Alhamdulillah dalam seminggu belakangan ini saya sudah 3 kali bolak balik ke Tanah Abang dan Senen menggunakan KRL dari stasiun Jurang Manggu Bintaro Pondok Aren Tangerang Selatan. Hal yang dahulu sangat jarang sekali saya lakukan. Ini disebabkan karena saya merasa tidak nyaman berdesak-desakan. Apalagi ketika padatnya penumpang di gerbong kereta. Belum lagi bila berbaurnya antara laki laki dan perempuan.
Dalam perjalanan kali ini agak berbeda. Saya lebih memilih berangkat dari rumah jam 8 an menggunakan motor dan parkir di halaman stasiun atau parkir swasta yg ada sebelum masuk stasiun. Ada dua pilihan ini tergantung kartu e-money, dibawa atau tidak. Bayarannya di parkir swasta ini dipatok Rp 8.000,- lama atau seharian dan cash. Sedangkan di area resmi stasiun, maksimumnya Rp 8.000,- dan menggunakan e-money, walau mungkin bs cash juga, tetapi sy belum mencobanya.
Selama 3 kali perjalanan ini, jujur saya sangat menikmati. Saat ke Tanah Abang jam segitu masih lega. Mungkin sebelum jam 8 sesak ya, karena hari kerja. Tak lama dalam perjalanan kita sudah sampai di Tanah Abang. Stasiun yg dilewati Pondok Ranji, Kebayoran, Palmerah dan terakhir di Tanah Abang. Mungkin sekitar 30 menit sampai.
Mau sholat dhuha di mushola stasiun yg lumayan bersih juga sangat bisa. Alhamdulillah saya tak tergantung waktu, jadi selalu membiasakan sholat dhuha dulu di sini dan selama dalam perjalanan berusaha agar wudhuk tetap terjaga hingga sampai di tujuan. Kadang dalam perjalanan seperti ini, apapun modanya, tak dapat kita prediksi. Sedapatnya mungkin wudhu tetap terjaga sbg usaha preventif andai ada kecelakaan yg tak kita inginkan. Itu saja.
Perjalanan di KRL selama ini sangat nyaman, tak mahal pula. One way cukup Rp. 3.000,- saja. Sangat murah bukan?
Keluar dari stasiun Tanah Abang, saya mencoba tiga jalur keluar yg berbeda. Yg pertama saya keluar ke arah kantor bareskrim, berjalan kaki dan mencari ojek ke kramat senen. Tanpa aplikasi online biayanya 20.000,- rupiah. Baliknya ke stasiun dengan Ojol hanya 12.000,-.
Keluar dari stasiun Tanah Abang, saya mencoba tiga jalur keluar yg berbeda. Yg pertama saya keluar ke arah kantor bareskrim, berjalan kaki dan mencari ojek ke kramat senen. Tanpa aplikasi online biayanya 20.000,- rupiah. Baliknya ke stasiun dengan Ojol hanya 12.000,-.
Yg kedua saya mencoba blok F Tanan Abang dengan berjalan kaki sepanjang Sky Bridge yg dibangun pak Anies Baswedan. Saya melihat bahwa ada perubahan jalur kendaraan yg sekarang relatif lancar dan di jembatan ini pun roda perekonomian PKL mantap, tertata dengan baik dan tak ada teriakan pedagang seperti dahulu. Jalan di sana aman, walau tetap waspada terhadap copet, namun ya tetap tak seperti dulu.
Sudab berubah. Di blok F saya mampir sejenak di toko Shultan bersilaturahim dengan ownernya yakni da Yan Putra Andalas. Dari tadinya sejenak, malah lebih lama. Banyak cerita yg saya dapat tentang banyak hal, termaauk juga keluhan dari sebagian pedagang yg di tempat yg lama pendapatan mereka berkurang semenjak adanya Sky Bridge ini. Pedagang yg punya toko, bukan PKL. Dari beliau saya dapat info dimana toko Alaydrus berada, termasuk titipan uang 500.000,- buat dibelikan Al Quran sebagai wakaf dari beliau pribadi. Ini terjadi pada Selasa, 9 April lalu.
Sudab berubah. Di blok F saya mampir sejenak di toko Shultan bersilaturahim dengan ownernya yakni da Yan Putra Andalas. Dari tadinya sejenak, malah lebih lama. Banyak cerita yg saya dapat tentang banyak hal, termaauk juga keluhan dari sebagian pedagang yg di tempat yg lama pendapatan mereka berkurang semenjak adanya Sky Bridge ini. Pedagang yg punya toko, bukan PKL. Dari beliau saya dapat info dimana toko Alaydrus berada, termasuk titipan uang 500.000,- buat dibelikan Al Quran sebagai wakaf dari beliau pribadi. Ini terjadi pada Selasa, 9 April lalu.
Rute ketiga keluar dr stasiun Tanah Abang yg saya hari ini adalah menggunakan Trans Jakarta, GRATIS, tak berbayar sama sekali. Alhamdulillah lancar, nyaman dan busnya juga cukup banyak. Tinggal memilih saja.Tak ada desakan dalam bus ini, mengitari seluruh blok tanah Abang hingga bus kembali ke shelter semula di dekat stasiun. Walaupun gratis, penumpang tetap dapat tiket. Saya turun di Blok B, saya jalan kaki saja ke toko Alaydrus untuk menjemput pesanan Wakaf Al Quran yg saya beli. Alhamduliah, sejak selasa dan hari ini total Al Quran yg saya beli berjumlah 70 buah. Donasi dari para jamaah musholah dan dari bang Ayani pemilik toko Shultan.
Dari stasiun Tanah Abang, di gerbong sangat nyaman, masih bs duduk hingga stasiun Jurang Mangu. Masih sangat nyaman. Dan barang bawaan pun bisa diletakan dekat tempat kita duduk dan tak bergeser hingga turun di stasiun. Mungkin kalo pulang selepas jam 3 sore akan lain cerita ya?
Luar biasa perjalanan bersama KRL seminggu ini. Banyak pengalaman yg dirasa, terutama kenyamanan menggunakan moda transportasi ini.
Reposted tulisan di FB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar