Selasa, 28 Mei 2019

Nasi Kotak Yang Bermartabat

Ini adalah penggalan sejarah apa yang saya alami ketika menghadiri salah satu kampanye akbar dan terdamai sepanjang sejarah pemilu di NKRI ini, bahkan bisa jadi kampanye terbesar di dunia. Saya tuliskan kembali dalam blog ini tentang apa yang kami lalui pada 7 April 2019, sebelum subuh menjelang kami sudah meninggalkan rumah di Parung Serab Ciledug. Sholat subuh kami laksanakan di masjid Al Bina Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta.


Repost: 7 April


*****


Luar biasa donasi yang diberikan subuh tadi di GBK. Katanya ada 110 komunitas yg menyediakan sarapan pagi buat seluruh peserta yg hadir. Semua dari komunitas, bukan dari paslon.

Alhamdulillah, yg saya dapatkan dengan pak Ibnu Syarif dan pak Juanda Adam saat memasuki pintu merah GBK adalah nasi kotak, dengan menu ayam goreng, sayur kacang dan tempe, lado merah dan tumis japan, plus air mineral gelas. Hampir di tiap acara 02 begini, nasi kotak.

Dan anehnya tak ada yg rebutan, setiap yg hadir dapat bagian. Tak ada teriakan dari panitia yg mendistribusikan untuk mengatur peserta, maupun dari peserta. Semuanya teratur, tertib dan saling pengertian.

Tak ada dorongan dalam jutaan massa yg hadir, sehingga kita aman aman saja menenteng nasi kotak yg dibawa di tangan, tanpa ragu akan benturan dengan peserta lainnya. Begitu juga ketika mencari tempat duduk di lapangan GBK ini, yg sudah sesak sehabis subuh berjamaah. Kami yg sholatnya tadi di masjid Al Bina, seolah olah dimudahkan, dibukakan jalan sehingga dapatlah tempat yg nyaman duduk bertiga hampir di dekat panggung utama. Sarapan pagi kami tak terganggu. Ada saling pengertian dari teman teman yg telah hadir lebih dahulu.

Begitu juga sehabis makan, kotak kotak nasi bekas itu kami tumpuk rapi, namun tak berapa lama kemudian sudah ada saja kantong plastik sampah bening beredar di dekat kami, berisi setengahnya kotak nasi yg sama, dari Rumah Makan Putri Minang.

Begitulah hebatnya seluruh panitia dan peserta aksi ini. Semuanya terkontrol, termasuk sampah. Sehabis makan semuanya bersih, tak ada sampah sama sekali. Saya pun tak tahu kemana plastik sampah tadi berjalan. Tahu tahu saja sudah tak ada di sekitar kami lagi. Hebat

Begitulah perjalanan nasi kotak selama acara di GBK maupun di aksi aksi umat Islam lainnya selama ini. Nasibnya selalu lebih baik dari nasi bungkus. Nasi bungkus dalam aksi sebelah selalu tak terurus. Selalu menjadi masalah, menjadi beban bagi pasukan orange yg ada di DKI.

Nasib nasi kotak selalu lebih bermartabat. Setuju??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...