Selasa, 28 Mei 2019

UJIAN BAGI SANTRI GONTOR

Sebuah tulisan yang saya dapat beberapa waktu yang lalu. Sangat menarik untuk kita simak dan jadikan ilmu bagaimana Gontor melaksakan ujiang bagi para ribuan santrinya. Inilah cara Gontor dalam membentuk karakter yang jujur, disiplin, percaya diri dan bertanggungjawab serta berintegritas, 
Dan itu bisa tergambar dalam setiap ujian yang mereka lakukan, yang ada dua nya di NKRI ini, termasuk di perguruan tinggi.

Gontor memang hebat. Gontor memang beda.


*****

Ketika ujian itu datang, maka seluruh aktifitas belajar dikelas dan kegiatan olahraga diberhentikan secara total.

Seluruh santri tidak lagi belajar didalam kelas, melainkan bebas belajar dimanapun disudut-sudut penjuru pondok, yang terpenting tidak boleh keluar pondok. 

Ujian di Gontor diadakan dalam rentang waktu yang cukup lama, yaitu satu bulan penuh, dr mulai ujian lisan (syafahi) maupun ujian tulis (tahriri)

Di Gontor, ujian adalah sebuah momen yang paling krusial dan tak akan pernah terlupakan, bagaimana semangatnya belajar dan menghafal.

selalu ada papan tulis yang mengingatkan, panitia ujian mempublikasikan hitung mundur menuju musim ujian, sehingga bisa menyadarkan seluruh santri agar bisa terus belajar dan bersiap-siap menghadapi ujian.

Dan.... Ujian di Gontor itu tidak ada pilihan GANDA.

Kenapa sih harus ada Ujian Lisan ?

Ujian lisan diadakan dalam rangka memupuk kepercayaan diri dan kematangan dalam penguasaan materi pelajaran.

Tidak semua pelajaran diujikan secara lisan. Ujian lisan hanya meliputi tiga kelompok pelajaran, yaitu:
1. Bahasa Arab,
2. Bahasa Inggris
3. Al-Quran.

Adapun Materi dalam Ujian Bahasa Arab terdiri atas pelajaran Muthola’ah (bacaan), Mahfudzat (hafalan), Nahwu, Sharf dan Balaghah.

Materi ujian Bahasa Inggris meliputi reading, conversation, translation, vocabulary, dictation dan grammar.

Sedangkan materi yang diujikan di kelompok alQuran meliputi tilawah (bacaan), hafalan (Juz Amma, zikir dan doa), Tajwid serta Fiqh.

Selama ujian lisan berlangsung, ruang-ruang kelas didesain menjadi tempat wawancara. Yang mana Satu santri berhadapan dengan 3-4 orang penguji berasal dari kalangan guru dan kelas 6.

Setiap pagi, para penguji dari kelas enam wajib menyiapkan ruangan. Sebersih dan seindah mungkin. Mereka juga harus membuat i’dat atau persiapan berisi materi ujian yang berisi rangkaian pertanyaan yang akan diajukan ke santri.

Setiap hari, sedikitnya ada 10 santri yang diuji di satu ruangan. Ujian digelar dari pagi hingga siang hari.

Para santri stand by di depan kelas sambil mengulangi pelajaran. Mereka mempersiapkan diri mati-matian agar bisa menjawab apapun pertanyaan yang mungkin keluar dari mulut para penguji.

Ada yang membuat simulasi tanya-jawab dengan temannya. Ada yang mencoba menggali informasi dari orang yang baru keluar dari ruang ujian. Untuk trik terakhir tidak selamanya berhasil, karena penguji mempunyai banya stok pertanyaan, sehingga antara si A dan si B belum tentu mendapatkan pertanyaan yang sama dari tim penguji.

Lamanya durasi per santri sangat tergantung pada penguji dan orang yang diuji. Biasanya, semakin tepat jawaban yang diberikan, semakin banyak pertanyaan yang keluar dari mulut penguji.

Itu artinya si santri sedang diuji batas kepintarannya, sampai dia merasa bahwa dirinya tidak sepintar yang dibayangkan. Metode ini diterapkan untuk mengontrol ego santri agar tidak menjadi gelas penuh yang sulit diisi dengan ilmu karena merasa sudah pintar.

Bagaimana dengan Ujian Tulis?

Biasanya Dua hari berselang, ujian tulis dilaksanakan secara serempak.

Inilah ujian paling ketat yang pernah ada. Yang menihilkan upaya nyontek.

Kelas-kelas berubah formasi. Meja-meja diatur terbalik: posisi laci menghadap ke depan, sehingga tidak ada ruang buat santri untuk menyembunyikan sesuatu di dalam laci.

Setiap ruangan diawasi oleh lima orang pengawas, terdiri dari guru dan santri kelas enam. Mereka berkeliling memperhatikan gerak-gerik santri selama ujian berlangsung.

Kalau sampai ada santri yang ketahuan nyontek, langsung dikembalikan ke orang tuanya selama satu tahun alias di-skors!

Jadi percuma saja nyontek, karena risikonya adalah mengulang kelas di tahun berikutnya.

Posisi santri juga diatur sedemikian rupa, sehingga setiap peserta ujian tidak duduk berdekatan dengan teman sekelasnya. Satu ruangan diisi oleh 20-30 santri dari beberapa kelas yang berbeda. Sebelum memasuki ruangan, semua buku dan catatan harus diletakkan di luar. Hanya alat tulis yang boleh masuk ruangan.

Setiap hari, ada tiga mata pelajaran yang diuji dengan durasi 90 menit untuk masing-masing pelajaran.

Ujian di pondok tidak mengenal pilihan ganda sehingga strategi hitung kancing tidak berlaku di sini. Semua pertanyaan harus dijawab dalam bentuk esai. Soal dibuat oleh salah seorang guru yang penunjukannya dilakukan secara rahasia.

Setiap santri menerima lembar soal dan lembar jawaban berbentuk kertas buram polos ukuran HVS. Di ujung atas kertas jawaban terdapat secarik kertas kecil berisi nomor induk santri dan nomor ujian. Kalau mau menambah kertas jawaban, tinggal angkat tangan, bisa minta sepuasnya.

Beberapa pelajaran memang membutuhkan paparan panjang sehingga satu lembar sangat tidak cukup untuk menampung jawaban. Panitia juga menyediakan lem kertas yang dibuat massal dari tepung kanji.

Santri dilarang menyantumkan nama di dalam lembar jawaban. Setelah jawaban dikumpulkan, petugas akan memberikan nomor pada lembar jawaban dan lembar kecil berisi identitas tadi.

Guru pemeriksa hanya akan menerima lembar jawaban, sehingga dia tidak tahu pemiliknya sama sekali. Ini diterapkan untuk menghindari kolusi dan nepotisme antara guru dan muridnya. Bisa Anda bayangkan bagaimana kerja keras mereka dalam memeriksa lembar jawaban, karena tidak ada soal yang jawabannya hanya A, B, C atau D.

Setelah Ujian, Santri mendapatkan Jatah Berlibur..

Ini yang akan ditunggu plus dinanti oleh para orang tua karena setelah ujian, orang tua akan bertemu dgn para mujahid mereka, sehingga tidak heran biasanya orang tua membuat masakan kesukaan buat mujahidnya..

Liburan di Gontor ada 2, pertama Liburan Awak Tahun pada bulan maulid jatah liburannya hanya 10 hari, sedangkan untuk liburan Akhir tahun lebih panjang yaitu 50 hari. 10 hari sebelum bulan puasa - 10 hari setelah lebaran, para santri Full Romadhon di rumah.

Bagaimana dengan kenaikan kelas di Gontor?
Bulan romadhon disamping liburan, para santri juga H2C (harap-harap cemas) karena mereka juga menunggu informasi kenaikan kelas.

Informasi kenaikan kelas di Gontor tanpa harus diambil, tapi di kirim atau bisa melihat di papan pengumuman.

Surat kenaikan akan dikirimkan ke rumah, dan kenaikan itu ada 2, Naik Positif atau Naik Percobaan, ada juga yang Naik Kelas ke jenjang berikutnya tapi dipindah atau ada juga yang tidak naik kelas.

Biasanya surat tersebut sampai ke rumah pertengahan romadhon, tapi kalau ingin tahu langsung bisa lihat ke papan pengumuman kenaikan kelas, bisa minta tolong pengurus atau temen2 yang sedang bermukim di pondok.

Menjadi santri GONTOR itu penuh cerita.
Bagi orang tua, mendampingi sang mujahid menjadi alumni GONTOR penuh dgn doa dan air mata




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...