Kamis, 16 Mei 2019

Lintas Sumatra: Merambah Lintas Tengah Sumatra Akhir 2016

'Total 4393.9 km yg tertempuh dalam perjalanan tour de sumatra akhir tahun lalu. 

Dimulai sejak 20 desember 2016 jam 00.15 Wib berakhir hingga 30 desember 08.00. Alhamdulillah suatu perjalanan yg sarat dengan nilai2 silaturahim.

Jkt-Pku via jalinteng ditempuh selama 46 jam dengan silaturahim pertama mampir sebentar di Sarolangun dan yg kedua di Pulau Punjung tempat kelahiran dan besarnya almarhummah ibunda kami. Di Pulau Punjung adalah tempat ketika almarhum ayah membawa saya yg masih orok untuk diperkenalkan kepada keluarga ibu, yang ternyata sangat berbekas bagi nenek dan keluarga besar almarhumah ibu hingga saya dan Fera adik bungsu saya, suami dan anaknya Syauqi. Ini juga yg membuat saya berkeras hati untuk dapat melihat rumah tempat kelahiran ibu, tempat beliau dibesarkan dalam keluarga yg sangat islami. Kakek ibu termasuk kaum ulama di sana. Begitu juga bagaimana jalinan asmara orangtua ibu yang kami dengar dari nenek yg masih kuat daya ingatnya, walau sudah berumur 93th. Cerita2 ibu ketika melewati masa kecilnta kami buktikan di tepian sungai dareh dari nenek dan saudara2 sepupu ibu yg masih ada. Alhamdulillah Allah masih memberi kesempatan bagi kami untuk menikmati silaturahim yg hampir terputus ini. 

Dari kilirinjao kami berbelok ke pku melewati alam yg indah menakjubkan. Menikmati durian yg dijual di daerah teluk jambi, teluk kuantan yg berbatasan dengan sijunjung sumbar. Perjalanan brrakhir di kota Pekanbaru jam 22.00 wib. Sempat ada sedikit accident sebelum masuk kota Pku, dimana spion mobil patah tersenggol oleh truk di jalan yang rame malam itu.

Ada keberhati-hatian yang sangat dalam perjalanan menuju pku ini saat melewati daerah kota Lahat hingga Kota Lubuk Lingau yg terpaksa kami lewati tengah malam. 

Di Pku kami nginap di rumah mamak yg mau umroh tg 25 des 2016, yg menjadi salah satu alasan mudik kali ini dan menjemput Afifah dan Fathur, dua kamanakan yg mondok di 2 pasantren yg terpisah. Afifah yg libur dr pontren ingin balik ke jkt bersama ortunya.

Dari Duri perjalanan dilanjutkan ke payakumbuh dan bukittinggi walau hanya sebentar saja sebelum balik ke Jkt. Di payakumbuh kami teruskan ke Suliki tempat kampung asal alm papa. Keinginan Fera yg sangat kuat untuk napak tilas ke sini, karena memang sudah lama tak bertemu dengan keluarga2 yg masih ada di suliki, khusunys yg di Kurai. Alhamdulillah kami nginap semalam. Keesokan harinya dilanjutkan perjalanan ke kototinggi, kota yg sempat menjadi ibukota negara ketika terjadinya PDRI. Alam yang sangat indah, kebun jeruk yg terhampar serta udara yang sangat segar di kawasan puncak2 bukit barisan sangat berkesan.

Siangnya kami teruskan ke kapau bukittinggi ntuk mampir melihat mama dan membeli bbrp souvenir bagi Fera.
Sorenya, 28 desember 2016 jam 17.30 kami meninggalkan kota bukittinggi menuju jakarta via kota batusangkar, lintau sijunjung memasuki jalinteng lagi. Di masjid Wuba Rao2 kami shokat magrib dan isya serts dimpagaruyung mampir sebentar mengisi lambung.

Alhamdulillah perjalanan lancar, sesuai rencana karena ingin melewati daerah Lubuk Linggau hingga Muara Enim di siang hari.

Bkt-Jkt ditempuh selama 38 jam perjalanan, non-stop. Subuh di rest area serang dan Tidur terlama dlm perjalanan kali ini terjadi di rest area cikupa. Lebih 1 jam tidur pulas pagi itu, karena mata terasa sangat berat.'Total 4393.9 km yg tertempuh dalam perjalanan tour de sumatra akhir tahun lalu. 

