hujan yang berkepanjangan di saat malam digantikan dengan pesona langit yang selalu dirindukan. 


Dan malam ini sekoteng menemani di simpang Tanjung Alam setelah sholat isya berjamaah di Masjid Nurul Huda. Sengaja judul ditegaskan dengan Sekoteng Padang, karena memang berbeda dengan sekoteng yang ada di perantauan. Umumnya dalam sekoteng itu adalah kacang hijau, kacang tanah, pacar cina, dan potongan roti tawar. Namun di ranah minang biasanya ditambahkan dengan susu kental manis dan/atau kuning telor. Sehingga beda dalam pembuatan, beda dari cita rasa dan beda dalam penyajian. Dan ini adalah salah satu favorit minuman saya bila pulang ke kampung halaman. 

Saya mengenal minuman ini sejak tahun 1992 ketika mulai kuliah di Kimia FMIPA Unand. Sampai sekarang minuman ini selalu jadi pilihan diantara banyaknya kulineran yang ada. 


Dan malam ini bukan saya saja menikmati sekoteng di simpang Tanjung Alam ini. Banyak pembeli yang minum di tempat ataupun yang bawa pulang. 


Selain sekoteng ada pilihan lainnya di sini, yakni teh telor, tomat top dan bandrek. Pilihan saya biasanya teh telor atau sekoteng. Segelas sekoteng telor malam ini harganya Rp. 12.000,-.


Selamat menikmati malam. Selamat menikmati liburan akhir tahun. Dan selamat menikmati malam yang penuh bintang gemintang, yang beberapa hari ini hilang dari peredaran di Kota Rang Agam ini. Selamat merenungi perjalanan hingga tutup tahun 2023.

Rabu, 27 Desember 2023

Durian

Saat ini, di musim liburan akhir tahun ini, Sumatra bagian tengah lagi dimanjakan oleh durian. Durian ada dimana-mana, di sepanjang jalan yang kami tempuh minggu lalu dari Bukittinggi, Payakumbuh, Pekanbaru hingga ke Duri.

Namun pagi ini ketika mau mengantarkan si bungsu kami "ba-uruik" di Jalikua Patanangan, ada pokok Durian yang lagi berbuah. Ini bukan durian sembarangan. Ini adalah durian montong. Batangnya besar, begitu juga dengan dahannya. Di dahannya ada beberapa durian bergelantungan. Menunggu matang dan jatuh. 

Sayangnya setiap bulan Desember kami hanya bisa menikmati buahnya dari jauh saja. Buah dengan ukuran jumbo itu belum matang. Biasanya baru bisa dinikmati ketika bulan Februari atau Maret. Buah dengan isinya yang tebal dan manisnya yang kebangetan banget. :) 


Semoga saja sebelum pulang nanti ada rezeki kami untuk menikmatinya. Tadi sebelum pulang, setelah selesai Dhifa "ba-uruik" Bundo Nova Yanti sengaja mampir ke rumah yang punya pohon durian ini. Dan titip pesan jika ada yang jatuh barang sebuah, bolehlah itu buat kami. Dan dijawab si Om, "InsyaAllah".

Batu Lado

Senin, 25 Desember kami sudah jalan jalan ke pasar Bukittinggi. Ada yang bundo beli untuk dibawa ke rantau, buat keperluan Dapur Bundo Nova. Salah satunya ya ini, Batu Lado. Saya kurang paham kalo di-Indonesia-kan. Ulekan, katanya, tapi menurut saya kurang pas. 


Nah pagi ini ternyata ada proses membersihkan sebelum digunakan. Ini anjuran dari master chef kami, Ama Asma Yati. Batu lado ini asli dari batu kali. Harganya pun variatif. Dan yang Bundo beli ini, lumayan lebar dan harganya 150.000,-.


Membersihkannya pun menggunakan "sampureh". Anda tahu apa itu sampureh? Sampureh itu bagian kelapa sisa perasan santan. Dengan ini diberikan dahulu beberapa kali, hingga sisa-sisa Batu halus yang menempel di Batu lado ini terangkat sempurna. Sampureh yang tadinya putih menjadi kehitam-hitaman. 


Setelah itu, Batu lado itu pun diletakan di air cucuran atap. Air hujan yang akan membantu membersihkannya. Tidak dicuci langsung dengan air yang tergenang.


Mungkin ada yang bisa bantu jawab kenapa? Ini scientific jawaban nya. Silakan komen dibawah ya.

Rabu, 13 Desember 2023

Healing ke Dua Ponpes di Pandeglang

Sesuai dengan rencana minggu yang lalu, selepas pengajian MT. Subulussalam akhirnya sabtu 9 Desember menjelang sore Om Roso Suprayogi sampai di rumah. Datang dengan motor sendirian dengan bawaan alquran yang siap beliau wakaf-kan. Beliau memang penggagas "Wakaf Quran Mu" selama ini. Sudah banyak beliau salurkan ke pondok pondok Tahfiz yang baru merintis, tersebar di banyak wilayah berdasarkan informasi yang sampai kepada beliau.


Saat beliau sampai di rumah, saya belum siap seratus persen untuk berangkat. Hal ini disebabkan masih ada tukang yang memperbaiki mesin pompa air yang bocor. Namun koordinasi saya dengan pak Tolhah insyaallah kami berdua bisa hadir tepat waktu. Sesuai waktu yang disepakati nanti kami berangkat ke Pondok Tahfiz Nurul Quran di Pandeglang jam 16.00.


Alhamdulillah, sang tukang dapat menyelesaikan tugasnya menjelang jam tiga sore. Om Roso masih sempat "ngaso" sejenak. Tukang selesai, saya langsung berberes merapikan yang pokok pokoknya saja. Kemudian kami pamit kepada Bundo. Sejatinya Bundo mau ikut dengan saya, dengan Terios kami, tetapi karena ada kesibukan lainnya, terpaksa saya dan pak Roso nebeng dengan mobil Innova nya pak Tolhah, yang hanya terisi bertiga saja. 


Jam tiga lewat sedikit kami berangkat dari rumah. Saya berboncengan dengan om Roso. Om Roso ini sedikit dibawah Valentino Rossi kalo membawa kendaraan. Kelihaian dan perhitungan nya berkendaraan luar biasa. Makanya kalo bersama saya menggunakan Terios kami, beliau seringnya pegang setir sehingga saya cukup pegang HP saja. Ada banyak yang bisa saya jepret dan saya tulis biasanya. 


Sampai di Mushola di dekat kediaman pak Tolhah, Innova nya sudah ready. Kami menurunkan bawaan dan memasukkan ke dalam mobil kemudian om Roso memarkirkan motor di rumah pak Haji di samping Mushola tersebut. Setelah itu saya dan Om Roso melaksanakan sholat ashar berjamaah. Sedikit terlambat karena kami fokus untuk segera sampai di Cipondoh. 


Alhamdulillah jam 16.00 kami meninggalkan Mushola dan menyinggahi dua lagi temannya pak Tolhah tak jauh dari Mushola. Berlima kami menuju Pandeglang via tol Karang Tengah menuju pintu keluarnya nanti di Exit Tol Rangkasbitung. Prediksi perjalanan sekitar satu setengah jam. InsyaAllah sebelum maghrib kami sudah sampai di sana. 


Alhamdulillah prediksi itu tepat. Menjelang adzan kami sampai di sana. Dan disusul kemudian oleh ustadz Husein, ketua IKPM Tangerang Raya yang ternyata sudah ada di Pandeglang juga, mengantarkan Ibunya yang rumah beliau memang di pandeglang. 


Kami melaksanakan sholat maghrib di Mushola yang berada di atas kolam. Suasana di sini memang luar biasa indahnya. Pohonnya banyak dan rindang. Rumah dan saung di sini bak villa. Berundak undak dan semuanya di atas kolam. Kolamnya selaku dialiri  air dari selokan kecil. Ikannya besar besar. 


Jujur sangat nyaman disini. Saya rasa begitu juga yang dialami para santrinya. Adem banget suasananya. 


Selepas sholat kami disuguhi makanan pembukan, kopi dan gorengan serta makan malamnya. Alhamdulillah ustadz Surdin dan anaknya ustadz Irwan mendampingi kami. Malam itu juga diserahkan 50 mushaf Alquran dari pak Roso dan beras serta telor dari pak Tolhah buat santri pondok Nurul Quran ini. Sebuah Safar yang penuh hikmah


Malam itu kami ngobrol penuh kehangatan. Ada juga di antara kami yang mancing ikan. Lumayan juga dapatnya. 


Menjelang jam 11 malam, satu per satu mulai ada yang tertidur termasuk saya. Saya tertidur di saung namun sekitar jam 2 saya pindah ke kamar, karena dingin mulai terasa di punggung. Jam empat saya bangun dan ke kamar mandi, buang air dan berwuduk siap siap menyambut subuh berjamaah bersama santri santri Tahfiz. Ustadz Surdin sudah duluan jalan karena ada kajian subuh di Karawaci Tangerang, namun ada anaknya yang menjadi Imam subuh kami. 


Menjelang sinar mentari membasuh lembah di pondok ini, kami bergeser ke Pondok Pesantren Kun Karima atau La Tansah 3 yang tak jauh jaraknya dari Nurul Quran ini. Pondok Alumni Gontor, yang dipimpin oleh KH Soleh, dimana beliau juga memegang amanah sebagai Ketua IKPM Banten. 


Alhamdulillah kehadiran kami disini juga diinisiasi oleh ustadz Husein. Sehingga sebagai wali santri Gontor dari Tangerang punya kesempatan bertemu dengan tokoh dan alumni Gontor di Banten ini, Sesuatu yang perlu disyukuri tentunya. 


Alhamdulillah, semuanya tentu tak lepas atas izin Allah semata. Allah SWT dekatkan kami dengan  orang orang sholeh, para ustadz pimpinan pondok. Tentu tak banyak orang yang punya kesempatan seperti kami di pagi ini. Silaturahmi terjalin dengan baik. Dan rasa untuk hadir kembali ke sini, InsyaAllah selalu terjaga.


Sambutan dan harapan pagi di kediaman Kyai Soleh ini luar biasa. Banyak suguhannya, banyak pilihannya. Banyak cerita, banyak hikmah, ilmu dan harapan untuk Indonesia tercinta juga. 


Pondok Kun Karima ini luas, adem dan banyak santrinya. Kami hanya melihat dari sisi halaman depannya saja, tak sempat untuk berkeliling ke dalamnya. Banyak alumni Gontor juga yang mengabdi disini, bahkan ada juga yang mendapat jodoh orang sini. Orang Pandeglang asli.


Disebabkan karena agenda Kyai yang padat dipagi ini, menjelang jam 9 kami pamit. Balik ke Nurul Quran mengambil barang dan melanjutkan perjalanan ke Kolam Air Panas Cisolong. Kami mandi di sini. Luar biasa hangatnya air pagi itu menjelang jam 11 siang. Lumayan banyak pengunjungnya. Dan bagi kami yang semalam boleh dikatakan kurang tidur, mandi dengan air panas yang sama sekali tak tercium bau belerang nya sangat menyegarkan. Menyehatkan. Hilang penat semalam. 


Dan sebelum pulang saya sempat membeli alkisa satu kg dengan harga 10.000 rupiah. Buah yang pertama kalinya saya icip ini sangat luar biasa. Saya yakin Bundo Nova di rumah suka dengan buah ini. Seukuran mangga, mirip dengan pepaya, rasanya manis perpaduan antara ubi dengan rasa nangka dan pisang juga. Unik buahnya. 


Perjalanan selanjutnya kami singgah ke rumah orangtuanya ustadz Husein, yang jalurnya searah menuju pintu TOL Serang Timur. Di Mushola yang ada di seberang rumah ustadz, kami laksanakan sholat zuhur berjamaah. 


Ada sekitar satu jam kami disini rehat sejenak karena ada yang tertidur juga. Sehabis mandi air panas itu memang bawaan mau tidur aja, termasuk saya. Tetapi saya tidurnya di mobil tadi. Tidur sejenak namun lumayan pulas membuat saya segar kembali. 


Tak lama disini kami lanjutkan perjalanan pulang. Mampir makan siang sebentar di warteg dengan kelas resto, namun harganya sekitar Rp 165.000,- untuk berlima. Makanannya berkelas. 


Setelah itu sebelum masuk pintu TOL serang timur, kami sholat ashar dulu di masjid besar, di depan rumahnya bu Atut, mantan Gubernur Banten. Selesai sholat kami bablas masuk tol dan keluar di gerbang tol karang tengah dan menjelang jam 5 sore kami sampai dimana kami berangkat sore kemarin. 


Sebuah pengalaman rohani yang berkesan dan bermanfaat. Berkenalan dan bersahabat akhirnya dengan jamaahnya pak Tolhah setelah pengajian Majlis Taklim Subulussalam Tangerang Raya, minggu sebelumnya. Ada pak Mul, pak Niko, pak Marto yang membersamai kami Safar ke dua Pondok di Pandeglang. 


Subhanallah, suatu nikmat yang tak tergantikan oleh apapun. InsyaAllah Januari ada keinginan untuk kembali ke sana. Semoga Allah mudahkan. Aamiin


BSJ, Bintaro Jaya TangSel

Senin, 11/12/2023 15.36

Senin, 04 Desember 2023

Trip Report: Ponorogo - Pondok Pinang Bersama Narendra

 Narendra lagi aja

Alhamdulillah, selesai sudah asa untuk menengok si Bujang kami. Dua hari berkesan, sarat makna serta bisa mengajak anak anak makan bersama seadanya. Lauk sengaja dibawa dari rumah, olahan Dapur Bundo Nova buat mereka dengan skala terbatas. Makan bersama dengan teman teman Integrated Generation-nya Imam. Yang satu Konsulat, yakni Konsulat Banten, sabtu malam dan teman teman satu kamar, Palestina 102, minggu siang. 


InsyaAllah semoga ini menjadi sesuatu yang akan mereka ingat ketika mereka dewasa kelak, ketika mereka sudah bertebaran nanti dimana-mana. Begitu juga hanyan bisa sedikit membantu walsan yg kangen dengan anak-anaknya, melalui VC melalui HP saya dan HP si Bundo. Kalo sudah bersama mereka, seutuhnya HP ini milik mereka. Hahahaa


Dan sore ini kami juga mengembalikan pinjaman motor dari sahabat kami. Motor yang mengantarkan kami kemana-mana sejak kemarin hingga hari ini. Dengan motor kami ke desa Penthung, pasar Wage Jetis, Latansa Book Store, kulineran degan, pesan nasi hingga makan soto nasi yg seharga 3.000 seporsi nya. 


Dan sore ini sekitaran jam 5 lewat kami di lepas bu Mita dan suaminya serta ponakan mereka dari pawon Dengok ke terminal Seloaji. Kami meninggalkan mereka dengan penuh kesyukuran. Sahabat sejati, InsyaAllah. 


Menjelang jam 6 ketika adzan selesai berkumandang kami sampai di terminal. Ada tiga unit Narendra yang berangkat malam ini. Dua double decker no 001 dan 003, satu SHD 014. Selesai sholat jamak di musholah terminal satu per satu unit bergerak. Dan bus kami yang terakhir meninggal kan terminal, yakni unit dengan no pintu 001.


Alhamdulillah selama perjalanan saya menikmati satu film IP Man, suasana bus selama di perjalanan tak banyak yg diperhatikan. Saya lebih fokus dengan fasilitas yang benar-benar sangat memuaskan bersama Bundo di seat 3C dan 3D. Fasilitas nya lebih baik dibandingkan unit 002 yang kemarin kami naiki dari terminal Poris. Mungkin karena posisi kami ditengah, jadi tak bisa menikmati indahnya perjalanan. Usb charge nya ada, AVOD nya ada, AC nya lebih terasa, dan yang terpenting, penumpangnya rame. 


Dari Ponorogo hingga Ngawi beberapa kali bus menaikan penumpangnya di terminal yang dilewati. Memasuki tol Ngawi sudah full seat semuanya. 


Dan tak terasa saya tertidur sejak bus masuk tol, lumayan pulas dan bangun bangun ketika mau rehat di rest area. Rehat makan malam tentunya. Bunda yang pulas sedari Madiun akhirnya asaya bangunkan. 


Bersama kami turun dari bus, menuju toilet dan baru masuk antrian makan malam di RM RBT. Servis makannya luar biasa. Banyak pilihan menunya, sayurnya bebas diambil sepuasnya. Pokoknya makanannya tak terkalahkan dari PO lainnya. Bener bener memanjakan selera. Ada tawaran teh manis atau jus jeruk serta satu piring kecil buah potong, nenas dan semangkanya. 



Selesai makan kami segera ke bus. Rehat tentunya buat jaga stamina esok hari. Saya baru mulai libur, sementara Bundo esok sudah mulai mengajar seperti biasanya. 


Dan perjalanan kami berakhir di terminal Pondok Pinang, jam 4.30. Disini kami melaksanakan sholat subuh, di sebuah mushola kecil yang terletak di pojok kiri terminal. Siap siap back to puri bintaro hijau, sebentar lagi. Tidur kami pulas sejak meninggalkan Rumah makan RBT Km 518, Sragen. InsyaAllah stamina fit untuk aktifitas hari ini. 


17/10/2023

05.08 terminal Pondok Pinang

Trip Report: Tangerang - Ponorogo Bersama Narendra (2)

Akhirnya Bus ini sampai juga di peristirahatan Rest Area KM 379, setelah menempuh perjalanan panjang selama enam jam lebih dari terminal Poris. Turun dari Bus disambut hujan yang lumayan deras. Hari sudah berganti. 


Dari area parkir kami jalan kaki ke rumah makan Ibu Haji Cihanjuang. Sedikit hujan hujanan. Alhamdulillah, makan malam nya oke. Menu yang ditawarkan ayam goreng, sayur asem, lalapan, tempe goreng, sambel dan kerupuk. Ayam gorengnya empuk, tempenya enak, sayur asem mantap. Penggugah selera makan malam yang tertunda. Ini adalah rumah makan terjauh dari sekian banyak Bus menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tentu ada alasan tersendiri dari PO ini. 


Selepas makan, kami sholat jamak maghrib dan isya di masjid Sabiilul Istiqomah. Hujan memgguyur kawasan Batang ini. InsyaAllah hujan yang penuh berkah. Hujan yang dinanti-nantikan. Dan ketika sujud di masjid yang sebenarnya sering kami singgahi ini, lantainya masih terasa hangat. Padahal sudah tengah malam. Jadi teringat ketika umroh 10 tahun yang lalu, ketika malam malam ramadhan di masjid Nabawi, lantai dan pelataran masjidnya hangat. Saking panasnya cuaca di bulan Juli tahun itu. Suhu waktu itu di siang harinya sekitar 45-47 derajat celcius. 


Selesai sholat kami balik lagi ke rumah makan IHC tadi, dan berdua berjalan menuju Bus yang telah menanti. Agak lama rehat di sini dibandingkan waktu normal Bus ini istirahat. Umumnya hanya sekitar setengah jam saja. Ini lebih. Maklum hujan. 


Oh ya selepas tulisan pertama tadi saya sempat tertidur pulas. Sempat terbangun di KM 200an, lalu tertidur lagi. Sempat sejenak menikmati bagaimana bis ini lari dengan kecepatan normal, tak terlalu ngebut juga. Tidak juga memakai bahu jalan untuk mendahului, seperti umumnya Bus lainnya. Nggak tahu juga kenapa, mungkinkah karena penumpangnya full? Wallahu a'lam


Dan saat ini hujan  sudah reda, Bus sudah memasuki kota semarang. Jembatan Iconik Jateng sudah lama terlewati begitu juga dengan GT Kali kangkung nya. Tak sempat diphoto karena hujan yang masih turun. 


Jam berapa nanti sampai di Ponorogo, kita tunggu saja ya. Yang pasti bis ini akan keluar di GT Ngawi untuk menurunkan penumpang pertamanya nanti. Ngawi Madiun Ponorogo, sepertinya akan dilewati tanpa lagi menggunakan jalur tol. 


01.37 Tol Semarang

14/10/2023

Trip Report: Tangerang - Ponorogo Bersama Narendra (1)

Alhamdulillah, sore ini saya dan Bundo sampai juga di terminal Poris Plawad. Kami ingin healing ke Ponorogo sekalian melihat si bujang. Agenda ini sudah kami rencanakan sejak senin lalu, setelah dihitung hitung segalanya. InsyaAllah ini awal liburan bagi saya dari kantor. Half-term break selama semingu setelah awal term yang lumayan berat pasca Covid. British School Jakarta memberikan break semingu bagi seluruh murid dan tim edukasi nya. 


Di awal break ini sang Bundo kangen dengan anak bujangnya. Ada yang ingin di lepas ataupun pesan yang ingin disampaikan langsung sebelum anak kami ini memasuki masa karantina nya di Gontor. InsyaAllah karantina selama sebulan sebagai bagian persiapan menjelang ujian akhir di kelas 6. Selama karantina ini, tak bisa dikunjungi, karena anak anak ini fokus belajar dan belajar, dengan materi sejak kelas satu hingga kelas enam. 


Semua buku pelajaran musti lengkap, begitu juga dengan catatan pelajaran. Mereka dikumpulkan dalam satu ruangan. Belajar bersama. Lepas dari segala aktifitas pondok. 


Masa akhir yang lumayan berat. Namun berat nya ini mesti dilalui. Dilalui bersama sama sekitar ratusan santri kelas enam. Hanya Gontor yang memberikan pendidikan begini dan itu sudah hampir seabad lamanya. Kebersamaan, senasib sepenanggungan ini yang kelak akan mengikat mereka dimana pun nanti mereka berada. Bonding mereka sangat kuat satu sama lainnya. 


Nah momen menjelang karantina ini yang ingin kami manfaatkan bersama sang Bundo. Di liburan Desember sepertinya tak sempat lagi ke Gontor. InsyaAllah Desember saya bertugas sendirian menjemput yang Bontot di Kudus, Bundo bertugas membagikan rapor anak didiknya kelas 12 dan lanjut meeting bersama wali muridnya bersama pimpinan Sekolah Menengah Farmasi Tangerang 1.


Diskusi yang matang ini, berakhir dengan pemilihan armada yang akan mengantarkan kami ke Ponorogo. Armada berangkat sore atau malam sehabis jam kantor. Pilihan akhir jatuh kepada PO Narendra ini. 


Bus double decker, busnya orang Ponorogo asli. Temasuk Armada baru dengan kelas tronton. Bagi saya ini adalah pertama kalinya naik bus dua tingkat dengan jarak jauh, antar kota antar propinsi. Dengan harga seat Rp. 320.000,- dan dapat di bagian atas dengan nomor urut 1C dan 1D, sesuai permintaan Bundo yang selalu ingin di depan. Alhamdulillah. 


Ini termasuk Bus mewah di kelas nya. Yang biayanya mungkin masih terjangkau dengan fasilitas yang diberikan. Saya pribadi memang ingin memberikan yang terbaik, yang ternyaman bagi belahan jiwa saya ini. Dan jujur dengan mengunakan Bus biaya perjalanan lebih ringan dibandingkan membawa kendaraan sendiri. Kami bisa lebih enjoy. Stamina tak terlalu terkuras, termasuk isi kantong tentunya. Harga yang dibayarkan sesuai dengan fasilitas yang kami nikmati saat ini. 


Jam empat Bus meninggalkan terminal sesuai janji agennya kepada saya kemarin. Sore menyusuri jalan menuju Grogol di beberapa tempat sepanjang Daan Mogot supir dan kru bis menaikkan penumpang nya. Hampir penuh Bus ketika masuk pintu tol Grogol, sisa nanti diambil di Bekasi Timur dan Cikarang Barat. Menurut kru bis, saat saya tanya di terminal Poris, Bus ini full seat. 


Macet Jakarta sore ini sangat terasa, terutama menjelang Cawang. Selepas itu sudah mulai agak longgar Bus mulai bisa berlari, meskipun kadang agak tersendat juga sesekali, terutama menjelang Bekasi. 


Dan sekarang, disamping saya Bundo sudah tertidur dengan pulas, dan saya pun akhiri tulisan ini setelah Bus baru keluar dari Cikarang Barat. Bus akan laju terus hingga ke tempat peristirahatan pertama kami nantinya. 


Rehatnya nanti di rest Area. Kita lihat saja restoran apa dan menu apa yang akan diberikan sebagai servis makan dari Bus berkelas ini nantinya. Habis ini saya akan siap siap tidur dulu, membersamai si Bundo. 


19.45 di Tol Jakarta-Cikampek. 

13 Oktober 2023

Memenuhi Tantangan DBN

 Pagi tadi kami memenuhi pesanan dari 4 customer Dapur Bundo Nova. Ada yang pesan dendeng 1kg dengan dipisah sambelnya, ada yang pesan gulai Tambunsu, sambalado tanak dan gulai kepala Kakap, ada yang pesan sambalado tanak dan kacang Tojin dan terakhir ada yang pesan gulai Tambunsu dan tambunsu goreng lado hijau. 


Alhamdulillah semuanya bisa terkirim dengan ojol dan satu diantar karena dekat dengan kantor saya. Yang dekat kantor saya rumahnya di Puri Bintaro Sektor 9 Bintaro Jaya. 


Dari sekian pesanan ada dua yang kami merasa mendapatkan challenge. Sesuatu yang baru yang belum pernah kami jual sebelumnya kepada customer kami. Yakni Kacang Tojin alias Kacang Bawang dan tambunsu goreng lado hijau. 


Alhamdulillah tantangan ini kami maksimalkan dengan senantiasa konsultasi dengan ahlinya, yakni Ama di Kapau. Hasilnya? Alhamdulillah, memuaskan. Kuncinya ya, jangan sungkan belajar dan bertanya dengan ahlinya dan kalo belum puas jangan pernah menyerah untuk mencoba. 


Dan ketika dapat kata "Lamak apalagi Lamak Bana" ada kepuasan tersendiri dan ada rasa kesyukuran tentunya. Semuanya tetap atas izin Allah SWT semata. Allah yang menuntun kita semuanya. 

Setuju?


Bintaro, 27 November 2023

15.56 WIB

Tambunsu Goreng Lado Hijau


Alhamdulillah hari ini kita tayangkan apa yang menjadi tanda tanya beberapa orang sahabat kami kemarin. Rasa penasaran terhadap "Baa bana bantuaknyo tambunsu goreng lado hijau ko?".



Soalnya di postingan sebelumnya kami tak sempat ambil gambar varian baru dari tambunsu ini. Hal ini disebabkan karena terlalu fokus untuk menyelesaikan pesanan 4 orang customer di Senin pagi kemarin. Kami berburu dengan waktu dengan jadwal ke kantor masing-masing. Bundo harus berangkat jam 6 lewat karena akan jadi pembina upacara pagi itu dan saya biasa berangkat dari rumah jam 7.00. Alhamdulillah semuanya bisa terselesaikan sesuai target waktu yang kami perkirakan. Alhamdulillah. 


Nah kebetulan senin sore ada repeat order untuk tambunsu goreng lado hijau ini, maka kesempatan pagi tadi sang Bundo buat 1kg. Setengah kg dikirim dan setengahnya untuk saya. Alhamdulillah, taste nya luar biasa, menurut saya. Rasa penasaran saya terhadap apa yang terkirim kemarin terpuaskan. 


Sejatinya ini menjadi menu utama makan siang, tetapi di status WA saya menjadi cemilan pagi. Tambunsu nya padek, ususnya empuk, digigit tidak alot, rasonyo dapek dan padehnyo lakek. Nggak cukup sepotong untuk dijadikan cemilan. Hehehe. 


Sengaja tayang di sini sebagai inspirasi bagi bagi wankawan untuk bisa menikmati juga varian Tambunsu. So ada alternatif selain gulai tambunsu yang sudah familiar selama ini. Semoga banyak yang suka. 

Aamiin.


Parung Serab, 28 November 2023

19.19 WIB

Jumat, 29 September 2023

Mandi Siang


Sudah lama nggak jalan jalan. Seringnya mendekam di teras rumah. Tubuhnya penuh debu, meski bagian dalamnya tetap bersih. 


Pagi ini sengaja dikeluarkan, diajak ke kantor. Sekalian tangkinya diisi lagi hingga penuh. Tidak kemana mana, kadang malas juga buat ngasih minum. 


InsyaAllah esok ngajak "mother rice" jalan jalan. Berduaan saja. Melihat keramaian anak-anak  yang datang dari tempat study nya, dari pelosok kota yang jauh dari Jakarta. Melihat keriuhan para wali dan keluarganya dalam menjemput buah hati mereka, para mujahid dan mujahiddah tercinta. Tahun ini kami absen, tetapi kami tetap hadir untuk meramaikan suasana. Menjaga dan mempertahankan silaturahmi yang sudah terikat sejak lama, enam tujuh tahun belakangan. 


Hari ini, "kuda Jepang" kami mandikan. Saya sholat dia dititipkan pada carwash yang terdekat dari mesjid dimana saya menunaikan ibadah wajib, sholat jumat berjamaah. 


Selesai sholat, dari kejauhan sambil makan siang di salah satu rumah makan padang, di pertigaan yang tak jauh dari kantor tempat saya bekerja, terbayang berapa kuda Jepang ini sangat berjasa. Dia sudah melintasi jalur Sumatera dan Jawa, entah berapa luluh kalinya. Seribu enam ratus ribu kilometer lebih sudah bersamanya. Dan dia tetap kokoh menapak. Tidak pernah rewel dibawa kemana-mana. 

Siang ini gagahnya makin terasa saja. Makin terasa jasa jasanya. Dan sudah satu setengah tahun dia tak menapak pulau Sumatera. Penyebabnya? 

Ternyata godaan naik bus lintas Sumatera untuk berdua atau bertiga, lain pula pesonanya. Irit di ongkos, ditenaga dan enjoy selama perjalanan bersama bundo dan sibungsu tercinta. 


Akhir tahun nanti? Entahlah, masih binggung mempertimbangkannya. 


Namun esok kami nikmati jalan bersama untuk jarak dekat dekat saja. Melihat keramaian InsyaAllah di pusat Tangerang Kota.

Selasa, 22 Agustus 2023

Surat Cinta Untuk Dhila (part 3)

 Surat Cinta untuk Dhila (part 3) 


Nak kanduang sibiran tulang, 

Ubek jariah palarai damam


Pailah nak, pailah sayang

Dakilah bukik nan tinggi

Turuni lurah nan dalam

Kelok baliku usah hiraukan

Tinggakan ayah mandeh jo untuangnyo


Bia diluluah aia mato

Raso kaputuih hati jo jantuang

Malapeh anak pai bajalan

Walau tagamang raso ka ilangan


Walau umuanyo alun satahun jaguang

Darah nan alun satampuak pinang

Aka singkek pangana pendek

Tapi, ditunjuak aja indak maupek


#####


Nak kanduang artinya anak kandung. Sibiran tulang adalah kiasan yang bermakna anak, atau boleh juga bermakna  jantung hati, orang yang sangat disayangi. 


Ubek jariah palarai damam adalah kiasan yang sering didengar dan diperdengarkan oleh "urang awak" baik di ranah Minang, Sumatra Barat atau yang diperantauan. Kiasan yang sarat dengan makna kasih sayang yang sangat mendalam. 


Ubek berarti obat dan Jariah berarti jerih. Ubek jariah artinya imbalan. Damam artinya demam. Jadi, palarai damam dapat bermakna penawar demam.


Bila orangtua yang mempunyai anak banyak, kesusahan dalam membesarkan anak-anaknya mulai dari kecil. Begitu repot dalam mengasuh dan merawat anak-anaknya masih kecil. Kemudian membiayai pendidikan anak sampai anak menjadi sarjana serta menutupi segala kebutuhan hidup anak.


Ketika anak sudah berhasil dalam pendidikan dan mendapatkan pekerjaaan layak. Sang orangtua akan bangga dan bahagia. Keberhasilan anak tersebut dikatakan sebagai ubek jariah palarai damam.


Orangtua dengan penuh kesusahan mencari penghidupan demi anak-anaknya tetap bertahan hidup dan pendidikannya lancar. Anak pun tahu diuntung dan berkelakuan baik, rajin beribadah serta berprestasi dalam belajarnya. Anak yang seperti ini sering dikatakan ubek jariah palarai damam.


#####


Walaupun Kakak baru satu setengah tahun di Pakistan, tapi SK yang kirimkan kepada Bunda, sudah sangat membanggakan ayah dan bunda. Dengan amanah yang Kakak emban bersama teman teman, HUT RI yang ke 78 di Pakistan dapat dilaksanakan dengan baik. Bahkan hari ini Kakak kirimkan photo bersama Pak Dubes dan istri beliau beserta sebagian rekan rekan kakak. 


Alhamdulillah, ayah bersyukur. Setiap akan menghadapi ujian, setiap ada event ataupun agenda, Kakak selalu meminta doa kepada Ayah dan Bunda. Suatu bukti bahwa ayah dan Bunda selalu ada di hati Kakak. Kakak tidak hanya berkabar ketika doku menipis. Ayah dan Bunda bersyukur, Kak. Karena semuanya atas izin Allah semata. 


Kakak dengan sabar dan penuh pengertian ketika ayah dan Bunda menahan diri untuk tidak pulang. Ayah dan Bunda ingin Kakak bisa memanfaatkan waktu sebesar-besarnya di sana. Untuk belajar. Belajar akan banyak hal tentang hidup dan kehidupan di negeri orang. Dengan ketidakpulangan Kakak summer holidays ini, akak telah memberikan persembahan terbaik bagi ayah dan Bunda. Suatu capaian yang mungkin bagi sebagian orang biasa biasa saja, tapi bagi kami yang sempat menjadi "aktivis lokal" ketika mahasiswa dulu, apa yang kakak lakukan jauh melebihi kami. 


So manfaatkanlah waktu akak sebesar-besarnya di sana.Galilah ilmu sedalam-dalamnya, seluas-luasnya, namun aktivitas sosial kakak selama masih berstatus mahasiswa manfaatkanlah sebesar-besarnya. Karena masa masa kuliah itu hanya sebentar saja. InsyaAllah dengan "social activity" ini akan banyak manfaat kelak ketika Akak tamat nantinya. Apalagi bidang study kakak sangat berhubungan erat dengan dunia diplomatik. Alhamdulillah, bolak balik ke KBRI, dekat dengan pejabat dan staffnya InsyaAllah akan bermanfaat di kemudian hari. 


Tetaplah humble ya Kak. Biarlah impian akak tergantung tinggi di langit, tetapi kaki dan hati Kakak tetaplah membumi. Selalulah bersujud dan bersyukur. 


Tetaplah dalam track yang telah kakak tempuh. Tetaplah menjadi kebanggaan dan contoh bagi Imam dan Dhifa. 


Salam sayang, salam bangga dari ayah Bunda atas prestasi yang akak toreh selama ini. Jangan berpuas diri, "asah selalu gergaji" nya Kak. 


Puri Bintaro Hijau

22 Agustus 2023, 21.23 WIB

Jumat, 11 Agustus 2023

Anak Mondok Itu Rezeki Orang Tua

Lagi viral anak artis masuk pesantren. Semoga saja langkah keluarga pasangan artis ini menjadi motivasi dan pendorong bagi para publik figur lainnya, dan juga masyarakat umum untuk membawa anak mereka menimba ilmu Islam di Pondok Pesantren.


Berikut beberapa nasehat dari KH. Hasan Abdullah Sahal (Pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor) untuk para orang tua yang masih enggan memasukan anaknya kedalam pondok pesantren.


1. Terlalu memanjakan anak itu akan menghambat masa depannya, sebab nanti mereka gak bisa mandiri, gak paham agama, gak ngerti Qur'an, gak punya akhlaq, ujung-ujungnya gak bisa jadi amal jariyahmu kelak, kalau kamu telah tiada.


2. Ketika anak mau masuk pondok apalagi menghafal Qur'an gak usah ditangisi. Itu rezeki, kamu harus bersyukur.


3. Coba bayangkan jika anak-anakmu hidup di luar sekarang, apa iya kamu tega setiap jam 4 pagi memaksa mereka untuk bangun Tahajud? Apa iya setiap hari kamu ada waktu menyimak setoran hafalan mereka?


4. Coba kamu lihat dirimu sekarang sudah yakinkah kira-kira dengan sholatmu, puasamu, bisa membuat kamu masuk surga-Nya Allah?


5. Jika kamu yakin amalmu bisa menjamin kamu masuk surga yo sak karepmu. Urusen anakmu dengan budaya barat yang sekarang lagi trend di luar sana.


6. Anak-anak kecil wes podo pinter dolanan hape buka situs apa saja bisa, bangga punya ini itu: baju, sepatu, tas ber-merk, lha pas di suruh ngaji blekak blekuk. Ditanya tentang agama prengas-prengep, arep dadi opo?


7. Kamu hanya dititipi mereka, nanti kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Kira-kira kalau anakmu lebih bangga kenal artis, lebih bangga dengan barang ber-merk, lebih seneng menghafal lagu ora genah, gak kenal Gusti Allah, gak kenal kanjeng Nabi, gak bisa baca dan paham Qur'an gak ngerti budi pekerti. Lha kamu mau jawab apa kelak dihadapan Gusti Allah?


8. Apa hakmu menghalangi anak-anakmu lebih dekat dengan pemiliknya dengan jalan tholabul ilmi di lingkungan yang mendukung mereka menjadi lebih arif dan berbudi? Ingat kamu hanya perantara, dipinjami, dititipi, dan diamanahi.


Semoga Allah ï·» memudahkan para generasi umat Islam untuk menjadi penghafal dan pembela Al-quran, yang kelak dengannya akan memberikan syafaat kepada kedua orang tuanya, Aamiin.




Selasa, 01 Agustus 2023

50 Tahun Usia

Sebagian besar saya dan teman teman saya yang sama sama dulu di SD, SMP, SMA dan kuliah, saat ini usianya sudah menapak 50 tahun. Usia yang dikatakan orang "muda terlampaui, tua belum". Di usia yang sejatinya sudah matang ini, seharusnya lebih banyak mendekatkan diri pada Allah SWT. 


Mencapai 5 dekade usia, mungkin banyak hal yang harus kita lihat ke belakang. Banyak hal yang harus disyukuri dan banyak hal yang harus diperbaiki. 


Bisa jadi ada teman teman kita yang nggak sampai usianya seperti kita ini. Ada yang sudah Allah cukupkan umurnya. Ada juga yang masih Allah panjangkan umurnya, namun aktifitasnya sudah terbatas. Mungkin di antara teman teman kita ada yang sedang Allah uji dengan keterbatasan gerak ataupun keterbatasan untuk mengkonsumsi apapun. Dengan segala keterbatasan ini tentu akan berpengaruh juga kepada aktifitas sosial dan keterbatasan dalam beribadah. 


Dan bagi kita yang Allah berikan kesehatan yang masih prima, jangan pula jumawa. Kita harus bersyukur dengan apa yang Allah titipkan kepada kita hingga bisa seperti ini. Harusnya apa yang ada, yang melekat di diri kita ini, senantiasa kita jaga. Pola hidup dan pola makan harus tetap kita jaga. Jangan sampai organ tubuh yang kita gunakan selama ini, kita sia-sia kan untuk hal hal yang mudarat. "Spare-part" dan "maintenance"-nya mahal. 


Jangan terlalu sering begadang, hindarilah makanan dan minuman yang haram dan yang dapat merusak tubuh dan organnya. Perbanyaklah beribadah dan berolahraga. InsyaAllah raga dan jiwa akan selalu terjaga. 


Apa yang kita lakukan hari ini, kebiasaan kebiasaan baik yang kita terus pupuk dan lakukan, InsyaAllah akan dapat kita rasakan satu dua dekade ke depan, bahkan lebih. Sehat dan prima di usia tua serta tetap produktif dan bisa kemana-mana, tanpa harus tergantung alat dan orang lain, adalah rezeki yang tak terkira. Sesuatu yang harus kita jaga dari sekarang. 


Jika melihat usia Rasulullah yang Allah cukupkan 63 tahun, artinya kita masih ada 13 tahun lagi untuk menuju angka tersebut. Sehat selalu hingga wafat, selain dari takdir yang Allah tetapkan, tentu harus kita sendiri yang mempersiapkannya. Kita yang tahu pola hidup dan pola makan apa yang akan kita lakukan. Dan seingat saya hingga akhir hayat Rasulullah selalu sehat. Rahasianya apa ya? 


Bagi saya, tidur di awal waktu dan bangun di sepertiga malam adalah kuncinya. Ini resep yang utamanya. Artinya mari kita maksimal kan rehat malam, jauhi aktifitas malam yang unfaedah dan di penghujung malam mari kita maksimalkan beribadah pada-Nya. Biasakan qiamullail, subuh berjamaah di masjid dan membaca Alquran hingga waktu syuru datang. Itu artinya kita tidak tidur di waktu subuh dan sesudah subuh. Ini pola sehat yang sesungguhnya. Secara medis, mungkin bisa ditelaah lebih jauh. Setelah itu kita mulai kehidupan normal seperti biasanya, seperti bekerja dan berolahraga. Hidup kita tetap produktif. 


Jika ini bisa kita rutinkan, InsyaAllah kita sudah punya pola hidup yang sehat. Bagi kita yang jadi karyawan, usia pensiun mungkin tak lama lagi. Bisa jadi, 5-10 tahun masa pensiun akan kita rasakan, akan kita alami. Siapkah kita dengan kondisi seperti ini? 


Boleh jadi kita bisa berkaca pada lingkungan yang ada di sekitar kita. Kita tentu sangat berharap, sebisa mungkin tetap produktif selepas pensiun. Tetap produktif di usia tua. Tetapi, tetap sehat adalah kunci utamanya. 


Bisa jadi Allah akan panjangkan umur kita seperti Dato' Mahathir Muhammad, dari Malaysia. Beliau tetap sehat di usia 94 tahun saat kembali menjadi Perdana Menteri beberapa tahun lalu. Sehatnya senantiasa terjaga atas izin Allah SWT hingga saat ini usianya sudah 98 tahun. 


Saya kutip dari artikel CNN Indonesia "Rahasia Umur Panjang Mahathir Mohamad" di: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20191104122951-260-445401/rahasia-umur-panjang-mahathir-mohamad. sebagai berikut:


Mengutip Asia One, dia bersikeras bahwa tak ada rahasia dari usia panjangnya. Hanya saja ada dia tetap harus disiplin menjaga kebiasaan makannya.


"Jangan makan makanan berlemak, terlalu banyak karbohidrat dan gula. Anda harus tetap aktif, olahraga, latih tubuh dan otot agar tetap digunakan atau mereka akan jadi lemah," katanya.


"Aktif berarti menggunakan seluruh sistem tubuh dan memakai otak untuk bicara, berdebat, berargumen, semua ini akan mengaktifkan otak sehingga berfungsi dengan baik."


"Jika tidak terutama setelah Anda pensiun, lebih sering tidur dan istirahat, otak dan tubuh akan kehilangan kemampuan mereka dan organ memburuk."


#####


Kita juga bisa melihat orang-orang tua kita yang ada di sekitar kita. Tetap punya usaha, tetap bisa jalan jalan kemana saja. Masih bisa berhaji dan umroh, dengan maksimal meskipun usianya sudah lanjut. Di Ponorogo tiga minggu yang lalu, ibu temannya saya baru pulang menunaikan ibadah haji di usianya yang 92 tahun. Dan ada lagi teman satu kloter beliau yang usianya 95 tahun. Masih sehat, matanya pun masih bisa membaca alquran. Hanya pendengaran saja yang sedikit berkurang. 


Atau bila ada kesempatan mainlah ke pondok pesantren, bisa jadi kita bertemu dengan pimpinan pondoknya yang usianya jauh di atas kita saat ini. Mungkin ada yang usianya di atas 70an tahun, masih sanggup memimpin pondok dengan maksimal. Masih bisa mengajar dan mendidik para santri santrinya tanpa keterbatasan apapun. Ya Allah, tentu kita akan iri dengan para kyai ini. Tak terbayangkan betapa banyak amal sholeh yang mereka peroleh disisi Allah SWT atas ilmu ilmu yang mereka ajarkan. Ilmu dunia dan akhirat. Ilmu agama yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Shadaqah jariyah yang mereka tanamkan pada santri santrinya. Usianya bisa saja nanti Allah cukupkan, tetapi amal ibadahnya akan selalu mengalir, meskipun mereka tiada. Ilmu yang berkah, usia yang berkah. Allahuakbar. 


Dan jika anda bertemu dengan mereka, silakan tanya apa rahasianya? Boleh share sebagai ilmu bagi kita semuanya.


Puri Bintaro Hijau

1 Agustus 2023, 06.36 WIB

Sabtu, 22 Juli 2023

Bergerak

Alhamdulillah pagi ini selesai juga memaksakan diri untuk olah raga. Olahraga itu kalo tak dipaksa, malas jadinya. Badan melar, apalagi ketika tak ada rutinitas kantor sebagaimana biasanya. Libur kalo tak dimanage dengan baik, akan baik untuk penambahan berat badan. Ya kan? 


Dan pagi ini, selepas mengantarkan si Bundo ke sekolahnya, saya segera mencari lokasi parkir yang asyik untuk memulai olahraga yang sudah lama saya tinggalkan. Saya memilih parkiran di jejeran ruko di Graha Raya, yang ada kulinerannya. Dulu di de Lapau, namun sejak tutup saya memilih yang dekat Kolam Renang Graha Raya. 


Jam 8 saya parkirkan motor Revo tahun 2009 dengan aman, saya langsuang jalan kaki. Seputaran, sepanjang jalan raya Graha Raya itu, lebih kurang 6.2km tertempuh selama 2 jam 26 menit. Jalan ini saya paksakan agak cepat, biar peredaran darah ini bisa lebih kencang dari biasanya. 


Pegal di kaki saya abaikan, kebas di tangan pun begitu juga. Ayunan langkah tak berkurang, bahkan ketika lelah malah saya paksakan lebih cepat. Begitu juga dengan kebas di ujung ujung jari, saya ayunkan tangan ke atas ke bawah dengan sekencang kencangnya. 


Badan ini tak boleh terlalu dimanjakan. Harus bergerak. Bergerak itu tanda hidup. Sebagaimana yang sampaikan kemarin ketika makan siang bersama dengan om Susilo AmellNf. Tanda kita hidup itu, ya bergerak. Bergerak dari satu tempat ke tempat lain.Namun bergerak ataupun pergerakan itu harus jelas, harus ada manfaat yang dirasakan, baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain. Begitulah seharusnya. 


Dan diakhir pergerakan itu kita harus rehat sejenak. Introspeksi diri ataupun pemulihan stamina untuk memulai aktivitas selanjutnya. 


Begitupun badan ini. Setelah hampir satu jam setengah berjalan, rehat sejenak memulihkan stamina dan mengisi kembali energi yang terkuras tadi dengan semangkok soto nasi. Sembari rehat dan menikmati sarapan pagi, tulisan ini tersajikan kepada sahabat semuanya. 


Graha Raya, 22 Juli 2023

09.53 WIB

Sabtu, 01 Juli 2023

Parkir Inap Bandara Soetta


Jam 3.30 alarm di HP berdentang dengan lembutnya. Soft tone yang jadi pilihan itu mampu membangunkan diri ini dengan cepat. Di dalam kegelapan kamar yang nyaris tanpa cahaya tangan ini mampu bergerak cepat mematikan alarm tersebut. Namun tentu tidak untuk tidur lagi. 


Mother rice yang bergolek di samping segera tak kecup jidatnya. Membangunkan dia perlahan, selembut alunan nada ring tone tadi. Berdua kami singkirkan bedcover yang menutupi tubuh kami ini. Saya segera bangun perlahan menuju kamar mandi. Ada aktivitas pagi yang rutin tak bisa ditunda. Alhamdulillah so far, BAB pagi yang rutin menjelang subuh, bagi saya itu menandakan bahwa kondisi sehat paripurna. Alhamdulillah, dalam kepadatan jadwal sejak hari rabu dan kamis, yang menguras energi dan pikiran tak membuat tubuh ini limbung. Meskipun makan pun ala kadarnya dan konsumsi air dingin lumayan banyak dari biasanya. Ini yang saya syukuri. 


Meskipun olah raga jalan pagi tak seefektif dulu, namun aktifitas 'mukim' di mesjid lebih banyak dari biasanya, dengan banyak tilawah dan sholat sunnah nya, menjadi alternatif energi tambahan. Allah SWT yang menjaga segalanya. Ketika makin dekat dengan Nya, Dia tentu akan menjaganya. 


Dan pagi ini selesai mandi, kami packing ringan, then saya mengeluarkan mobil dari garasi. Bundo menyusul setelah mengunci rumah dan pagar tentunya. Berdua kami nikmati perjalanan ke Bandara ketika melalui tol Bintaro. Jalanan yang sepi, kami tetap sesantai nya. Tak ada yang perlu diburu. Dan waktu masih cukup buat check-in. 


Setengah jam perjalanan sesuai google map akhirnya tertempuh juga. Kami segera menuju area parkir Inan Bandara di dekat terminal Satu Bandara Soekarno Hatta. 


Ini adalah pertama kalinya kami manfaatkan dengan beberapa pertimbangan. Yang pertama, kami melakukan traveling kali ini dengan durasi waktu yang pendek. Short time travelling. InsyaAllah hanya empat hari saja. Dengan parkir inap ini tentunya cost trip PP, rumah Bandara relatif murah, jika dibandingkan menggunakan taxi online. Dengan tarif hari pertama Rp. 80.000,- dan hari kedua dst Rp. 60.000,- total biaya untuk inap ini, hanyalah Rp. 260.000,- saja. Sementara tarif dari Bandara ke rumah saja, rerata sekitar Rp. 200.000. Itung itungan padang nya masuk. 🤭😂. 


Yang kedua, lebih praktis dan lebih mudah. Kami bisa berangkat dari rumah bisa diatur sedemikian rupa, tanpa perlu adanya waktu tunggu, baik bagi kami ataupun supir taxi yang akan mengantarkan, baik dr rumah ataupun dari Bandara. 


Sehingga dua hal di atas, menjadi diskusi hangat dengan si Bundo sebelumnya mengapa saya cendrung memilih naik kendaraan pribadi dan parkir inap. Sebelumnya bundo sempat protes juga. Alhamdulillah, semuanya menjadi ringkas ketika Bundo paham saat kami sampai di area Parkir Inap ini. 


Dari area parkir inap ini, kami di antar oleh petugas yang ada di sana ke terminal tiga, terminal keberangkatan kami. Namun untuk masuk ke area parkir ini kita harus menggunakan e-money. Kartu ini sebagai pass card nya. Jangan lupa ya, pastikan juga saldonya cukup saat keluar nanti.


Di area parkir inap ini kita tak perlu menunggu lama. Mobil yang ada di sini ada tiga unit, dan silih berganti mengantar dan menjemput penumpangnya. Dan itu gratis. Nah ini menjadi service dari apa yang kita bayarkan. Dan ketika kita mau balik ke area parkir inap, tinggal hubungi no yang disediakan. Salah satu nya no yang ada di bawah ini. 


Ada tiga area parkir inap di bandara ini dengan tarif flat, seperti yang saya sampaikan di atas. Namun ada juga area Premium nya juga. Yakni ada di masing-masing terminal. Baik terminal 1, 2 dan 3. Ini tarifnya berdasarkan jam jam an nya. Biasa sampai sekitar 150-160 ribu sehari. Akses memang dekat, bisa jalan kaki ke Bandara. Namun ini sesuai namanya ya. Premium Class. So jangan sampai salah pilih di area parkir inap di Bandara Soetta ini.


Ditulis atas Pelita Air

Jumat 30 Juni 2023, 08.17 WIB

Senin, 23 Januari 2023

Sehari Banyak Nuansa

Sabtu kemarin melalang buana ke beberapa tempat di seputaran Tangerang Kota bertemu dan merangkai agenda, ternyata ada banyak hikmahnya. Ada yang terencana, ada tidak. 


Menjelang jam 10 bertolak dari rumah menuju terminal Poris Tangerang dengan motor. Hendak bertemu dengan Om Adi Adam Rangkuti, sahabat JLo yang berangkat dari Jember hendak pulang kampung ke Solok bersama istrinya. Beberapa hari sebelumnya sudah ada diskusi dan ngobrol by phine di antara kami. Beliau naik Rosalia Indah dari Jember sampai di terminal Pulogebang sabtu dini hari. Dan atas rekomendasi dan juga didasarkan catatan perjalanan saya pulang kampung akhir tahun kemarin beliau tertarik untuk mengikuti. Akhirnya no telpon agen yang di Pulogebang didapat dari Bang Indra Tan Sati agen Kreo yang saya miliki. 


