"Ayah harus bersama aku dan bunda. Ayah tak boleh lagi pergi pergi sabtu dan minggu. Ini waktunya kita libur. Libur bersama keluarga. Ayah harus di rumah". Begitulah kira kira ungkapan suara hati dari Dhifa si bungsu yang memang Allah takdirkan demikian, semenjak 24 April th lalu, ketika M. Fatih Abdurrahman Allah panggil dalam usia yg hanya satu minggu. Imam dan Dhifa hanya bertemu Fatih sdh dalam keadaan dikafani, sedangkan si Sulung Fadhilah Azzahra tak bersua sama sekali krn di Gontor Putri 3 Ngawi.
Setelah Imam ke Pondok memang suasana rumah agak sepi. Otomatis Dhifa tak ada lagi "mitra tanding" di rumah. Dia yg selalu bikin rumah heboh krn suka ngusilin abang yg satu satunya, hingga abangnya kadang marah. Abang yg biasanya berangkat bersama ke SDI Amalina menjadi suatu kerinduan bagi kami, yg hanya tinggal bertiga di rumah sejak Juli th lalu.
Protes yang seperti di atas sering juga disampaikan kepada bundanya, namun dalam bahasa yg lainnya, senada. Ini yg menyebabkan diri sebagai seorang ayah berfikir ulang, apa yg sesungguhnya dicari di luar sana, sementara dia butuh kehadiran kita di rumah. Makanya sejak awal tahun ini, hampir setiap weekend banyak diisi di rumah bersama dia dan bundanya.
Kadang kami pergi pengajian bersama, sesuai kebiasaan bundanya selama ini. Selama ini mereka bertiga ke pengajian bersama Imam, saya mencari 'nafkah tambahan' di luar. Sekarang sayanya yg harus mengalah, weekend bersama keluarga. Tetapi mendatangi pengajian ini banyak ilmu yang didapat tak terkecuali bertemu dengan sahabat2 baru yg menyemangati untuk istiqomah hadir. Alhamdulillah, taman taman surga itu bertebaran di banyak tempat di seputaran Ciledug dan Bintaro. Selain kondangan, atau urusan sosial lainnya, kami di rumah, melakukan apa saja.
#####
Sabtu pagi, lebih kurang jam 05.30 dia sudah rapi, menunggu saya rupanya. Saya yg baru sampai di rumah, diajak pergi menemani dia olah raga. "Kira harus Olahraga, Ayah!", katanya. "Bunda nggak bisa menemani aku", lanjutnya.
"Ya, iya. Ayah temani, tapi selesai Ayah zikir pagi ya", saya jawab. Saya langsung baca zikir pagi sejenak dan lepas itu langsung ambil keputusan ke Taman Menteng, tempat yg dia komentari beberapa waktu yg lalu saat lewat di sana. Tadinya hanya menemani dia bersepeda saja di seputaran komplek. Tetapi tawaran saya ternyata dia setujui, krn kalo bersepeda bs di lain waktu.
Bundanya tak ikut karena harus ke sekolah seperti biasanya setiap sabtu. Walau kadang tak ada kelas, namun wajib hadir memantau aktifitas ekskul yg ada, sembari menemani sejawat dalam pendaftaran sekolah bagi calon siswa baru saat ini.
Selepas olahraga di Taman Menteng River Park Bintaro, Dhifa mengajak sarapan lontong Padang yg di perumahan Japos. Lontong Padang favorit kami. Seporsi lontong bagi dia sudah cukup, kami pun pulang.
#####
Minggu, 24 desember pagi dia ikut saya lagi. Kebetulan ada acara ngupi ngupi dengan Senior Kimia di RM Bopet Mini Bendungan Hilir.
Awalnya bundanya keberatan kalo dia harus ikut di acara Pelantikan Pengurus Baru IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) Kota Tangerang, dimana bunda diamanahi sbg salah seorang staff ketua. Dipastikan bahwa dia akan jenuh di sana krn acaranya sedari pagi hingga sore, yg dilanjutkan dengan Rapat Kerja Pengurus.
Dengan bujukan maut sang bunda, serta diimingi imingi ayah ke sana dengan Kereta Api, dia bersemangat untuk ikut saya hari minggu. Kebetulan acara tsb hanya setengag hari saja. Artinya bada zuhur kami sudah pulang, sehingga Dhifa bisa istirahat di rumah lagi.
Jadilah dia ikut bersama saya. Menikmati naik kereta api dr stasiun Jurang Mangu hingga ke stasiun Palmerah dan dilanjutkan dengan Ojol ke Benhil.
Suatu pengalaman yg berbeda. Pada hari minggu bersama ayah naik kereta. Moda transportasi yg selama ini jarang bs kami nikmati. Sebulan yg lalu kami ke Monas menggunakan Trans Jakarta. Alhamdulillah, moda transportasi ini sudah sangat nyaman. Lebih irit dan lebih cepat daripada menggunakan kendaraan pribadi.
Alhamdulillah, sampai di Bomin kami langsung makan berat saja. Karena yg ringan ringan antriannya sangat panjang. Saya tak betah berlama lama kalo hanya sekedar mengisi lambung ini. Dhifa makan dengan sepotong rendang ayam, sementara saya dengan ikan gulai tauco. Dua lauk yg jarang ditemui.
Di Bomin hari sabtu dan minggu pagi adalah momen kuliner masakan minang. Orang entah dari mana datangnya, melepas selera di sini. Segala kuliner minang boleh dikatakan lengkap, baik kelas berat maupun kelas ringannya.
Kami makan dahulu krn memang menunggu yg lain datang. Nggak bakalan bs makan bareng mah di sini kalo nggak datang berbarengan juga. Kalo menunggu yg lain datang, satu per satu, nggak bakalan kuat kita "bacakak jo galang galang", menahan air liur, melihat "cepak cepong" orang orang yang makan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar