Kamis, 16 Mei 2019

Trip to West Sumatera - Part 3




Pagi hari ini aktifitas kami agak santai. Hal ini kami lakukan karena akan melakukan city tour saja. Hari ini aktifitas di bukittinggi tidak se"crowded" kemarin, dimana Rabu hari pasarnya kota bukittinggi.

Selepas sarapan dengan lontong pical yang dicarikan oleh pak Tasman, kami diskusi ringan apa rencana hari ini. Ada dua pilihan, mau cari oleh-oleh dahulu atau eksplore objek wisata yang ada. Ternyata semuanya sepakat ntuk mencari oleh oleh terlebih dahulu.

Jam 9 lewat, kami berangkat dari penginapan menuju "pakan kamih" di tilatang kamang. Tujuan utama adalah mencicipi nasi kapau sekalian mencari oleh-oleh di central produksinya.

Di pasar tradisional ini, kami makan di Nasi Kapau ni Nen, langganan kami setiap mudik ke kapau. Harga lebih murah dari yg di los lambuang, rasanya pun maknyus. Tiga diantara kami makan nasi, satu makan katupek pical plus telur. Satu yang sedang bermasalah dengan perut, hanya pesan bubur sumsum, bungkus 2 porsi ntuk bawa pulang. Alhamdulillah, kami yang makan nasi kapau, *batambuah"*. Batambuah dapek sebeng nan banyak sesuai permintaan. Sebeng ini istilahnya dapat tambahan lauk serba sedikit dari menu yang ada, bisa dendeng, bisa tambusu, bisa rendang, etc sesuai selera.

Lepas mengisi lambung tengah, kami lanjut cari makanan tradisional yang ada di pasar sebagai oleh oleh. Uniknya, sebelum barang ditimbang dan dibayar, kami diperkenankan untuk mencicipinya terlebih dahulu. Kalo uenak, pesan dan bayar, kalo tidak boleh pilih yang lain. Yang tak boleh adalah cicipi semuanya, kenyang dan berlalu. Hehehe, 😁😁😁.

Puas dengan apa yang ada, kami juga membeli cendol. Ada yang penasaran, karena ada duriannya. Ada juga yang membeli pupuk sasachetan. Murah meriah.

Atas rekomendasi dari ibu mertua kami pun berlanjut mencari oleh oleh lainnya di kios kios yang ada di sekitar pakan kamih, yang menjual langsung dari central produksinya. Umumnya ini fresh from the oven dan harganya pun lebih murah dibandingkan yang ada pusat jajanan/oleh-oleh.

Dan terakhir menjelang siang kami coba bergeser ke Sanjai MANANTI yang ada di simpang Tanjung Alam. MANANTI ini pilihan terakhir sebagai komparasi harga. Di sini packing oleh oleh nya lebih bagus, pilihan lebih banyak, harga dibrandol relatif sama, plus dikardusin sebagai tentengan oleh-oleh dari bukittinggi. Harganya pun masih wajar.

Selepas itu kami menunaikan kewajiban sholat di mesjid raya yang pas berada di belakang Mananti ini. Mesjidnya bagus dan bersih, halamannya pun luas.

Penuh bagian belakang mobil dengan kardus dan bungkusan oleh oleh kami pun kembali ke penginapan. Rehat sejenak, perutpun masih terasa kenyang, tak seorangpun yang minta makan siang.

Lepas jam dua siang kami lanjutkan trip ke kebun binatang, melintasi jembatan limpapeh, menikmati wisata sejarah di benteng Ford De Cock, kuliner ringan di pasar atas dan berkodak ria di pelataran Jam Gadang.

Puas di sini, sore masih menyisakan waktu, Avanza putih yang menemani kami selama ini saya putar ke Ngarai Sianok. Melewati panaroma dan lubang Japang sebagai destinasi terakhir untuk esok hari, kami nikmati turunan tajam ke ngarai.

Jalan yang mulus, udara yang segar, cuaca yang bersahabat, alam yang indah menikmati penutupan trip sore ini. Avanza dibiarkan meluncur hingga lepas jembatan yang membelah sungai, menyusuri sisi tebing yg terjal hingga arah menuju koto gadang. Di jembatan kedua yang kami temui, kami pun balik arah.

Tujuan berikutnya adalah take some pictures, menikmati suasana sore lepas dari Avanza, menapakan kaki di aliran sungai yang airnya jernih, tak berpolusi.

Sebelum rembulan datang, kami pun segera pulang menuju penginapan. Alhamdulillah, hasrat ntuk maghrib berjamaah di mushola mungil Djabal Nur pun kesampaian.

Kuliner malam ini kami atur sesuai selera masing masing. Semuanya bebas memilih, tetapi harus dibawa pulang. Karena ada yang sudah bosan makanan yang bersantan sejak kedatangan di ranah minang.

Makannya mesti di penginapan, demi kebersamaan. Seorang dari kami tak ikut jalan jalan dari siang karena jaga kesehatan. Makan malam tetap ditemani obrolan dan candaan dari pak Haji Tasman, yang sudah menganggap kami semuanya seperti keluarga sendiri.

Dari beliau ditawari menu sarapan yang berbeda untuk esok hari. Yang jelas tetap berbeda dari sudah sudah, dan boleh tidak sama. Sangat demokratis.
😊😊😊

Aryandi, 14 April 2017, jam 19.04
Di atas langit Sumatra bersama Lion Air.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...