Sabtu pagi om Adi ini sudah di bus Palala. Dan info sebelumnya bahwa bus yang dari Pulogebang tak mampir di Kreo karena tak ada penumpangnya. Dari terminal pondok pinang, langsung ke terminal Poris. Tadinya saya mau cegat di Kreo, ternyata harus ke Poris. Bagi syaa sendiri tak mengapa karena ada agenda lainnya arah sana. 


Dan WA terakhir yang saya baca sebelum berangkat, posisi bus sudah di tol lebak bulus. Sesuai prediksi antara jam 10.30-11.00 sudah sampai di terminal Poris. Sesampai di terminal, saya lihat ada satu Palala yang stand by. Saya tanya agennya ternyata belibis sudah berangkat sekitar tujuh menit yang lalu. Palala E05 yang berjulukan Alwis ini sudah siap untuk jalan, dan akhirnya titipan saya bawa buat Om Adi dan bang Ronny saya titip ke driver Palala E05 ini. Biasanya mereka akan bertemu juga nantinya di Merak. Saya yakin karena biasanya begitu. 

Setelah itu saya bertemu juga dengan da Amry Syaawalz dan ni Titi yang akan berangkat ke Padang. Da Am ini adalah senior saya di alumni Kimia Unang. Beliau angkatan 65, angkatan pertama ketika jurusan kimia baru di buka di Universitas Andalas. Selain sesama alumni, beliau dan ni Titi adalah best customer kami, kuliner kapau online #dapurbundonova. Terkhusus untuk dendeng lambok dan sambalado tanaknya, sebagai pilihan favoritnya. 


Minum teh talua kami, da Am dan saya, menunggu NPM Sutan Class yang berangkat dari Bogor yang menurut agenda datang sekitar jam 11 siang. Ngobrol ringan bertiga tentang banyak hal sambil membahas kulineran dan janji ketemu meraka senin nanti dengan pak Katik. Pak Katik ini adalah dosen saya dan juga dekan FMIPA ketika saya wisuda dulu. Pak Katik yang akan terbang dari Australia pada hari yang sama dengan keberangkatan da Am ke Padang. Tertitip salam saya buat Prof Hazli Noerdin sama da Am ini. 

Tak lama berselang, saya melihat bang Ridwan Nurman . Saya pikir hanya sekedar meliput, ternyata libur tiga hari ini beliau trip report lagi bersama Transport Express keluaran terbaru. Rute lintas tengah Sumatra. Padahal minggu lalu saya lihat liputan nya di youtube sebanyak 8 seri bersama NPM Sutan Class juga namun dengan livery terbaru, yang mengingatkan kita pada livery NPM tahun 1993, edisi gergaji. Livery edisi khusus di ultah PO NPM. 


Saya juga bertemu dengan bang Rahmat agen Sembodo. Dan dari beliau saya dapatkan juga no agen Sembodo yang di Kota Padang, siapa tahu nanti ada yang membutuhkan, saya bisa bantu berikan no tersebut. 


Selesai da Am berangkat, saya pun tak lama kemudian lanjutkan perjalanan ke rumahnya pak Rusman Wijaya . Ada rencana mau silaturahmi lagi. Namun teh telor dua gelas ini, saya bayar dahulu ke pak Dasril, urang awak yang buka lapak di terminal ini. Rp. 20.000 buat minum pagi dengan teh telor di sini bersama da Am. 


Lanjut balik ke Pinang, ke rumahnya pak Jaya. Di sana dapat konfirmasi bahwa ustadz Hussein berkenan bertemu dengan kami di sekitaran Trade Centre Cimone. Beliau stand by di sana. Tak lama berselang saya bersama pak Jaya naik mobil ke sana. Sholat zuhur kami di masjid sekitaran Banjar Wijaya. 


Selepas sholat dalam perjalanan ke Cimone saya telponan dengan om Adi, yang ternyata masih di Merak menunggu kapal yang akan membawa mereka menyeberang ke Bakauheni. Dan dapat kabar bahwa bus Palala yang berjulukan Belibia sudah duluan. Sudah nenyeberang. Saya tersentak. Astaghfirullah... Ternyata om Adi di bus yang saya temui di terminal Poris tadi. 


Saya yang salah baca. Saya menyangka dia naik bus Belibis dengan awak bang Ronny ApRinando Maniacreceh dan bang Fadli Kumarang. Akhirnya banyak cerita, banyak tertawa. Ternyata paket titipan saya sudah diserahkan oleh driver Alwis ke bang Ronny di Merak tadi, saat om Adi ketiduran. Dan sudah dinikmati oleh bang Ronny satunya. Ternyata belum rezekinya om Adi. Andaikata, andaikata akhirnya keluar juga dari saya..... Hikmahnya bagi saya, harus hati hati dalam membaca. Membaca saja harus hati hati, apalagi dalam menulis, apalagi dalam mengeluarkan lisan. Ya kan? #hikmah

Tak lama kemudian kami bertemu dengan ustadz Hussein di tempat yang membuat saya takjub. Tempat dimana dia membina dan mengadakan pengajian bagi mereka mereka yang terpinggirkan. Termarjinalkan. Tetapi alhamdulillah dakwah masuk di komunitas ini. Sesuatu yang luar biasa. 


Diskusi kami membahas rencana Silaturahmi Akbar walisantri Gontor Tangerang Raya bersama pengurus IKPM. Sesuatu yang hilang selama Covid melanda. Alhamdulillah kami siap bekerjasama dan menyukseskan agenda pada tanggal 5 Februari ini, termasuk untuk mendapatkan narasumber satu lagi melalui beliau ini. Melalui beliau selalu Ketua IKPM Tangerang Raya. Semoga apa yang kita rencanakan, Allah mudahkan untuk merealisasikan nya. 

Menjelang jam 3 sore kami pamit. Saya dan Jaya masih lanjut silaturahmi di dua tempat lagi. Yang pertama ingin bertemu dengan pak Suwito di Masjid Kuba Taman Royal 2 dan satu lagi ke kediamannya pak Bambang di Poris Jaya. Semuanya searah. 


Alhamdulillah, di masjid Quba kami melaksanakan sholat ashar dan langsung bertemu dengan pak Wito. Saya menyampaikan permohonan maaf karena tak bisa hadir saat pengajian Majlis Taklim Subulussalam tanggal 8 Januari yang lalu di masjid Kuba ini dimana pak Wito selalu tuan rumahnya. MasyaAllah mesjidnya indah dan tertata dengan baik. Selain itu kami juga menyampaikan rencana Kopdar tanggal 5 Februari nanti dan mengajak seliau untk ikut membantu di kepanitiaan. Setelah itu kami pun pamit. 


Perjalanan selanjutnya ke Poris Jaya, kediaman pak Bambang. Bagi saya ke sini adalah yang kedua kalinya, namun bagi pak Jaya pertama kali. Pak Jaya memang suka banget silaturahmi, dan itu yang saya suka. Saya hanya mendampingi saja. Dan di sini, kami disuguhi siomay yang enak made in Nyonya Rumah dan martabak sebagai kudapan sore. 

Sekitar jam 5 lewat kamipun pamit pulang. Malam minggu sudah menanti pak Jaya. Ada agenda rutinnya bersama sangat istri, yakni kulineran. Sebagai pelaku usaha di bidang kuliner, mereka berdua suka kulineran juga. Usaha mereka ada di kantin Balai Kota Jakarta Barat. Namun kulineran berduaan saja di malam minggu, biasanya yang dicari. Hehehee


Menjelang adzan maghrib, kami sampai di Jalan H. Kup. Mobil pak Jaya diparkirkan di luar karena mau jalan lagi. Saya tak berlama di sini. Pamit dan sholat di masjid Biru di seberang jalan H. Kup. Selepas itu saya langsung pulang ke rumah. 


Perjalanan seharian, di banyak tempat, alhamdulillah berakhir dengan bahagia. Meskipun masih banyak PR yang harus dilakukan. 


Minggu, 22 Januari 2023

08.50

Minggu, 08 Januari 2023

Kembali ke Ma'had Riyadhul Qur'an Kudus

Sabtu menjelang subuh kami semuanya sudah terbangun. Dhifa yang bangun lebih awal. Dia sudah membangunkan kami, mengetuk pintu kamar dan memanggil kami sebelum alarm saya "berkokok" jam 03.45. Dia menyangka kami sekeluarga akan berangkat ke Kudus menjelang subuh, seperti biasanya kami ke Timur Tengah. Eh, maksudnya kalo kami ke Jawa Timur (Gontor Kampus 2, Ponorogo) ataupun Jawa Tengah (Gontor Putri Kampus 3, Ngawi) saat melihat kakak dan abangnya di Gontor dulunya. 


Kebiasaan bangun pagi si bontot ini memang sudah terbiasa sejak libur dari mahad Riyadhul Qur'an Desember lalu. Tak lagi susah membangunkannya, bahkan kadang kala dia sudah tahajjud duluan sebelum kami. Bisa jadi ini akibat pola yang sudah terbentuk sejak dia mondok, selepas lulus dari SD di awal Juli tahun lalu. Kebiasaan selama satu semester ini memang luar biasa. Bisa karena terbiasa. Ini salah satu nilai plus ketika memondokkan anak di pesantren yang kami rasakan, selain adab, akhlak dan kemandirian. 


Hari ini, adalah jadwal yang kami agendakan untuk mengantarkan dia balik ke pondok, setelah 3 minggu berkesan membersamai kami di rumah hingga ke kampung halaman bertemu dengan nenek dan sanak keluarga lainnya. Ke kampung adalah permintaan dia untuk mengisi liburannya. Bertemu dengan neneknya Asma Yati , nenek dan kakek guru, Nelti Jamaah dan Akhmad Syafei serta sepupu lainnya yang dia harapkan. Alhamdulillah semua permintaannya kami penuhi. 


Setelah selesai sholat subuh, jam 05.15 kami berangkat dari rumah. Semua barang sudah dimasukkan tadi malam menjelang tidur. Karena sudah terbiasa, semuanya sudah terpola saja. Packing and carrying, easily. 


Keluar dari Puri Bintaro Hijau kami menuju tol pondok aren bintaro. Akses terdekat dan tercepat yang sering kami lalui. Masih sepi, jalanan masih lenggang. Begitu juga ketika memasuki gerbang tol. 