Dimulai sejak 20 desember 2016 jam 00.15 Wib berakhir hingga 30 desember 08.00. Alhamdulillah suatu perjalanan yg sarat dengan nilai2 silaturahim.


Jkt-Pku via jalinteng ditempuh selama 46 jam dengan silaturahim pertama mampir sebentar di Sarolangun dan yg kedua di Pulau Punjung tempat kelahiran dan besarnya almarhummah ibunda kami. Di Pulau Punjung adalah tempat ketika almarhum ayah membawa saya yg masih orok untuk diperkenalkan kepada keluarga ibu, yang ternyata sangat berbekas bagi nenek dan keluarga besar almarhumah ibu hingga saya dan Fera adik bungsu saya, suami dan anaknya Syauqi terhadapa kami yang baru sekali ini ke sini. Ini juga yg membuat saya berkeras hati untuk dapat melihat rumah tempat kelahiran ibu, tempat beliau dibesarkan dalam keluarga yg sangat islami. Kakek ibu termasuk kaum ulama di sana. Begitu juga bagaimana jalinan asmara orangtua ibu yang kami dengar dari nenek yg masih kuat daya ingatnya, walau sudah berumur 93th. Cerita2 ibu ketika melewati masa kecilnta kami buktikan di tepian sungai dareh dari nenek dan saudara2 sepupu ibu yg masih ada. Alhamdulillah Allah masih memberi kesempatan bagi kami untuk menikmati silaturahim yg hampir terputus ini.

Dari Kilirinjao kami berbelok ke pku melewati alam yg indah menakjubkan. Menikmati durian yg dijual di daerah teluk jambi, teluk kuantan yg berbatasan dengan sijunjung sumbar. Perjalanan brrakhir di kota Pekanbaru jam 22.00 wib. Sempat ada sedikit accident sebelum masuk kota Pku, dimana spion mobil patah tersenggol oleh truk di jalan yang rame malam itu.

Ada keberhati-hatian yang sangat dalam perjalanan menuju pku ini saat melewati daerah kota Lahat hingga Kota Lubuk Lingau yg terpaksa kami lewati tengah malam.

Di Pku kami nginap di rumah mamak yg mau umroh tg 25 des 2016, yg menjadi salah satu alasan mudik kali ini dan menjemput Afifah dan Fathur, dua kamanakan yg mondok di 2 pasantren yg terpisah. Afifah yg libur dr pontren ingin balik ke jkt bersama ortunya.

Dari Duri perjalanan dilanjutkan ke payakumbuh dan bukittinggi walau hanya sebentar saja sebelum balik ke Jkt. Di payakumbuh kami teruskan ke Suliki tempat kampung asal alm papa. Keinginan Fera yg sangat kuat untuk napak tilas ke sini, karena memang sudah lama tak bertemu dengan keluarga2 yg masih ada di suliki, khususnya yg di Kurai. Alhamdulillah kami nginap semalam. Keesokan harinya dilanjutkan perjalanan ke kototinggi, kota yg sempat menjadi ibukota negara ketika terjadinya PDRI. Alam yang sangat indah, kebun jeruk yg terhampar serta udara yang sangat segar di kawasan puncak2 bukit barisan sangat berkesan.

Siangnya kami teruskan ke kapau bukittinggi ntuk mampir melihat mama dan membeli bbrp souvenir bagi Fera.
Sorenya, 28 desember 2016 jam 17.30 kami meninggalkan kota bukittinggi menuju jakarta via kota batusangkar, lintau sijunjung memasuki jalinteng lagi. Di masjid Quba menjelang Rao-Rao kami shokat magrib dan isya serta di RM Aromo Pagaruyung mampir sebentar mengisi lambung.

Alhamdulillah perjalanan lancar, sesuai rencana karena ingin melewati daerah Lubuk Linggau hingga Muara Enim di siang hari.

Bkt-Jkt ditempuh selama 38 jam perjalanan, non-stop. Subuh di rest area serang dan Tidur terlama dlm perjalanan kali ini terjadi di rest area cikupa. Lebih 1 jam tidur pulas pagi itu, karena mata terasa sangat berat.


Reposted: dr FB 2 Jan 2017 02.44

#LintasSumatra
#SumatraTrip
#JalinsumLovers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Car Free Day 15/09/2024

 Car Free Day  Minggu 15 September 2024 Sabtu siang Akbar, sepupunya Imam datang ke rumah. Dari kampus Untirta Sindang Sari Serang Banten be...