Minggu, 19 Mei 2019

Panggilan Cinta Sang Buah Hati

Kamis, 16 Mei menjelang malam, Istri mendapatkan telpon dari no yang tak dikenal. Akhir akhir ini memang telpon tak dikenal sangat kami harapkan. Harapan pengen tahu apa dan bagaimana kondisi si buah hati, karena ini merupakan Ramadhan pertama baginya tanpa kami di sisinya.

Ternyata telpon menjelang berbuka itu benar dari si Kakak. Meminta untuk dijenguk. Kami memang sangat rindu hadir di sisi nya saat ini, tetapi kondisi yang memang belum memungkinkan. Pengen hadir di Yudisium kenaikan kelas 6 nya atau setidaknya memberi support terhadapnya, terhadap perjuangan yang telah dia lalui selama ini. Tak pernah mengeluh sama sekali kehidupan pondok hampir 5 tahun ini adalah sesuatu banget. Sebuah perjuangan yang patut kami apresiasi. Jangankan minta pulang ataupun mengatakan tidak betah di pondok, sama sekali tak pernah terlintas sejak kelas satu. Bahkan kakak ini bisa "ngemong" bagi teman temannya saat kelas satu hingga kelas dua. Ada yang mampu bertahan bersamanya hingga saat ini, di kelas 5. Begitu juga terhadap teman temannya yang sudah pindah dr GONTOR, tetap saja dia jaga ukhuwahnya. Ini yang kami banggakan pada sang Kakak.

Mau tak mau, salah satu dari kami harus ke pondok. Bisa jadi dia butuh teman curhat. Bisa jadi dia "iri" ketika banyak ortu yang bakal hadir saat yudisium nanti. Yang pasti "moral support" dia harapkan. Inilah dugaan kami.

Setelah diskusi malam itu, istri meminta saya saja yang hadir. Malam itu segala yang ada kita kumpulkan dan yg kurang kita cukupi sebisanya untuk keperluan dia. Bekal buat kakak kita packing malam itu. Cemilan lainnya bisa ditambah besok seadanya saja. Hampir tengah malam baru selesai, termasuk packing baju saya secukupnya.

Pagi ba'da subuh saya pun masih kerjaan. Ada hantaran pesanan langganan yang mau harus diantar sebisanya, secepatnya. Alhamdulillah, kebetulan Dhifa libur hari itu, sehingga tak ada tugas ngantar dia ke sekolah. Sangat meringankan saya.

Ke kantor pun harus dilaksanakan.  Saya pun minta izin setengah. Tinggal nyari tiket yang belum. Nekat aja langsung ke pool bus terdekat. Andai toh tak dapat, balik lagi aja ke kantor. Sabtu baru berangkat. Ini plan B saya.

Alhamdulillah menjelang jam 12.00 siang sampai di Pool Harapan Jaya ternyata masih ada tiket, class execitive dengan harga Rp 235.000,- seat 30. Saya pikir lega juga nih busnya.

Untung saja ada error di system komunikasi pool ciledug dg pusatnya di Tulung Agung sehingga sedianya bus ini berangkat 11.30 terundur hingga lewat jam 12.00. Waktu yg sempit ini sekalian saja saya manfaatkan sholat qashar zuhur dan ashar, pengganti sholat jumat yg nggak keburu lagi. Bada sholat saya langsung bawa barang dua dus dan satu ransel yang tadi diantar oleh istri dan Imam dari rumah. Sepatu kantor saya ditukar dengan sandal istri yang berwarna kuning nyentrik. Apa boleh buat, apa adanya harus ke pondok. Toh tak selamanya orang memerhatikan kaki saya. Sandal yang saya pake. Hehehe

Lewat dikit dari angka 12, bus pun keluar dari pool menuju Kreo. Masuk tol di Ulujami hingga mampir di Jati Asih dan terakhir di Bekasi Timur. Macet sepanjang jalan hingga cikarang KM 57 kami jalani. Untung AC busnya dingin sangat membantu kenyamanan saya selama perjalanan sehingga ada dua tulisan yang bs saya hasilkan waktu itu. Apalagi ada colokan listriknya di bawah bangku depan sangat menjaga ketersediaan pasokan listrik buat Oppo saya.

Jam 16.30 baru bus ini bisa berlari kencang selama di tol cipali. Hari berangsur gelap, tanda tanda restoran tempat pemberhentian masih jauh. Terpaksalah berbuka ala kadarmya kami saat itu. Dapat bagian satu lontong dan tahu goreng dari tetangga sebelah, sangat menyenangkan.

Cirebon yang dituju masih jauh.
Melalui goggle map terpatok lebih kurang 130 km lagi. Dibawa tiduran aja, sambil mengurangi AC yang makin dingin.

Jam 19.30an lewat kami sampai di RM Aroma. Langsung sholat jamak qashar maghrib dan isya kemudian makan. Lumayan sekali rumah makan ini, pelayanan nya oke, WC dan toiletnya bersih. Makanannya lumayan banget. Ada sayur, tahu atau tempe dan sepotong ayam goreng serta sambel dan kerupuknya jika mau.

Setengah jam kemudian bus kembali jalan. Berhenti lagi di RM Sari Rasa Kendal jam 23.07. Alhamdulillah di sini bus menyediakan nasi box buat kami yang akan berpuasa. Normalnya nanti di RM Duta Ngawi baru makan pagi lagi, tetapi karena ini bulan puasa, supirnya berkenan menukarnya dengan pesanan di RM Sari Rasa ini. Oh ya, semuanya makanan ini sudah include dengan tarif 235.000 tadi. Uenak juga kan? Kapan lintas Sumatra akan seperti ini?? Hehehe

Ndak lama istirahat di sini, bus sudah jalan lagi. Saya pun terlelap hingga bus mau sampai di GONTOR Putri 1, dibangunkan oleh kenek yang bertanya tentang tujuan saya. Sekedar memastikan saja supaya tak salah turun.

Tak lama berselang saya pun turun di plang nama GP 3. Baru saja menurunkan barang, sudah ditunggu sama bentor yang siap mengantar ke pondok. Dinginnya malam membuat kedua tangan saya merapat. Padahal becak motor hanya berjalan lambat. Tepat jam 02.30 saya sudah sampai di bapenta. Memilih tempat tidur dan mencari kasur, saya susun lah barang bawaan ini.

Setelah minum seteguk sayapun berwudhu. Sayang qiyamul lail masih sempat pengganti tarawih yang terlewat. Selepas sholat saya pun makan nasi box yang sudah dingin. Lumayan juga drpd tak ada.

Habis sahur sambil menunggu subuh yang lebih awal drpd waktu Jakarta, saya ke bagian resepsionis, melaporkan diri dan minta dipanggilkan sang buah hati.

Eh tak disangka, tak diduga yang bertugas adalah anak tercinta bersama Diah temannya.
"Assalamualaikum Ukhti ", kata saya. "Ayah!!!", sahutnya gembira.

Alhamdulillah surprise banget buat saya. Hilang sudah kantuk berganti hati yang riang tak terkira. Namun dalam suasana "dinas jaga" seperti tak pantas pula saya mencium dan memeluknya, meskipun rindu ini membuncah. Tetapi melihat dia gembira dengan kehadiran saya, segala penat sirna. Lenyap entah kemana.

Saya balik lagi ke bapenta, mengambil cemilan apa yang dia suka dan kurma buat sahurnya. Ternyata bagi mereka sahur ala kadar nya sudah biasa, tak perlu makanan berat berat rupanya. Berdua mereka sahur dengan apa yang saya bawa.

Saya pamit, mau ke mushola karena imsyak sudah mau habis. Mempersiapkan diri untuk sholat subuh, sambil tak lupa pesan nanti langsung aja ke bapenta. Bisa jadi nanti ayah sudah terlelap, bangunin aja.

Benar saja, sehabis sholat subuh saya langsung tepar. Tidur lelap di dinginnya hari. Luar biasa, cepat pulasnya saya.

Saya bangun, ternyata mereka berdua sudah asyik dengan HP saya. Saya tak tahu jam berapa mereka hadir. Atau bisa jadi saya yang setengah sadar menyerahkan ke dua HP tadi ke tangan mereka.

Yang jelas HP orang tua adalah hiburan tersendiri bagi mereka. Saya tak tahu apa yang dicari, tetapi mereka sudah asyik sambil bercanda di pagi hari.

HP orang tua adalah yang mudifah adalah barang berharga yang mesti dibagi. Jangan harap orang tua akan leluasa dengan HPnya sendiri.  Tetapi orangtua yang mudifah sesungguhnya sangat senang HPnya dipergilirkan. Makin banyak yang menggunakan makin senang hatinya. Siapun santri yang datang sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Mau telpon sepuasnya pun silakan. Asal jangan nelpon yang bukan bukan. Bahaya!!!

Tidak hanya berbagi HP, makanan pun begitu. Nggak ada walisantri yang pelit.

Dan terakhir kata si Kakak dan temannya Firna, makanan pun menumpuk di kamar. Belum habis kiriman ini, ada lagi kiriman lain yang datang. Mungkin ini rezeki mereka sejak awal puasa ini. Banyak walsan yang berkirim paket makanan.

Sayang karena terikat waktu, saya hari ini harus pulang. Sementara banyak walisantri yang mulai datang. Menunggu Yudisium yang akan diumumkan esok hari atau lusa. Yudisium kenaikan kelas 6 ini tetaplah menegangkan. Baik bagi santri maupun walinya. Naik ke kelas 6 berarti tidak pulang hingga Ramadhan tahun depan.

Saya hanya bertawakal saja pada Alkah SWT sembari berdoa semoga semua anak anak ini naik kelas semuanya. Tak terkecuali. Biarlah mereka songsong semuanya dengan penuh keceriaan secara kolektif. Jangan ada yang tak naik kelas.

Menjelang pulang tadi saya tak bisa bertemu denga kakak Dhila, tetapi secara tersirat dia sudah sangat bahagia. Panggilan cintanya terjawab sudah.

InsyaAllah ya Nak, kita bertemu lagi tahun depan, di saat ayah dan bunda serta Dhifa menjengguk mu dan kau sambut dengan sepeda ontel mu. Pengen kami lihat dirimu wira wiri di pondok dengan sepeda yang membanggakan itu.

Ingat selalu pesan ayah, jadilah ukhti yang baik bagi siapapun. InsyaAllah kelak kakak akan jadi kebanggaan keluarga. Kebanggaan ayah dan bunda. Kebanggaan Imam dan Dhifa. Dan tentu juga kebanggaan teman temanmu, Green Generation.

Aryandi
19 Mei 2019 15.55
Di atas roda Rosalia Indah
Di daerah Kertosuro Jateng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...