Alhamdulillah, sepanjang tol yang dilalui juga lancar. Saking sepinya tol, saya bisa bablas hingga ke tanjung priuk. Tak nampak bagi saya akses menuju Cikampek saat itu. Suasana ngobrol dengan si Bundo bisa juga menjadi pemicu, sehingga simpang susun tol tersebut tak nampak. Bablas... Hahahaa. 


Berputar balik lagi, akhirnya saya hidupkan juga google map sebagai pengingat. Ada sekitar 12 km jalan balik ke tol MBZ, Mohammad Bin Zayed. Namun lengangnya jalan, tak begitu terasa. Baru ketika di tol MBZ itu kendaraan mulai terasa rame. Dua jalur hampir penuh dengan kecepatan standar 60-80 km/jam. Jalur aman buat mendahului ada di sisi kiri tol. Sesekali saya terobos juga jalur tersebut. 


Banyak kendaraan menuju Bandung ternyata. Mungkin pesona masjid Al Jabbar yang diresmikan oleh pak Gubenur Ridwal Kamil menjadi pesona tersendiri saat ini. Kemarin sholat Jumat perdananya dihadiri oleh ribuan jamaah. Icon baru kota Bandung yang berdekatan dengan Stadion GBLA. 


Alhamdulillah, terios kami ini "lari pagi" menemani kendaraan kecil hingga yang kecil kendaraan besar yang besar lainnya, dengan kecepatan rata rata 80 km/jam sepanjang Tol Trans Jawa. 


Sampai di gerbang tol Cikampek jam 7.08 dan rehat pertama di KM 102. Kami "sasak ka jamban" alias kebelet. Sementara Dhifa masih pulas tertidur. Rehat sejenak di sini, bergantian. Bundo duluan dan saya kemudian. Saya sempatkan sholat dhuha di sini. Masjid Omar Nuril Barokah. Masjid kecil dengan nuansa yang indah. Bagian bawahnya digunakan untuk area toilet dan tempat berwudhuk, yang terpisah antara wanita dan pria, sementara bagian atasnya agak berundak seperti bukit kecil adalah tempat sholatnya. Ruangan sholat yang tak terlalu besar sebenarnya, namun sangat rapi, bersih dan asri. Nuansa Timur Tengah terlihat melalui ornamennya. Selain sholat sunnah di sini, saya juga bermaksud mempertahankan wudhuk selama dalam perjalanan. Sama halnya sejak dari rumah tadi, wudhuk masih tetap terjaga. Dengan wudhuk bisa juga menghilangkan kantuk. 

Dan di sini juga, tempat pertama kalinya "dipaksa" membawa Innova Reborn Matic oleh 'Juragan Ciledug', om Dwi Yanto waktu di ajak Demak dan Kudus. Waktu itu kita berangkat malam dari Karang Tengah bersama ustadz Jumhur dan istrinya. Sebagai pemula dalam menggunakan mobil matic ini, saya coba satu putaran mengendarai di rest area ini. Trial ini untuk mendapatkan 'feeling', setelah itu saya langsung bablas hingga ke keluar Tol Semarang jalan Raya Semarang Demak. Mengendarai matic ini lain pula pesonanya. Trip ini pernah juga saya tuliskan di blog saya sebelumnya. 

Panas pool selama dalam perjalanan menjadi catatan bagi si Bundo. Panas ketika mentari meninggi dan itu ada di hadapan kami. Menantang Matahari. Maklum biasanya si Bundo sering di tengah. Ada Imam atau Kakak yang menemani saya di depan. 


Menjelang jam 11 siang, kami rehat mengisi BBM di KM 768. Sudah tipis banget pertamax yang tersisa. Sudah saya matikan AC dan tape saat alarm BBM kedap kedip, saat tinggal satu bar. Di sini terios kami minum sebanyak 46,6 liter pertamax seharga 590an ribu rupiah. Isi terbanyak dan termahal selama ini. Saya tadi berpikir tangki terios ini hanya 45 liter saja, tetapi ternyata lebih. Saya masih bertanya tanya juga hingga saat ini. Jangan jangan kapasitan sebenarnya 48 liter. Oh ya, berangkat dari rumah ODOmeter nya berkurang 2 bar, dari total 8 bar. 


Setelah itu AC saya hidupkan kembali, hati sudah plong, tak ada lagi yang dicemaskan. Dhifa masih saja tidur. Tak terasa kadang speed sudah di atas ambang yang diperbolehkan. Saya harus kontrol kecepatan. Memasuki gerbang tol kali kangkung, bundo mulai lagi memberi saya amunusi. Penghilang lapar. Jam makan sudah mendekati. Perut kosong sedari pagi mulai bernyanyi. 

Keluar tol semarang di pelabuhan tanjung mas, terios masuk ke jalur pantura. Jalan Semarang Demak. Jalur yang biasanya padat merayap yang selama ini sering saya tempuh, kali ini agak beda. Sisa sisa banjir di kiri kanan jalan masih terasa. Banjir besar melanda semarang beberapa hari yang lalu, menyebabkan banyak rumah dan toko yang terendam di sekitar sini, sepanjang jalur. Banyak juga yang menjemur barangnya di teras dan pinggir jalan. 


Mendekati jam 11 siang akhirnya saya memutuskan untuk masuk gerbang tol Semarang Demak, meskipun google map mengarahkan ke jalur arteri. Gerbang Tol Sayung namanya. Tol yang sangat pendek, namun sangat membantu menghindari macet di jalur arteri yang biasanya terjadi. Saya tak ingat berapa biaya yang saya bayarkan. 


Keluar di ujung tol, sudah masuk di lingkar luar Demak Kudus. Tak lama lagi, jembatan perbatasan Demak Kudus yang iconic akan terlihat. Jalur siang ini banyak dilalui oleh kendaraan besar ternyata. Harus berhati hati, selain kendaraan besar tersebut, kita harus sabar juga memilih jalan. Ada banyak gelombang dan lubang juga. Maklum tonase besar dan bisa yang lewat jalan ini. Apalagi sehabis banjir kemarin, banyak lubangnya. Sisi kiri kali yang biasanya berisi air, sekarang berganti dengan lumpur dan pasir. Hampir memenuhi kali yang lumayan lebar ini, sepanjang jalur. 

Dan akhirnya pesona Soto Ayam Asli Kudus pak Denuh, yang memaksa saya harus berhenti. Bundo yang getol dengan Soto yang membuat saya harus berhenti. Sudah sedari tadi, sejak masuk kota Kudus matanya tak bosan bosan nya melihat kiri jalan. Mancari Soto yang enak, yang ditandai dengan banyaknya orang yang makan tentunya.


Terios parkir di kiri jalan, kami menyeberang. Jam sudah menujukan waktunya makan siang. 12.47 kami makan di sini. 


Sehabis makan kami lanjutkan perjalanan ke penginapan. Homestay dan kost-an Al Firdausy namanya. Penginapan syariah yang tak jauh dari Mahad Riyadhul Qur'an tempat Dhifa mondok. Per kamar ada yang 140.000, 150.000 dan 170.000 per kamar per malam. 

Dan ini adalah perjalanan tercepat kami menuju Kudus. Berangkat setelah subuh, jam satu siang sudah sampai. Dan penginapan syariah ini jauh lebih baik dari yang sebelumnya pernah kami tempati. Ke mesjid pun dekat. Sangat dekat malah. Masjid Jami Al Huda namanya. Seberang penginapan. 


Al-Firdausy Bae, Kudus

Minggu, 8 Januari 2022

07.10

Selasa, 03 Januari 2023

Membangun Silaturahmi

Pagi tadi, setelah selesai mengantar bundo ke sekolahnya di SMK Farmasi Tangerang 1, saya mampir ke rumahnya pak Rusman Wijaya, sahabat saya yang juga sesama wali santri Gontor. Kebetulan beliau baru pulang umroh. Sabtu sore kemarin tanggal 31 Desember 2022 di tanah air. Kami sama sama berangkat waktu itu. Beliau terbang ke tanah Suci, saya "merayap" sepanjang pulau Sumatra, ke ranah Minang. Alhamdulillah, obrolan pagi kami diselingi dengan bertukar oleh oleh. Tapi yang beliau berikan jauh lebih bermakna, yakni air zam-zam. Setiap tegukan air ini, saya lafazkan doa dalam hati, untuk kesehatan saya pribadi maupun hajat yang diinginkan tahun ini. Semoga Allah SWT restui. Aamiin


Selesai ngobrol, saya lanjutkan ke KPP Pratama Tangerang Timur. Ke kantinnya Om Burry, salah satu tempat bagi saya jika "bertugas" mengantar dan menjemput sang istri. Lamanya di sini tergantung jam mengajarnya Bundo. Kadang agak lama, kadang juga sebentar. Dan obrolan dengan om Burry dan bu Niken Muhammad istri beliau, kadang penuh inspirasi. Ada ada yang bisa didiskusikan di sini. Tak jarang juga kita ngumpul bareng, ngopi bareng sesama wali santri di kantin ini. Alhamdulillah menjelang siang saya makan di sini. Pesanan saya adalah segelas kopi pahit dan sepiring nasi dengan telor dadar serta tempe gorengnya yang gurih. 


Menjelang jam 11 siang saya lanjutkan perjalanan ke terminal Poris Tangerang, yang jarak nya tak jauh dari kantin Om Burry. Ke terminal ini sekalian nanti jalan arah saya pulang menjemput Bundo Nova Yanti. 

Di sana saya ingin ketemu dengan bang Rahmat agen Sembodo yang sore kemarin bertemu dengan saya. Bang Rahmat ini termasuk pembaca tulisan saya yang bertajuk "Setahun Bersama Sembodo" sejak trip report pertama hingga yang ke tujuh. Beliau yang membantu mengangkut barang saya kemarin hingga ke mobil di depan terminal, yang saya pesan secara online. Saya terkesan dengan sikap beliau yang sangat ramah, terutama untuk kalangan agen agen bus yang ada di terminal. 

Alhamdulillah, saya menyapa beliau ketika bisa Sembodo Ar Rahiiim mulai perlahan meninggalkan terminal Poris. Bang Rahmat ini sempat saya lihat meliput pemberangkatan bis dengan camera video HPnya. Mungkin sebagai bentuk laporan ke management Sembodo. Keramahan beliau juga saya lihat ketika ada seorang ibu yang ingin memesan bus untuk keberangkatan dari Pariaman. Beliau berkenan menyambungkan dengan agent yang di ranah minang untuk pemesanan Ibu ini. "InsyaAllah amanah, sesuai permintaan", katanya. 


Tak lama berselang saya pun ditawari minum. Ketika yang ditawari teh talua, saya tak kuat menolaknya. Mungkin beliau tahu saya "pacandu" teh talua dari tulisan tulisan saya di FB. "Andai benar dugaan saya ini, luar biasa juga ternyata pengaruh tulisan di efbi", saya membathin. 

Teh talua urang awak juo, ternyata. Pak Dasril, urang asli Maninjau yang punya lapak di Terminal Poris ini. Teh Talua yang beliau buat ternyata tak kalah enaknya rasanya. Bisa dibandingkan dengan olahan saudara kita di ranah. Saya sangat rekomendasikan bila ada saudara semuanya yang ingin merasakan "teh talua lamak" di terminal Poris ini. 


Sudah 40 tahun, beliau tidak pulang kampung. Istri beliau ada di Blitar, orang Jawa. Anak beliau ada yang di kalimatan dan ada juga yang di Pariaman serta kota lainnya yang saya tak ingat semuanya. Beliau merantau sejak tahun 1978, ketika saya masih berumur 5 tahun. Obrolan dengan beliau enak. Mungkin beliau orang lapangan, yang pernah juga bekerja di tambang batubara, di Kalimantan sana. Di terminal ini beliau merintis usaha sejak tahun 2018 atau 2019.


Obrolan saya dengan bang Rahmat tak kalah serunya. Selain sebagai seorang agen, ternyata beliau juga seorang pelatih Muang Thai dan pelatih Gymanstic di sekitaran Poris ini. Ada tiga tempat yang beliau sebutkan, sebagai usaha sampingan. Dulunya dia pernah ikut kompetisi Muang Thai, tetapi berhenti karena sempat cedera akibat salah jatuh. Kakinya keseleo yang menyebabkan dia istirahat hampir setahun lamanya. Kemana mana pake alat bantu untuk berjalan. Alhamdulillah sekarang sudah normal lagi, namun untuk ikut kompetisi sudah tak mungkin lagi. 


Badannya kekar. Masih terlihat bahwa dia itu mantan atlet. Namun dari cara dia bertutur dan memberi komentar di FB saya kemarin, saya memang feeling bahwa dia bukan seperti agen pada umumnya. Santunnya khas. 


Beliau mendapatkan fasilitas HP yang lumayan canggih dari management PO Sembodo. HP yang khusus untuk aktifitas di Sembodo saja, baik untuk pemesanan tiket, pemantauan bus selama perjalanan dan liputan Sembodo lainnya yang harus dilaporkan ke management Sembodo. Dan menurut saya, system ITU yang dibangun PO ini sangat canggih. Ketika ada penumpang yang kehilangan HP di dalam perjalanan, melalui camera CCTV yang ada akhirnya ketahuan siapa yang mengambilnya. Begitu juga kejujuran supir ketika ada penumpang yang naik di jalan. Harus tetap dilaporkan ke management melalui photo, berapa orang nya dan berapa duit yang diterima. Melalui CCTV semuanya terpantau dengan baik. Dan berdasarkan info yang disampaikan ternyata tips dan kesejahteraan kru, sangat transparan. Di atas rata rata lah menurut saya. 


Adzan zuhur yang akhirnya mengakhiri obrolan saya. Saya percepat menghabiskan teh telor yang tersisa dan segera ke mushola terminal. Alhamdulillah, masih bisa sholat berjamaah, bahkan diminta pula menjadi imam saat itu. Semoga berkah. 


Sesuai informasi bang Rahmat juga setelah itu saya mampir ke loket Kalingga Jaya, yang letaknya berseberangan dengan mushola pria. Di sana saya mendapatkan informasi tentang jadwal keberangkatan armadanya. Baik untuk Angkatan pagi maupun yang sorenya, termasuk juga tiga class type bus nya. Untuk Angkatan pagi typenya Executive dengan harga Rp 260.000,-. Kalo keberangkatan sore ada dua pilihan, Super Executive dengan kombunasi bangku 2:1 harganya 290.000,- serta Sleeper Class dengan harga 340.000,-. Tujuan saya ke Kudus. Alhamdulillah dari obrolan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada agennya yang ramah yang telah memberikan saya juga sebuah kartu nama Kalingga Jaya. 


Selepas itu saya pulang, menjemput yang tersayang. 


Perjalanan pagi hingga siang ini, tetap dalam rangka membangun silaturahmi. Baik yang telah ada maupun yang baru dibangun. Bersahabat kita bisa dengan siapa saja. Ngobrol asyik juga bisa dengan siapa saja. Semuanya tergantung kepada kepribadian kita. Ya kan??? 


Pondok Aren, 17.28

Sambil menunggu Terios mandi.

Minggu, 01 Januari 2023

Setahun Bersama Sembodo (Part 7)

Alhamdulillah, Sembodo 905 yang berjulukan As Salam ini lancar sekali dalam perjalanan. Di tol pun demikian. Bablas sejak masuk tol di Keamanan hingga masuk di Pelabuhan Bakauheni. 


Lebih kurang waktu tempuh 4 selama di tol. Masuk Pelabuhan Bakauheni tadi sekitar jam 12.30. Berhenti sejenak, transaksi tiket dan langsung menuju dermaga kapal Executive. Seharusnya As Salam ini menunggu kapal berikutnya, antrian pertama, tetapi oleh petugas penghalang jalan yang ada di depan bus diangkat dan dipersilakan langsung masuk ke lambung kapal. 

Alhamdulillah, masih ada kesempatan untuk langsung berangkat menuju Merak sebagai bus terakhir yang masuk ke KMP Batu Mandi. Dan di dalam telah duluan masuk MPM dan ANS yang beriringan di terminal Solok kemarin. Alhamdulillah, bisa satu kapal, meskipun mereka duluan masuk. 


Kami langsung mencari tempat duduk. Tak berharap lagi dapat tempat yang bagus, karena penumpang yang duluan datang dengan kondisi kapal yang penuh, jelas sesak di dalam nya. Agak lama kami memilih tiga bangku yang berdekatan. 


Setelah duduk, saya tinggalkan Dhifa dan Bundanya. Saya buang air dan langsung aholat jamak qashar zuhur dan ashar. Sementara sang Bundo sudah paham, bahwa kami harus bergantian. Menunggu tempat jangan sampai diisi oleh orang lain. Memang rame sekali KMP Batu Mandi siang itu. Penumpang bahkan ada yang rela duduk di lantai, di dek luar yang berangin dan di lorong. 

Ruang sholat ada dilantai atas, sementara toilet ada di ruangan yang kami tempati. Tangganya saja yang agak curam di KMP ini. Harus berhati-hati supaya tidak tergelincir. Alhamdulillah ruang sholat nya nyaman, walau tak seluas Port Link III yang kami naiki bersama PO Palala kemarin. Namun AC nya cukup dingin. 


Alhamdulillah bisa sholat jamak qashar berjama'ah di sini. Namun tak bisa berlama-lama untuk zikirnya karena harus memaklumi bahwa masih banyak orang lain yang akan melaksana sholat juga.


Selesai sholat saya turun, bergantian dengan Dhifa dan Bundanya. Sementara mereka sholat saya makan dengan nasi bungkus dan lauk dari Kapau. Asam padeh daging buatan Ama memang enak. Tak ada lawannya. Lamak bana ko a. Dengan nasi dingin, yang sedikit basah, makan tetap lamak. Lumayan awet nasi bungkus daun pisang ini. Andai nasinyo angek, makin manjadi jadi awak makan dek nyo mah. 

Tak lama kemudian, saya selesai makan semuanya saya bersihkan. Sampah daun dan lain sebagainya saya masukan ke dalam kantong kresek. Sendok yang dipake pun dilap dengan tissue basah, begitu juga dengan tangan. Segala sampah dikumpul jadi satu. Semuanya rapi Bundo dan Dhifa datang. Kami ngobrol ringan. Dan saya sempatkan juga berkeliling kapal sejenak. Meluruskan badan, "malapehan rangkik rangkik" dengan berjalan. 


Alhamdulillah juga saat di Bakauheni tadi ombak tenang. Begitu juga ketika turun di Merak. Hanya di tengah selatan Sunda saja ombak yng agak besar. Agak terasa kapal terayun ayun. Bisa jadi karena KMP Batu Mandi ini yang tak terlalu besar seperti Port Link III. Namun kapal ini melaju agak cepat. Satu jam-an ada di jalan, di atas selat Sunda hingga ke Merak. Menunggu nyandar juga agak lama. 


Tepat jam 14.40 Sembodo As Salam ini sudah menjajalkan ban nya di Pulau Jawa. Keluar perlahan dari lambung kapal dan langsung tancap gas menuju Tangerang, terminal Poris tujuan pertamanya. 


InsyaAllah di sana nanti saya akan turun. Oh ya tadi dari mbak Henny, saya mendapatkan Salam agent Sembodo di Terminal Poris, bang Rahmad. Bang Rahmat mengenal saya karena membaca tulisan saya, liputan saya Setahun Bersama Sembodo ini. Beliau ada berkomentar di status yang saya tulis. Salam disampaikan mbak Henny ketika saya mau turun dari bus di Bakauheni mau naik ke kapal. 

Dan sepanjang tol terlihat pelebaran jalan baik di kiri dan kanan jalan. Tol Jakarta Merak ini memang sudah terasa sempit dan bersyukur juga bahwa masih ada lahan yang bisa digunakan untuk pelebaran tersebut. Lari sore Sembodo ini ternyata dibarengi oleh ANS yang sama saat di terminal bareh Solok. Masih setia seiring sejalan, bersama MPM yang ada di belakang kami. 


Dan jam 16.30 Sembodo yang berjulukan As Salam ini akhirnya "landing" di Terminal Poris. Harapan saya untuk bertemu langsung dengan bang Rahmad akhirnya kesampaian juga. 


Turunnya kami dari bus dibantu oleh para kru, bang Andri dan mbak Henny. Apalagi bang Rahmad yang rajin dan senang membaca tulisan saya sepanjang perjalanan Setahun Bersama Sembodo, sejak tulisan pertama. Beliau bantu saya hingga mengantarkan kami ke GrabCar yang saya pesan. 

Luar biasa keramahan beliau, sebagai agen Sembodo di Terminal Poris ini. Dan tentu tak sempurna kebersamaan bersama Sembodo ini jika tak ditutup dengan photo bersama. 

Satu rahasia yang bang Rahmat sampaikan juga adalah akan ada sleeper bus dari Sembodo menjelang Ramadhan nanti. Ada 5 unit tambahan armadanya. Semoga saya diperkenankan meliput unit baru tersebut. Sleeper bus buat ranah Minang, keren kan? 


Alhamdulillah, sebentar lagi kami sampai di rumah. Penutup tulisan ini grab yang kami tumpangi sudah keluar tol menuju Puri Bintaro Hijau. 


Bintaro, 17.05 WIB

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...